Happy Reading
.
.
.
Pertengkaran yang terjadi ditempat peristirahatan terakhir Jihoon saat itu membuat hubungan Wonwoo dan Seungcheol sangat renggang. Di rumah, mereka berdua tak lagi bertegur sapa. Tidak ada yang mau melakukannya terlebih dahulu. Tentu saja apa yang dilakukan keduanya mengundang banyak tanya dari orang tua juga Mingyu. Namun, tak ada yang lebih baik selain mereka yang masih saja diam tanpa bertanya.
Begitupula dengan Wonwoo menjadi sosok yang hanya seperlunya. Ia tidak pernah tersenyum atau mengatakan satu kalimat, jika saja tidak ada yang memulainya bicara. Wonwoo saat ini bukanlah Wonwoo yang sebelumnya, benar-benar sangat berubah. Seisi rumah terutama para maid sering kali mendengar suara tertawa seseorang atau suara tangis pilu ketika tengah malam. Tidak seperti biasanya mereka mendengar hal itu. Suatu ketika apa yang membuat mereka penasaran sekaligus takut terjawab. Asal suara tertawa dan tangisan itu nyatanya berasal dari kamar sang Tuan Muda, Wonwoo.
Nyonya Kim terus memberikan perhatian lebih kepada sosok malang yang sudah seperti anak kandungnya itu. Sesekali ia mengingatkan Wonwoo untuk terus meminum obat depresi yang diberikan dokter untuknya, tapi sepertinya Wonwoo mengabaikan obat tersebut. Hingga tidak sengaja Nyonya Kim masuk kedalam kamar Wonwoo dan melihat botol obat yang masih utuh seolah tidak pernah dikonsumsi. Sangat disayangkan sekali jika Wonwoo tak pernah mengkonsumsinya.
Wonwoo tidak ingin masa-masa terakhirnya bergantung pada obat yang bahkan tidak berefek sama sekali. Ia hanya ingin berjalan seadanya dan setelah mengikuti ujian sekolah nanti, ia tanpa ragu akan segera pergi. Pergi ke tampat yang jauh dan tak dapat digapai oleh siapapun. Salahkah ia jika dirinya menginginkan kehidupan yang damai ? Salahkah jika ia menyerah untuk terakhir kalinya ? Wonwoo hanya berpikir sudah tidak ada lagi yang mengharapkan dirinya hidup.
Benar yang dikatakan Seungcheol, ia terlahir ke dunia ini dari sebuah kesalahan dan hubungan gelap antara ayah juga ibunya. Ibunya memang sangat membencinya dan bahkan tidak sudi mengakuinya anak. Satu pertanyaan yang ingin Wonwoo tanyakan kepada sang ibu. Jika ibunya itu memang tidak mengharapkan dirinya, mengapa harus ia pertahankan ? Mengapa ketika tahu jika dirinya tengah mengandung seorang anak, harus membiarkan anak yang dikandungnya itu berkembang dan melahirkannya ? Bukankah seharusnya ia menggugurkannya saja, jika pada akhirnya akan seperti ini ?
"Kau ingin apa ? Biar aku yang belikan." suara Mingyu membuyarkan lamunannya. Ya. Sudah bukan hal asing jika akhir-akhir ini Wonwoo sering melamun dan mengabaikan orang-orang sekitar. Katakan saja saat ini Wonwoo sudah seperti mayat hidup dan sangat berantakan, membuat teman sekelas dan satu sekolah begitu prihatin melihatnya.
Mereka salah. Seseorang yang dulu mereka bully ternyata hidupnya begitu sulit. Ada perasaan menyesal setelah apa yang mereka lakukan terhadap Wonwoo. Padahal Wonwoo tidak pernah melakukan kesalahan apapun terhadapnya. Seharusnya mereka membiarkan Wonwoo saja tanpa harus membullynya. Sekarang mereka sadar, jika sikap dingin Wonwoo ternyata menyimpan banyak luka yang diterimanya. Sebagian dari mereka menyesal, namun tak dapat mengungkapkannya.
Lagi dan lagi Mingyu mendapatkan gelengan dari sang lawan bicara. Wonwoo selalu saja menolak ajakannya atau ketika ia hendak membelikan ia makanpun, anak itu selalu menolaknya. Mingyu tidak suka ketika Wonwoo terus saja menyiksa dirinya sendiri, meskipun Mingyu tidak tahu apa yang telah terjadi kepada Wonwoo. Seperti yang Wonwoo katakan, tidak ada yang dapat merasakannya selain dirinya sendiri. Secara tidak langsung ia membenci kalimat yang pernah ia ungkapkan sendiri.
Mingyu menghembuskan napasnya kasar. Sampai kapan Wonwoo akan terus seperti ini ? Wonwoo telah kehilangan arah dan semangat hidupnya. Mingyu ingin sekali memeluknya dengan erat, namun Wonwoo pasti menolaknya. Sungguh Mingyu merindukan Wonwoo yang dulu, Wonwoo yang mencoba untuk terus terlihat bahagia meskipun tengah dilanda masalah. Wonwoo saat ini seperti Wonwoo yang dulu. Wonwoo yang belum mengenal Mingyu, hanya saja sekarang lebih parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]
Fanfiction[OPEN PRE-ORDER TANGGAL 1-7 SETIAP BULANNYA ] Dia tidak mengerti mengapa kehidupannya berbeda. Ada luka yang terus berulang tanpa tahu dengan apa ia dapat mengobatinya. Luka batin saat dimana ia dikucilkan, diabaikan, sampai tak diharapkan. Dia san...