27. Undangan makan malam

731 119 28
                                    

Happy Reading

.

.

.

Wonwoo tidak tahu jika Seungcheol akan menjemputnya. Padahal tadi sang ayah tidak mengatakan apapun perihal Seungcheol yang menjemputnya. Jikapun tidak ada yang menjemputnya, sudah jelas ia akan pulang dengan kendaraan umum. Bukankah ia sudah terbiasa ? Daripada ia harus merepotkan Seungcheol, terlebih kakak angkatnya ini masih terlihat sinis dan tak suka. Saat ini Wonwoo merasa dunianya berhenti berputar.

Wonwoo yakin jika Seungcheol akan menanyakan perihal kesepakatan yang disetujuinya semalam. Apa yang harus ia katakan ? Mungkinkah Seungcheol masih sanggup memberikan waktu untuk dirinya mencari tahu siapa yang telah melukai Mingyu ? Ataukah ketika dalam perjalanan pulang bukannya pulang ke rumah, justru Seungcheol membuangnya begitu saja ? Lebih buruknya lagi diam-diam Seungcheol mencari tahu alamat rumah beserta ibunya ? Ah tidak. Wonwoo tidak ingin itu terjadi.

Saat ini Wonwoo masih berdiam diri disamping mobil Seungcheol. Kepalanya terus menggeleng ketika sang kakak menyuruhnya untuk segera masuk kedalam mobil. Agak sedikit kesal melihat Wonwoo yang terus menolak dan tidak berniat untuk masuk kedalam mobilnya. Lihatlah bahkan hari semakin sore dan ia sudah menunggunya selama setengah jam hanya untuk menjemputnya. Tapi apa yang didapatnya ? Wonwoo malah bertambah membuatnya kesal. Apa yang dilakukan Seungcheol ini seolah tak dihargai olehnya.

Belum lagi Seungcheol menatap Wonwoo lebih tepatnya kearah kening yang sukses membuatnya bingung. Semalam ia tidak melukai Wonwoo sampai membuat keningnya harus diperban seperti itu. Apa Wonwoo berkelahi dengan teman-temannya untuk mencari tahu pelaku yang melukai Mingyu ? Masih ingat dibenak Seungcheol bahwa Mingyu sempat menceritakan kepadanya mengenai Wonwoo yang lebih bisa membalas perbuatan teman-teman yang membullynya. Akankah maksud Mingyu ini ?

"Aku akan pulang naik bus, hyung." ucap Wonwoo dengan suara bergetar menahan takut. Bisa saja Wonwoo langsung duduk disamping kemudi, toh telah terbuka dan Seungcheol beberapa kali menyuruhnya untuk masuk. Tapi Wonwoo terus saja menolak.

Telah habis kesabaran Seungcheol. Ia dengan cepat keluar dari mobil dan mendekati Wonwoo. Ditariknya lengan kurus yang sedikit bergetar itu dan mendorong Wonwoo masuk kedalam mobil. Wonwoo sedikit berontak dan hampir kembali turun, jika saja Seungcheol tidak siap siaga menutup pintu mobil. Begitu pintu mobil tertutup dan menunggu beberapa detik untuk Wonwoo diam, Seungcheol berlari kearah kemudi dan duduk disamping sang adik.

Wonwoo hanya menunduk tak berani menatap Seungcheol sedikitpun. Padahal Seungcheol terus menatap kearahnya. Setakut itukah Wonwoo kepada Seungcheol hingga tak berani menatap sang kakak ? Lihatlah bahkan tubuhnya mulai bereaksi, bergetar hebat dengan keringat dingin yang mulai bercucuran. Demi apapun Wonwoo ingin menjauh dari Seungcheol saat ini juga. Mengapa harus Seungcheol yang menjemputnya dan tidak sopir lain ?

Tangan Seungcheol terangkat hendak menyentuh sang adik, namun Wonwoo dengan cepat menggerakkan tubuhnya menjauh dari Seungcheol. Wonwoo tidak ingin mendapat pukulan dari Seungcheol. Perlakuan Seungcheol semalam masih membekas di ingatannya, apalagu tubuhnya yang memang masih sedikit sakit. Tidak mungkin ia kembali mendapat luka dan bertambah sakit.

Tanpa Wonwoo duga ternyata Seungcheol hanya mengelus puncak kepalanya dengan turun menyentuh pelipisnya yang diperban. Wonwoo terdiam dengan kedua mata yang berkedip tak percaya melihat hal tak terduga seperti ini. Bukankah tadi Seungcheol terlihat sangat membencinya ? Sekarang Seungcheol malah memperlakukan dirinya seperti ini. Sadarlah Wonwoo, bisa saja kan Seungcheol melukaimu lagi ? Yang Wonwoo lakukan hanya siap siaga.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang