Lutvi mengakhiri panggilannya dan menyimpan ponsel ke dalam saku jaket sebelum kembali mengekori Nessa. Mereka sudah sampai koridor panjang gedung kelas 10 sekarang. Suasana gelap dan sunyi membuat Lutvi cukup ngeri, apalagi mengingat kejadian yang menimpa Varis tadi. Akan tetapi keberadaan Nessa di depannya melunturkan segala keraguan yang menghampiri.
"Liviii...!" panggil Nessa lirih, tapi terdengar keras saking sepinya koridor sekolah. "Livi...?" sebut Nessa lagi ketika keluar dari deretan depan-depan kelas. Ia melewati halaman kantor guru kemudian membelok ke arah gedung perpustakaan.
Bunyi injakan keras membuat Nessa terlonjak. Ia berhenti melangkah lalu menengok. "Livi?" ucapnya pelan, bernada ketakutan. Nessa mengedar pandangan ke sekitar. Ia baru menyadari betapa gelap dan mengerikannya sekolah di malam hari.
Saat perasaan tegang perlahan merayapi, tiba-tiba sesosok hitam muncul dari langit kemudian menghempas wajah Nessa. Jerit histeris langsung melengking di udara. Nessa jatuh terduduk. Dengan jantung berdebar ia beranikan diri membuka mata. Sosok yang ternyata kelelawar itu telah terbang meninggalkannya.
Walau jelas gugup Nessa bangkit lagi. Ia melihat seseorang berjalan cepat ke arahnya dari koridor kantor guru. Ia baru mau berteriak lagi hingga sadar orang yang menghampiri dari kegelapan itu ternyata Lutvi. "Kak Lutvi, kenapa ... kenapa Kak Lutvi di sini?" katanya pelan.
"Gue lagi bantu nyariin Livia," jawab Lutvi, menatap Nessa curiga. "Lo tadi kenapa?"
"Ada kelelawar," Nessa mengusap-usap wajahnya. "Gue pikir itu apa."
Sesaat Lutvi memeriksa keadaan sekeliling mereka. "Kenapa lo nyari ke sekolah sendirian? Lo nggak takut udah malam gini?"
"Gue lebih takut kalau Livi belum juga ditemukan," ujar Nessa, menunduk. "Mungkin aja Livi ada di sekitar sini."
"Gue sama Varis udah meriksa seluruh gedung kelas tadi. Anak-anak lain juga udah pada nyariin di semua tempat di sekolah," Lutvi meniup udara lewat mulutnya.
"Gedung teater juga udah?" Nessa memandang Lutvi ragu-ragu. "Ehm, terakhir gue sama Livi ngobrol di dekat sana."
"Kurang tahu juga. Anak lain yang kebagian meriksa daerah situ," kata Lutvi, tetap mengawasi gerak-gerik ganjil Nessa. "Kalau gitu sebaiknya kita periksa gedung teater lagi. Mungkin anak-anak itu nggak bener nyarinya karena takut asrama keburu ditutup."
Nessa tak menolak ajakan Lutvi. Dalam diam mereka berjalan menapaki jalur demi jalur menuju gedung teater yang letaknya di bagian paling belakang sekolah. Udara semakin dingin seiring bertambahnya malam. Beberapa kali Lutvi memasukkan tangannya ke saku jaket. Ia bahkan bisa melihat uap napasnya sendiri dari cahaya lampu taman.
"Kenapa sore-sore kalian ngobrol di sini?" tanya Lutvi sembari mengarahkan senter ponsel ke jendela tinggi gedung teater. Ia berjinjit, menyorotkan lampu ke tiap sudut ruangan luas gedung itu agar bisa melihat isinya.
"Gue juga nggak tahu kenapa gue ngajak Livi ke sini. Kaki gue rasanya jalan sendiri," jelas Nessa, menyenterkan ponselnya ke pepohonan sekitar. "Sebenarnya gue nggak niat ngajak Livi, tapi dia yang ngikutin gue. Gue ... awalnya cuma lagi pengen menyendiri, Kak."
Walau masih ada berbagai pertanyaan di kepalanya tapi Lutvi memilih untuk tak lagi bertanya. "Kayaknya dia nggak ada di sini," gumam Lutvi. Ia baru mau mengajak Nessa pergi ke tempat lain saat mendengar sesuatu. Sesuatu yang bergerak dan menimbulkan getar di bumi yang mereka pijak.
"Lo denger itu?" Lutvi menoleh pada Nessa. Saat itulah Lutvi menyadari bahwa wajah Nessa pias sekali. Matanya sembab, bibirnya pun agak membiru. "Asalnya dari samping situ."
Dengan gerak lambat Nessa mengikuti Lutvi menuju sumber suara. Lantai teras gedung teater yang mereka injak seolah menimbulkan derak aneh yang menyiutkan nyali. Keduanya tak bisa menyembunyikan rasa takut yang menggelayuti, tapi bagaimana pun mereka tetap melangkah dengan pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Mingguan
Mystery / ThrillerJakava Story ~ Permainan Mingguan Jakava, sekolah elite khusus keturunan Jawa yang sukses di Jakarta, dikabarkan bakal pindah gedung dan para murid akan diasramakan ke pelosok Jawa Tengah. Penolakan besar sudah pasti terjadi. Akan tetapi, kepindahan...