01 - pilihan yang membawanya ke rumah 'teman' asing

1.4K 262 19
                                    

Seonghwa bisa merasakan kegelisahan Yunho sejak kemarin. Namun, setiap dirinya bertanya tentang penyebabnya, lelaki yang merupakan tunangannya itu tidak mengatakan apa pun dan berakhir memeluknya, erat. Kadang itu membuat Seonghwa kesulitan bernapas, karena seolah Yunho akan melepaskannya ke suatu tempat yang tidak dikenalinya. Seolah setelah melepaskan pelukannya dari Seunghwa, lelaki itu akan kehilangan dirinya.

Jadi saat tadi pagi setelah sarapan, Yunho meminta mengemasi pakaiannya, Seonghwa pikir dirinya akan dibawa ke suatu tempat untuk liburan seperti biasanya. Yunho suka memberikan kejutan kepada Seonghwa dan liburan mendadak salah satu jenisnya. Jadilah Seonghwa juga membawa paspornya untuk mengantisipasi jika dibawa ke luar negeri.

Namun, setelah makan siang dan Seonghwa bersama Yunho dibawa oleh supir ke jalan yang jelas bukan menuju bandara. Seonghwa memang jarang keluar rumah sehingga tidak tahu benar soal jalanan di Seoul, tetapi dia yakin ini bukanlah mengarah ke bandara dan sejauh matanya memandang, hanya deretan pohon-pohon tinggi yang dilihatnya sejak tadi.

"Yunho, kita ke mana?" Seonghwa akhirnya memutuskan untuk bertanya dan menatap Yunho untuk meminta penjelasan. Namun, lelaki itu tetap diam dan biasanya Seonghwa tidak akan bertanya lagi. Hanya saja, kali ini dia tidak mau diam dan kembali mengulang, "Yunho, kita ke mana?"

"Ke rumah temanku."

"Lalu kenapa aku harus mengemasi pakaianku kalau ke rumah temanmu?"

Seonghwa bisa melihat kegelisahan Yunho dan dia semakin tidak mengerti. Ada apa sebenarnya dengan Yunho?

"Apa kamu mau menyerahkanku kepada temanmu?" Seonghwa mengatakan itu secara asal karena dia merasa kesal karena di diamkan. Namun, tatapan Yunho yang tampak kaget, membuat Seonghwa terdiam selama beberapa saat. "Jadi ... apa perkataanku benar?"

"Seonghwa, maaf," Yunho menatap Seonghwa, mengenggam tangannya dan tatapannya frustrasi, "Ini semua salahku. Kalau aku tidak mendengarkan perkataan Yeosang, kalau aku tahu waktunya berhenti, kalau...."

"Kenyataannya kamu menukarkanku kepada temanmu, Yunho," Seonghwa tersenyum, meski hatinya sakit dan menarik tangannya dari Yunho, "Mungkin aku memanglah tidak sepenting itu dalam hidupmu."

"Bukan seperti itu, Seonghwa! Ini tidak selamanya, hanya tiga bulan."

Seonghwa memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun dan menyadari mobil mereka telah memasuki area halaman rumah yang besar. Tamannya dipenuhi bunga-bunga berbagai warna dan mengingatkannya akan taman rumah Yunho dahulu, sebelum ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan saat hendak mengunjungi saudara yang sakit. Ayahnya yang merupakan pengurus taman di rumah Yunho dan ibunya salah satu pengurus rumah Yunho.

Memang seharusnya sejak awal Seonghwa tidak memutuskan untuk berteman dengan Yunho sejak kecil. Sekarang dia bahkan tidak tahu tengah ditukarkan dengan hal apa dan bagaimana dengan nasibnya 3 bulan ke depan? Seonghwa tidak pernah merasa takut, tetapi sekarang gelombang ketakutannya menghampiri karena tidak tahu orang yang akan bersamanya selama 3 bulan ke depan seperti apa.

Saat turun mobil, Yunho mencoba menggandeng Seonghwa, tetapi dia memutuskan untuk menepis dan berjalan bersisan dengan kepala pelayan yang tadi menyambut mereka. Mereka dibawa ke ruang tamu dan saat Seonghwa melihat 'teman' yang dimaksud Yunho, mendadak dadanya terasa sedikit lega.

Orang itu Hongjoong dan setidaknya mereka pernah mengenal, meski singkat.

"Aku anggap dia yang akan kamu tinggalkan di sini sebagai kompensasi taruhannya, Yunho," perkataan Hongjoong yang dingin itu membuat Seonghwa terdiam, karena mencoba memproses yang terjadi.

Seonghwa tentu tidak menduga jika lelaki yang terakhir diingatnya ramah dan menyenangkan, bisa berubah menjadi sedingin sekarang. Namun, kehidupan memanglah penuh kejutan dan manusia selalu berubah, entah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Seonghwa jelas tidak tahu apa yang terjadi pada Hongjoong selama 10 tahun mereka tidak bertemu dan mengingat hal itu membuatnya meringis dalam hati.

Selama itukah Seonghwa sudah bersama Yunho sebagai kekasihnya?

"Seonghwa," panggilan itu membuatnya menoleh dan baru menyadari jika Yunho sudah berada di sampingnya. Tangannya yang mengenggam tangan Seonghwa terasa dingin dan sebenarnya dia ingin menariknya karena masih marah. Namun, Yunho menariknya untuk mendekat dan sebelah tangannya memegang dagunya untuk dibawa ke dalam ciuman yang bisa dibilang dalam dan lama. Membuatnya refleks memejamkan mata dan setelah sesi ciuman itu berakhir, dirinya terengah, lalu mendengar, "Aku janji tidak akan lama membuatmu berada di sini, Seonghwa. Aku mencintaimu."

Biasanya, Seonghwa akan tersenyum atau juga membalas perkataan cinta Yunho dengan kalimat yang sama. Namun, nyatanya hatinya sekarang terasa sakit karena menyadari dirinya akan ditinggalkan di tempat asing setelah selama ini selalu memberikan yang diinginkan oleh Yunho. Membuat hampir seluruh hidupnya hanya berputar di Yunho dan sekarang justru ditinggalkan di sini

Genggaman tangan Yunho akhirnya terlepas dari Seonghwa dan dia bisa melihat lelaki itu mendekati Hongjoong yang duduk di sofa tunggal di deretan sofa-sofa yang ada di ruangan. Entah perihal apa yang dibicarakan, tetapi sejujurnya Seonghwa tidak tertarik untuk tahu. Sejujurnya, Seonghwa lebih terpikirkan kenyataan dia tidak membawa laptopnya serta harddisk miliknya karena mengira ini adalah liburan seperti biasanya.

Seonghwa tidak pernah membawa kedua benda itu bersamanya karena tidak mau berakhir dirusak oleh Yunho. Tunangannya itu mungkin terlihat ramah dan penyabar, tetapi kenyataannya jika atensi Seonghwa tidak sepenuhnya kepada Yunho, dia akan menghancurkan apa pun yang menjadi penyebabnya tidak memberikannya kepada lelaki itu.

"Seonghwa," panggilan itu membuat Seonghwa kembali mencari sumber suara dan ternyata yang memanggilnya adalah Yunho, "Aku pergi, tapi aku janji akan menjemputmu lagi."

"Ya."

"Aku mencintaimu, Seonghwa."

Seonghwa tidak mengatakan apa pun dan suara pintu yang di tutup di belakangnya membuat suasana menjadi tidak nyaman di antaranya dan Hongjoong. Jelas saja, mereka tidak benar-benar sedekat itu dan Seonghwa tidak sepenuhnya yakin dirinya akan baik-baik saja di tempat ini.

"Sejujurnya, aku muak melihat sikap over dramatis kalian tadi," suara Hongjoong membuat Seonghwa menatapnya, "Kemari, temani aku minum teh."

Seonghwa tidak menjawab, tetapi kakinya melangkah mendekati Hongjoong. Namun, kemudian dia berdiri bingung karena tidak tahu harus duduk di mana. Membuat Hongjoong menatap Seonghwa sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa hanya berdiri di sana?"

"Aku ... harus duduk di mana?"

Hongjoong hampir tersedak ludahnya sendiri. Pertanyaan bodoh macam apa yang barusan didengarnya? Rasanya Hongjoong ingin bilang kalau itu bukanlah candaan yang lucu, kalau itu niatnya untuk mencairkan suasana di antara mereka. Namun, tatapan menunggu dari Seonghwa membuat Hongjoong menyadari ada yang salah dengan lelaki itu.

"Di sini." Akhirnya Hongjoong menunjuk sebelah kirinya dan memutuskan untuk menguji hipotesanya yang tidak diharapkannya benar. "Kamu mau apa? Teh atau kopi ... oh aku lupa kamu tidak bisa minum kopi." Hongjoong menunggu reaksi Seonghwa, tetapi lelaki itu justru menatapnya. "Kamu mau teh apa, Seonghwa?"

"Kamu maunya apa? Aku ikut punyamu."

"Aku minum kopi, Seonghwa," Hongjoong menghela napas, "Lagipula aku bertanya padamu, jadi kamu sebaiknya menentukan pilihan."

Seonghwa tidak mengatakan apa pun dan membuat Hongjoong ingin mengatakan apa yang dipikirkannya. Namun, yang dilihatnya senyuman Seonghwa dan kemudian mendengar hal yang menurut Hongjoong cukup sebagai jawaban hipotesanya, "Aneh mendengar ada yang mau memberikanku pilihan, setelah selama ini hidupku selalu di atur."

Jung Yunho, apa yang sebenarnya dia lakukan selama 10 tahun ini sehingga membuat Seonghwa yang tidak bisa keluar dari pikiran Hongjoong, bisa berkata demikian?

Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang