15. Hilang!

147 48 10
                                    

Jam setengah 7 malam selepas magrib, Hera baru saja kembali ke kamar. Ia menenteng dua tas plastik.

"Perut lo udah sembuh belum?" tegurnya, menyaksikan Andin masih selonjoran di ranjang sambil selimutan. "Nih, gue bawain makanan anget. Beberapa kilometer dari sini ternyata ada pasar kuliner. Bukanya sore sampai malam. Kapan-kapan lo mesti gue ajak ke sana. Lo kan suka makan."

"Lah, lo keluar dari Jakava area apa?" Andin menatap Hera takjub. "Gimana bisa? Satpam jaga gerbang utama 24 jam, kan?"

"Tadi gue maksa ikut Pak Alex. Kebetulan gue lihat dia mau ngambil kekurangan perlengkapan olah raga di rumah rekannya," terang Hera lantas memandang berkeliling kamar. "Livi mana?"

"Nggak tahu tuh, belum balik. Dari tadi gue juga udah nungguin. Dia nggak jadi ikut acara makan-makannya Bonnie, kan?" jawab Andin sambil membuka bungkus martabak yang disodorkan Hera.

"Nggak sih. Gue sempat lihat dia nolak ajakan Maya tadi. Lagian, anak-anak yang ikut acara Bonnie udah pada balik sebelum magrib."

"Dari mana lo tahu?" Andin menatap Hera sejenak.

"Lihat aja sih. Tadi pas bantuin Pak Alex ngeluarin barang-barang dari bagasi, gue lihat beberapa temen sekelas dan Bonnie jalan ke asrama barengan. Gue pikir Livi cuma mau keluar bentar terus di kamar aja nemenin lo."

"Nggak, Livi bilang sama gue kalau dia mau nyelidikin soal Fiyan lagi. Nggak tahu kenapa belum balik juga sampai sekarang."

Ketukan dari pintu membuat percakapan itu spontan terhenti.

"Itu dia anaknya pulang!" seru Andin.

"Lo kan nggak ngunci pintunya. Ngapain Livi ngetuk segala?" Hera berbalik lalu menarik gagang daun pintu. Ia cukup terkejut mendapati Nessa dan Maya yang berdiri di depan kamarnya.

"Ra," sebut Nessa dengan suara bergetar. "Livi udah balik belum?"

"Belum," jawab Hera. "Emang kenapa?"

"Serius Livi belum balik?" Nessa menyeruduk Hera agar bisa masuk kamar itu. Ia memandang berkeliling, dan hanya menemukan Andin tengah menyantap sepotong martabak. "Livi nggak lagi di kamar mandi?" katanya seraya menatap pintu toilet di pojokan.

"Nggak. Dari tadi Livi emang belum balik kok," sahut Andin, mengunyah agak cepat supaya bisa lekas menjawab. "Gue malah baru mau tanya sama lo ke mana perginya tu anak."

Mendadak Nessa menjatuhkan diri di lantai lalu terisak. "Ini ... ini pasti gara-gara gue. Livi ... gimana kalau terjadi sesuatu yang buruk sama dia?"

Dengan bingung Hera memerhatikan tingkah Nessa lalu menatap Maya yang masih berdiri di dekat pintu. "Ada apa sih ini, May? Emang Livi kenapa?"

Maya mengangkat bahu. "Gue juga nggak tahu. Balik-balik tadi Nessa langsung nanyain soal Livi ke gue. Gue mana tahu. Kan gue abis ikut acara Bonnie."

"Livi dalam bahaya. Pasti udah terjadi sesuatu sama dia." Seketika Nessa bangkit lalu berlari menuju pintu.

"Ness, tunggu!" Maya langsung mencekalnya. "Lo mau ke mana?"

"Gue harus cari Livi, May. Gue harus nemuin dia. Gue takut dia kenapa-napa," sahut Nessa sambil berontak.

"Lo mau cariin Livi ke mana?" tanya Maya lagi.

"Bentar," Hera menengahi. "Gimana bisa lo mikir kalau Livi dalam bahaya? Apa lo tahu sesuatu, Ness?" katanya curiga.

Dengan mata kembali berair Nessa pun menceritakan bahwa sebelumnya ia memang bersama Livia. "Gue cuma nggak tahu kalau Livi udah nggak ada di belakang gue. Sadar-sadar gue udah sampai depan asrama."

Permainan MingguanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang