6

1.1K 190 88
                                    



Junkyu mengeluh tertahan saat melihat gang itu ternyata berakhir buntu. Nafasnya tersengal karna harus memacu tungkai panjangnya melewati lorong-lorong sempit nan kumuh itu. Langit sore mulai menggelap karna di tutupi awan yang  membawa cadangan air hujan yang siap di tumpahkan kapan saja.

Ini bukanlah daerah yang Junkyu tau, Pemuda itu sangat ketakutan sekarang. Di belakangnya para berandalan yang sedari tadi mengejarnya kini juga ikut berhenti beberapa langkah di depannya.



" Hahahaha! Mau lari kemana lagi?"


Junkyu gemetar, ketiga pemuda berwajah preman dan berbadan tegap itu tertawa mengejeknya.



" Jangan coba mendekat! Kau tidak tau siapa aku ha?!" Di tengah ketakutannya, Junkyu masih berusaha menggertak.



Salah satu berandalan berwajah paling sangar dan berbadan paling besar maju ke depan.


" Siapa peduli kau itu siapa dan anak siapa? Kau telah menghinaku. Dan kau akan merasakan akibatnya."


Pemuda itu berjalan mendekati Junkyu di ikuti oleh kedua temannya. Junkyu yang panik melihat kiri kanannya mencoba mencari celah untuk melarikan diri atau mencari sesuatu yang dapat di gunakannya sebagai senjata.

" Tubuhmu itu sangat menarik, wajahmu juga cantik. Tapi sayangnya kau terlalu sombong. Jadi tidak akan ku maafkan." Ujar si pemuda itu menyeringai.

Junkyu semakin tersudut, ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Tapi apa yang pemuda itu bisa harapkan? Siapa yang akan mendengarkannya? Gang sempit ini sepertinya sudah cukup lama di tinggalkan. Beberapa rumah yang Junkyu lalui bahkan terlihat tak terurus dengan tanaman yang merambat liar di sekitarnya.


" Tolong jangan lakukan apapun. Aku akan memberimu uang--"



" Uang? Bagaimana jika uangnya di ganti dengan tubuhmu?"



Junkyu ingin menangis sekarang. Sudah jelas kini apa yang akan berandalan-berandalan ini ingin lakukan padanya.


Predator-predator lapar itu kini terus melangkah maju, mendesak Junkyu ke gang buntu membuat Junkyu mau tak mau harus terus melangkah mundur. Wajah Junkyu pucat pasi, tangannya mulai tremor.

" Jangan takut manis. Kami tidak akan mengasarimu." Ujar salah satu berandal itu dengan senyum biadabnya.

Junkyu menahan nafasnya saat kini punggungnya telah membentur tembok tinggi yang ada di belakangnya. Tak ada tempat lagi untuk Junkyu melarikan diri. Apalagi ketiganya sudah berada dua langkah di depan Junkyu. Mata Junkyu mulai memanas memikirkan nasib buruk yang akan menimpanya setelah ini.

" Jangan menangis anak manis." Tangan kasar penuh bulu itu kini hendak menjangkau pipinya, tapi Junkyu segera menepisnya.

" Ku mohon, j-jangan lakukan apapun." Isak Junkyu. Ketiga berandalan itu kini saling lirik lalu menyeringai senang.


" Jangan takut, kita disini hanya untuk bersenang-senang."

Junkyu langsung menjatuhkan dirinya, meringkuk ketakutan saat ketiga berandalan itu kini mengurungnya dan berusaha menjamah wajahnya. Junkyu menyembunyikan wajahnya di balik lututnya. Tubuh pemuda itu bergetar hebat dengan isakan demi isakan lolos dari bibir pucatnya.

" Jangan-- jangan! Aku sangat takut."


Perlahan hujan turun membasahi bumi membuat ketiga berandalan itu mendongak ke langit.


Crush | Hwankyu  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang