Happy Reading
.
.
.
"SEUNGCHEOL-AH APA YANG KAU LAKUKAN !" Teriak Tuan Kim ketika dirinya membuka pintu kamar dan mendapati Seungcheol yang tengah mencoba membunuh Wonwoo.
Dapat Tuan Kim lihat, Wonwoo begitu pasrah ketika Seungcheol mencoba untuk membunuhnya. Tidak. Ini bukan saatnya Wonwoo pergi, masih ada banyak kesempatan untuknya menjalankan kehidupan yang diinginkannya. Apa yang menimpa Mingyu hanyalah kesalahpahaman, ia yakin semua ini bukanlah kesalahan Wonwoo. Apalagi sejak pulang dari sekolah, Wonwoo belum menjelaskan yang sebenarnya dengan baik. Seandainya Mingyu tak membuatnta panik, mungkin sejak tadi Wonwoo sudah menjelaskannya dengan baik.
Tentu saja Seungcheol tak akan mengajaknya keluar kamar Mingyu, mungkin semuanya akan baik-baik saja. Ada rasa tidak enak ketika anak sulungnya mengajak Wonwoo untuk mengikutinya. Terlebih Seungcheol adalah sosok kakak yang overprotective kepada adiknya dan ia akan menjadi sosok kakak yang berbeda ketika terjadi sesuatu pada adik kesayangannya. Seperti yang sudah-sudah ketika Mingyu mengalami Trauma akibat serangan dari teman satu sekolahnya, tak segan Seungcheol melukai Jaehyun juga Eunwoo tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Hingga keduanya harus berpisah dan tidak bertemu dengan Mingyu secara paksa.
Kali ini Tuan Kim tidak ingin Seungcheol melakukan kesalahan yang sama. Cukup beberapa tahun yang lalu dan membuat Mingyu tak bisa menemukan kedua sahabatnya sampai sekarang. Bukan maksud Tuan Kim tak peduli dan acuh ketika anaknya mengalami hal itu, hanya saja apa yang dilakukan Seungcheol sangatlah salah. Jika ada cara damai dan halus kenapa harus cara kekerasan ? Apalagi sampai mempertaruhkan nyawa seseorang, Tuan Kim sangatlah tidak suka.
Tak tinggal diam, Tuan Kim mencoba menenangkan Seungcheol dan melepaskan kedua tangannya pada leher Wonwoo. Tuan Kim lihat Wonwoo benar-benar kesulitan bernapas dengan wajah yang pucat. Mungkin bisa dikatakan Wonwoo nyaris tak sadarkan diri, namun ia lihat Wonwoo masih mempertahankan kesadarannya meskipun anak itu menutup kedua matanya. Cukup sulit untuk membuat Seungcheol melepaskan tangannya pada Wonwoo, apalagi anak itu masih muda dan memiliki tenaga yang besar tidak seperti dirinya.
"Uhuk...uhuk..." Wonwoo terbatuk ketika dirinya berhasil dilepaskan dari perangkap Seungcheol. Tubuhnya lemas hingga tak dapat menyeimbangkannya. Ia bahkan terduduk dilantai kamar yang dingin.
Tuan Kim sesekali menatap kearah Seungcheol dan Wonwoo secara bergantian. Ia lihat anak sulungnya ini masih tidak bisa menahan emosinya dan terlihat kesal kepadanya. Ya. Tentunya Tuan Kim mengganggu urusannya bersama Wonwoo. Padahal Seungcheol masih memiliki urusan dengan adik angkatnya, bodohnya ayahnya malah mengacaukannya. Ayolah Kim Seungcheol kau ingin mendapat gelar pembunuh dan rumah ini menjadi saksi dari pembunuhan terhadap Wonwoo ?
Seungcheol membalas tatapan Tuan Kim dengan tajam. Sembari ia mengacak surai hitamnya dengan frustasi, "Mengapa appa menggangguku ? Aku harus memberi pelajaran kepada anak tak tahu diri ini !" ujarnya tak lupa menatap kearah Wonwoo yang masih mencoba mengstabilkan napasnya.
Tetap saja Wonwoo merasa terpanggil dan mencoba menatap Seungcheol. Ada perasaan takut yang hinggap di hati Wonwoo. Ia benar-benar takut jika Seungcheol tak mau memaafkannya, apalagi sampai mengusirnya dari rumah ini. Jika semua itu terjadi, ia harus pergi kemana ? Mencoba untuk bunuh diri kembali tidak akan mendapat hasil yang diinginkan. Mungkin alangkah lebih baik jika Seungcheol bersedia untuk membunuhnya.
"Tidak dengan membunuhnya, Cheol-ah. Kau bisa membicarakan ini dengan cara yang baik, tidak seperti tadi. Appa tidak ingin kau menjadi pembunuh hanya kesalahpahaman ini. Kau sudah dewasa dan pikiranmu tak sesempit itu." balas Tuan Kim dengan tenang. Benar saja setelah mendengar perkataan dari sang ayah, Seungcheol mulai dapat mengendalikan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]
Fanfiction[OPEN PRE-ORDER TANGGAL 1-7 SETIAP BULANNYA ] Dia tidak mengerti mengapa kehidupannya berbeda. Ada luka yang terus berulang tanpa tahu dengan apa ia dapat mengobatinya. Luka batin saat dimana ia dikucilkan, diabaikan, sampai tak diharapkan. Dia san...