"Apa ini, jepit punya lo?" Livia mengambil benda yang dimaksud dari salah satu risleting tasnya, sesaat setelah saling bertukar pandang dengan Hera.
Andin meraih jepit itu lantas mengamati permukaan bagian samping. "Oh, bener! Ini jepit punya gue. Lihat nih, ada goresan di ujungnya. Kok bisa di elo sih, Liv? Lo nemuin jepit gue di mana?"
"Gue sama Livia nemuin jepit lo di dapur," jawab Hera dingin.
"Di dapur?" Andin mengerutkan kening.
"Iya, tepatnya di laci besar dekat kompor gas yang jarang dibuka." Kali ini Livia yang menjawab. "Di tempat diduga tubuh Dian diletakin sebelum malamnya dipindah ke kamar," lanjutnya membuat Andin terperangah.
"Jadi itu lo ya?" lontar Hera tiba-tiba. "Ternyata selama ini lo pelakunya?"
"A-apa?" Andin tergagap. "Bukan. Bukan gue pelakunya. Gue nggak tahu kenapa jepit gue bisa ada di situ."
"Udahlah, nggak usah bohong. Kami juga nggak bakal bilang ke siapa-siapa, kok," ucap Hera dengan tatapan jengah. "Apa lo sama Dian masih ngeributin cowok itu, sampai ada kejadian kayak gini?"
"Hera, plis jangan nuduh gue sembarangan!" seru Andin dengan badan gemetar. Ia lalu berpaling pada Livia. Matanya membeliak ketakutan. "Lo percaya sama gue kan, Liv? Gue nggak bunuh Dian. Bukan gue pelakunya. Bukan gue, Liv! Sumpah bukan gue!"
Livia membuang pandangan dari Andin. "Selama ini gue yang selalu dijadiin tersangka sama orang-orang," ucapnya lirih. "Gue juga sebenarnya nggak mau nuduh lo, Ndin, tapi jepit itu nggak mungkin kan tiba-tiba ada di sana?"
Andin menunduk dengan mata berkaca-kaca. "Tapi bukan gue pelakunya. Bukan gue...." Ia meratap.
"Yah, bukan lo," kata Hera seraya mulai mengeluarkan isi kopernya. "Pelakunya bukan lo. Orang lain nggak akan ada yang tahu soal ini. Gue nggak akan bilang siapa-siapa. Jadi udah, lupain aja. Lupain kalau lo bisa."
***
Upacara pembukaan SMA Jakava berlangsung dengan meriah. Selain mengesahkan bahwa mulai hari ini aktivitas sekolah di lingkungan baru dimulai, Pak Hermawan juga mengumumkan bahwa seluruh tempat seperti swalayan, salon, kafe dan lain sebagainya juga sudah mulai beroperasi. Para murid bisa mengunjungi tempat-tempat itu di luar jam belajar hingga sebelum jam malam tiba.
"Seperti yang kita semua tahu, pembangunan Jakava area ini menghabiskan dana yang amat tidak sedikit. Jadi kita sebagai warga yang akan menghuni beberapa waktu ke depan, mari kita menjaga dan merawat tempat ini bersama-sama," ucap Pak Hermawan dari atas mimbar, di depan seluruh peserta upacara.
"Selain peresmian gedung SMA Jakava yang baru dan seluruh fasilitas di Jakava area, hari ini kita juga akan mengumumkan hasil pemilihan Ketua OSIS baru yang telah diadakan dua minggu lalu di Jakarta," lanjut kepala sekolah itu. "Saya menyesal acara pelepasan jabatan harus tertunda karena masalah yang kita hadapi kemarin. Jadi hari ini juga sekolah akan mengumumkan bahwa sesuai hasil voting, Ketua OSIS baru akan dijabat oleh Fiyan Anandhika. Kepada saudara Fiyan dari kelas 11 Bahasa Internasional-1, saya persilakan untuk maju."
Semua murid bertepuk tangan kala Fiyan berjalan dengan percaya diri menuju depan lapangan. Tak terkecuali Livia walau gerakannya malas-malasan. Pak Hermawan turun dari mimbar lantas menyalami anak itu. Setelahnya Fiyan naik menghadap mikropon untuk memberikan pidato atas kemenangannya.
"Heran gue. Bisa-bisanya cowok kayak gitu kepilih jadi ketua OSIS," dumal Livia tak lama setelah upacara dibubarkan. "Padahal gue udah nggak milih dia kemarin. Gue ngasih dukungan buat anak IPA yang juara olimpiade Fisika itu kemarin."
"Fiyan kan lumayan cerdas orangnya. Gitu-gitu dia juga temannya banyak dari kelas lain," sahut Maya. "Nanti sore sepulang sekolah, anak-anak sekelas bakal ditraktir Fiyan di kafe. Katanya sebagai acara selamatan karena dia udah menang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Mingguan
Mystery / ThrillerJakava Story ~ Permainan Mingguan Jakava, sekolah elite khusus keturunan Jawa yang sukses di Jakarta, dikabarkan bakal pindah gedung dan para murid akan diasramakan ke pelosok Jawa Tengah. Penolakan besar sudah pasti terjadi. Akan tetapi, kepindahan...