27 - satu ciuman yang mengubah segalanya

964 200 1
                                    

Hongjoong menatap pintu kamar Seonghwa dengan ragu. Sudah bermenit-menit Hongjoong berdiri di sana, tetapi tidak kunjung mengetuk. Sebelah tangannya membawa tas kertas coklat yang berasal dari toko roti favoritnya Seonghwa. Mendadak, Hongjoong ragu untuk mengentuk pintu karena tidak yakin apakah waktu yang diberikan untuk Seonghwa sendiri sudahkah cukup atau belum.

Mendadak, pintu terbuka dan Seonghwa yang sudah berganti baju, tampak kaget. "Hongjoong? Kenapa sudah pulang?" Lalu semakin kaget saat Hongjoong menyodorkan di depan wajah Seonghwa tas coklat dengan logo toko roti favoritnya. Mengambilnya dengan ragu sembari menatap Hongjoong heran. "Hongjoong membelikannya untukku?"

"Aku diberikan oleh pemiliknya, tidak membelinya." Hongjoong mengoreksi perkataan Seonghwa yang membuatnya menadapatkan tatapan tanya. "Beliau bilang senang mendengarmu tinggal di sini dan mengira sudah putus dengan Yunho."

"Hahaha...," Seonghwa tertawa datar mendengar penjelasan Hongjoong, tetapi lelaki itu bisa melihat kalau Seonghwa tampak tidak nyaman dengan yang didengarnya, "Paman Bang harus aku omelin kalau bertemu karena mengambil kesimpulan seenaknya."

Hongjoong tadinya ingin bilang kalau pemiliknya ingin menemui Seonghwa, tetapi melihat reaksi lelaki itu mendengar tentang Yunho membuatnya memutuskan untuk menanyakan hal ini.

"Seonghwa."

"Ya, Hongjoong?"

"Apa kamu ingin kembali kepada Yunho?"

Pertanyaan Hongjoong itu tidak mendapatkan respon, tetapi tas kertas coklat di tangan Seonghwa terjatuh. Seonghwa langsung berjongkok untuk memunguti roti yang keluar dari tas kertas coklat, sementara Hongjoong melihat puncak kepala Seonghwa yang membuatnya melihat rambut yang bergerak-gerak mengikuti pergerakan lelaki itu.

Lalu, saat Seonghwa mendongakkan kepalanya menatapnya, Hongjoong tahu bahwa pertanyaanya meski pun diberikan jawaban iya oleh lelaki itu, dia tidak akan membiarkannya terjadi. Membuat Hongjoong berjongkok di depan Seonghwa dan tatapan lelaki itu mengikutinya. Ada tatapan tanya saat Hongjoong memegang rahang lelaki itu, lalu tatapannya membesar dan refleks menutup mata.

Ciuman itu harusnya terasa murni, terasa sebagai pemberitahuan bahwa Hongjoong ingin yang dipilih oleh Seonghwa. Namun, respon Seonghwa yang tiba-tiba juga ingin mengimbangi apa yang telah dilakukan oleh Hongjoong membuat ciuman mereka jauh dari kata murni. Saling mencoba menginvasi mulut satu sama lain, saling menukarkan hal yang tidak bisa mereka katakan dengan ciuman tersebut dan kebutuhan oksigen masing-masing yang akhirnya membuat keduanya menjauh.

Hongjoong melihat Seonghwa yang terengah-engah dan perlahan membuka matanya. Keduanya saling menatap, lalu Seonghwa menggelengkan kepalanya. Tadinya, Hongjoong pikir itu adalah maksud Seonghwa hal yang dilakukan mereka salah dan membuat hatinya terasa sesak.

"Aku ... aku tidak mau kembali."

"Apa?"

"Aku ... aku tidak mau kembali kepada Yunho," Seonghwa masih menggelengkan kepalanya dan Hongjoong sesaat merasa matanya salah menangkap gestur gemetar dari tubuh lelaki di depannya, "Aku tidak mau kembali ke kehidupan lamaku. Aku nanti ... nanti kembali dikurung. Kembali tidak punya siapa-siapa."

Hongjoong bisa melihat Seonghwa yang semakin gemetar dan barulah sadar bukan matanya yang salah menangkap apa yang dilihatnya. Membuatnya memegang kedua bahu Seonghwa dan bertemu tatap dengan Hongjoong. Ada binar panik di mata Seonghwa dan Hongjoong tidak suka hal itu. Apalagi saat menyadari yang ikut andil melakukannya adalah dirinya sendiri.

"Seonghwa, jangan takut," Hongjoong mencoba menenangkan dengan senyumannya, "Aku di sini. Kali ini, aku tidak akan melepaskanmu lagi."

"Tapi ... tapi...."

"Aku hanya butuh persetujuanmu, Seonghwa," Hongjoong sengaja memotong perkataan Seonghwa karena tahu akan diungkit tentang batas waktu keberadaan lelaki itu yang telah disepakatinya dengan Yunho, "Apa kamu mau bersamaku atau bersama Yunho?"

"Hongjoong."

"Apa tidak akan ada penyesalan darimu, Seonghwa?"

Seonghwa menggelengkan kepalanya, lalu menganggukkan kepalanya, kemudian sepertinya sadar akan membuat ambigu, akhirnya berkata, "Aku tidak menyesal."

Hanya perlu konfirmasi itu, membuat Hongjoong menarik Seonghwa ke pelukannya, membuatnya akhirnya terduduk karena Seonghwa yang sepertinya memang berniat memeluknya sejak tadi karena tenaga lelaki itu terlalu mendadak terlontar kepadanya. Hongjoong bisa mencium aroma Seonghwa yang mengingatkannya seperti toko roti yang didatanginya tadi dan merasakan perlahan gemetar tubuh lelaki dipelukannya perlahan berkurang.

"Seonghwa," panggil Hongjoong yang mengusap pelan kepala lelaki itu dan samar mencium aroma stroberi. Pilihan yang aneh untuk ukuran laki-laki, tetapi aromanya cocok dengan aroma tubuh Seonghwa dan terasa adiktif bagi Hongjoong, "Maaf waktu itu tidak memperjuangkanmu. Membuatmu harus menderita selama ini."

"Hmm ... tidak apa-apa."

"Kamu boleh marah padaku, Seonghwa. Karena waktu itu aku pikir setelah ciuman itu, kamu pergi karena marah padaku."

"Tapi aku tidak pernah bisa marah pada Hongjoong." Seonghwa yang sudah tidak gemetar lagi, menjauh dari Hongjoong dan mendadak rasanya kosong. Senyuman Seonghwa yang dilihat Hongjoong setidaknya bisa membuatnya sedikit lebih baik, meski bohong kalau dirinya tidak ingin pelukan mereka sedikit lebih lama. "Lagipula, sebenarnya salahku sejak awal karena menerima Yunho dan tidak bisa menguatkan diri untuk meninggalkannya."

"Lalu, sekarang kamu kuat meninggalkannya?"

"Aku tidak tahu," Seonghwa tanpa sadar mengusap tengkuknya, "Tapi aku yakin kalau Hongjoong akan menahanku disisimu kalau mulai merasakan goyah kembali."

Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang