3

1.5K 233 25
                                    



" Kau akan les dimana hari ini?" Tanya Renjun setelah sekian lama mereka berada dalam keheningan.


" Tidak ada." Jawab Junghwan malas-malasan.


Renjun menoleh ke arah adiknya itu.


" Bagaimana bisa tidak ada?"


Junghwan mengangkat bahunya acuh.


" Aku memutuskan untuk berhenti dari semua jadwal les itu." Jawab Junghwan yang membuat Renjun mengerutkan keningnya.


" Kau sudah mengatakan ini ke daddy?"

Junghwan menggeleng membuat Renjun berdecak.


" Kau tidak bisa melakukan apapun sesukamu So Junghwan."



" Aku tidak membutuhkan semua les itu. Aku bahkan jauh lebih pintar darimu."

Renjun tersenyum miring mendengar Junghwan terang-terangan menghinanya.

" Aku akan mengantarmu ke tempat les."

" Hyung! Tidak pahamkah kau apa yang baru saja ku katakan?! Kau tidak bisa menyiksaku seperti bagaimana daddy menyiksamu! Aku bukan pewaris! Aku tidak butuh semua itu!"

Junghwan menatap tajam Renjun yang kini juga menatapnya tak suka.


" Kau tidak akan paham bagaimana perasaanku kalau kau sendiri belum mengalaminya Junghwan!" Desis Renjun.


" Aku memang tidak ingin paham! Yang aku mau, jangan libatkan aku dengan semua kesialanmu itu!"


Tatapan Renjun berubah tajam.


" Kenapa bukan kau saja yang menjadi pewaris agar kau tau bagaimana rasanya berada di posisiku sekarang?!"



" Aku tidak ingin!"


" Aku juga tidak ingin! Kau tau bagaimana rasanya jika hidupmu selalu di atur-atur?! Dari kehidupan pribadi hingga ke hal umum sekalipun hidupku telah di atur daddy! Kau paham perasaanku hah?!"


Junghwan terdiam. Tapi perasaannya tetap tidak senang. Renjun telah merenggut hidupnya juga dengan membuat Junghwan harus merasakan bagaimana masa mudanya yang di renggut seperti bagaimana Renjun dulu.


" Kau menderitakan hyung?" Tanya Junghwan akhirnya. Renjun tampak mengalihkan tatapannya, tidak ingin menjawab pertanyaan retoris dari Junghwan itu.


" Apa aku juga harus merasakan hal yang sama? Jika boleh memilih, aku tidak ingin berada di keluarga ini. Mentalku tidak sekuat mentalmu. Aku sangat tertekan. Aku menderita hyung."

Renjun menoleh ke arahnya. Junghwan menggigit bibirnya ketika melihat mata kakaknya itu tengah berkaca-kaca.

" Aku juga Junghwan. Aku juga. Aku tidak sekuat yang kau fikirkan."




" Tapi kau punya Na Jaemin. Kau beruntung orang yang kau cintai adalah orang yang sama dengan orang yang daddy pilihkan untukmu. Lalu bagaimana denganku?"


Renjun kembali mengalihkan tatapannya keluar kaca mobil.


" Makanya ku biarkan kau mendekati Kim Junkyu. Aku sudah tau ini dari lama. Tapi aku memilih bungkam untukmu."

" Lalu kenapa kau datang ke sekolah?"

Renjun kembali menatapnya.



" Daddy sekarang berada di Seoul. Aku tidak ingin kau berada di dalam masalah."


Junghwan terperanjat. Ia tidak tau harus merasa senang atau sedih saat mendengar ayahnya telah pulang.


" Masalah les. Terserah kau saja. Aku benci saat tau kau berfikir bahwa aku ini hanya ingin menyiksamu dengan semua kegiatan-kegiatan itu." Lanjut Renjun.




Junghwan tak menjawab apapun. Fikirannya hanya tertuju kepada ayahnya yang sekarang berada di Seoul itu.


" Bagaimana jika daddy tau aku berhubungan dengan Kim Junkyu?"


Renjun menatap Junghwan tidak percaya.

" Kau serius menanyakan itu? Kalau iya, jawab saja sendiri."


" Hyung! Jawab saja!"


Renjun menghela nafas jengkel.



" Yang pertama, aku tau kau dan Junkyu tidak sedang dalam hubungan apa-apa. Hanya sebatas kau menyukainya dan dia tak menyukaimu---"



" Ya! Dia akan menyukaiku secepatnya!"


Renjun mencibir.



" Atas dasar apa kau merasa sangat pede seperti itu?"

Junghwan buru-buru bersidekap dan mengalihkan tatapannya. Tidak mau lagi menatap Renjun.



" Kalau seandainya kalian benar-benar berpacaran nantinya. Daddy akan memaksamu dengan segala cara agar kau memutuskan hubunganmu dengan Kim itu. Itu skenario yang semua orang tau." Renjun tanpa peduli mengemukakan opininya.


" Kau---"


" Apa? Apa aku salah? Kau saja yang temperamental. Jika tidak ku ingat kalau kau ini adik kandungku, sudah ku lubangi kepalamu itu sedari dulu."

Junghwan mendengus.



" Kau selalu melampiaskan kekesalanmu padaku dengan pisaumu itu. Kau tidak tau ya kalau tubuhku penuh bekas luka karna sifat psikomu itu So Junghwan?"


Junghwan hanya diam tidak berniat membantah, karna apapun yang Renjun katakan memang benar adanya. Dia selalu melampiaskan kekesalannya ke Renjun. Telah banyak luka yang Junghwan toreh di tubuh kakaknya itu.


Dan Junghwan tak berniat menyesali kelakuannya itu. Kakaknya itu adalah defenisi malaikat dan iblis di dalam dunia nyata baginya.



Tbc..

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Crush | Hwankyu  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang