1. PUTUS CINTA

4.5K 219 13
                                    

    "Om Reza, ini HP-nya udah. Makasih." Alvaro, bocah laki-laki berusia lima tahun, mengulurkan ponsel pada Rezanta yang sedang asik battle PS dengan Kang Bagas, Papinya Alvaro.

    "Oh iya, simpan di atas meja aja, boy," jawab Rezanta. Dengan ujung matanya, terlihat  keponakan tunggalnya merebahkan badannya di sofa dengan mengantuk  Namun ia cuek saja, tetap fokus dengan stik PS-nya

    "Yessss!!! Gue menang lagi." Rezanta langsung bersorak saat game dimenangkannya lagi. "Sorry... sorry.... Bukannya junawa, tapi emang susah ngalahin jawara. Hahaha..., " lanjutnya dengan tawa panjang. Tentu saja hanya bercanda. Senang saja melihat kakak iparnya itu frustasi kalah lagi. "Jangan lupa jaketnya ya, Kang."

    "Iya, iya deh," Dengan berat hati, Kang Bagas mengiyakan ucapan adik iparnya. Lalu ia meluruskan kakinya di atas karpet tebal. Stik PS sudah lepas dari tangannya. Perasaannya tentu saja tak nyaman. Heran, bisa-bisanya ia kalah terus setiap battle PS lawan adik iparnya ini. Kurang latihan apa coba. Padahal setiap battle PS lawan teman-temannya, ia selalu di atas angin.

      Bukannya kapok, ia malah tambah penasaran battle-in adik iparnya itu. Sementara Rezanta jika tak diiming-imingi hadiah yang menarik, sering ogah-ogahan menerima tantangan Kang Bagas. Mungkin dianggapnya lawan yang kurang menantang.

    "Var! Varoooo...." Rezanta berseru memanggil nama keponakannya, bermaksud pamer kemenangan. "Nih lihat, Om Reza menang lagi. Hebat kan Om Reza?  Om traktir Varo es krim deh. Atau Varo mau mobil-mob... Etdah, dia malah merem. Cepet banget sih tidurnya, boy." Rezanta menggelengkan kepala diakhiri kekehan kecil tawa. Rupanya Alvaro telah tertidur nyenyak di sofa dengan kaki yang sedikit menggantung. "Ya, udah, gak jadi Om traktir ini mah."

      Kang Bagas terkekeh senang. Bukan karena melihat Rezanta ngomong sendiri, tapi yang lebih karena kekalahan telaknya tak disaksikan lagi oleh anak tunggalnya.

    "Aman." Kang Bagas mengelus dada. Batal malu kekalahannya tak disaksikan Alvaro. Lumayanlah citranya sebagai super daddy tetap terjaga tak tercoreng lagi.

    "Varo tidur ya, Za?"

    "Iya, Kang," jawab Rezanta. "Dasar pelor, nempel langsung molor."
   
      Kang Bagas terkekeh. Lalu menghampiri Alvaro. Diangkat dan dipindahkannya ke kamar tengah untuk dibaringkannya di risbang. Dengan penuh kasih sayang, diselimutinya tubuh kecil Alvaro. Sehait doa ia panjatkan pada Sang Kuasa setelah membelai dan mengecup kening buah hatinya itu.

      Saat ini Kang Bagas sedang menginap di rumah mertuanya. Istrinya, Aurelia Prameswari, sedang bekerja di rumah sakit. Profesinya sebagai dokter di sebuah rumah sakit swasta membuatnya harus berdinas malam secara berkala.

      Sementara di ruangan lain, tepatnya di ruang keluarga, Rezanta sedang membereskan peralatan PS. Lalu membersihkan sampah bungkus aneka cemilan. Harus rapi dan bersih lagi. Jika tidak, siap-siap saja nanti digambreng omelan oleh Mamanya.

      Bu Dinda dan Pak Himawan, Mama dan Papanya Rezanta sedang pergi ke resepsi pernikahan puteri Om Bachtiar, salah seorang relasi bisnis Papanya. Sebenarnya tadi Reza diajak, tapi ditolaknya dengan alasan harus....

    "Busyetttt... Jam berapa ini?" Mendadak Rezanta panik. Diambilnya ponsel di atas meja sofa. Dan benar saja, ketika menghidupkan data seluler, ada sederet pesan dan panggilan telepon, bahkan panggilan video call tak terjawab dari kekasihnya. "Mati gue. Kenapa bisa lupa gini sih?!"

      Rezanta menepuk jidat. Sekarang jam setengah sepuluh malam. Padahal jam delapan malam ia berjanji untuk menjemput Mikaila di kampusnya. Cewek indo blasteran Jerman-Sunda itu sedang sibuk akhir-akhir ini, karena menjadi salah satu panitia acara musik yang akan didakan fakultasnya. Dan sebagai pacar yang baik,  tentulah Rezanta tak keberatan mengantar dan menjemput Mikaila selama beberapa hari ini. Kebetulan ia pun sedang tak banyak tugas kuliah. Tapi sekarang ...

Desirable Love ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang