Momen Tepi Sawah

1.1K 139 22
                                    

Senja sudah berlalu. Cahaya matahari jingga yang menyeruak langit kini berganti dengan rembulan yang menggantung di angkasa malam. Sinar peraknya yang mengkilap menimbulkan efek kemilau bagi siapa saja yang melihatnya. Kawanan burung terbang berhamburan. Kembali untuk beristirahat atau bisa saja pulang menemui anak-anak mereka dengan membawa asupan. Alam terlalu tenang untuk dinikmati. Bahkan serangga-serangga mulai bermunculan, sekedar untuk aktivitas malam atau bernyanyi dalam kesunyian.

Semuanya memang berjalan secara teratur dan damai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya memang berjalan secara teratur dan damai. Tapi bagaimana jika menelisik ke arah dua insan ini? Hanya wajah lusuh yang ditunjukkan. New begitu lega ketika bisa melihat tempat tidur di hadapannya. Ia meletakkan ranselnya di lantai. Ponsel New terus berbunyi karena baterainya mulai habis. New mengambil charger dan menemukan stop kontak di sebelah tempat tidur. Ia masih sibuk memastikan apakah ponselnya sudah diisi ulang dengan baik atau belum. Terdengar suara orang masuk dari belakang, New tahu itu pasti Tay. Namun, saat New membalikkan badannya, ia melihat Tay melepas pakaiannya dengan tergesa-gesa dan mendekat ke arah New dengan ekspresi mencurigakan.

"Wait wait Tay! Mau apa kamu hah? Jangan macem-macem ya!" New bersiap-siap jika hal buruk akan terjadi.

"New, please tolong..." Tay memegang kedua lengan atas New dengan erat.

Bulu kuduk New mulai merinding karena melihat air muka Tay yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Nafas Tay tampak sedikit sengal-sengal. Terlihat keringat mengalir dari pelipis hingga dagunya. Matanya sayu tapi nampak tajam. New menelan ludanya sendiri. Apa ia menahan sesuatu selama perjalanan?, pikir New.

"Tay mau ngapain? Aku mohon jangan lakuin itu..." New merasa sedikit takut dengan keadaan Tay di hadapannya, apalagi ia sedang memegangnya dengan erat. Seperti mencegahnya untuk lari.

"New, aku uda gak tahan lagi..."

"Ma-maksudmu apa Tay?"

Dengan secepat kilat, Tay memutar tubuhnya. Ia menunjukkan punggungnya kepada New. "New cepet bantu garukin punggungku dong! Tiba-tiba gatel banget, tapi tanganku gak sampe."

"A-apa? Garuk?" bahu New mengendur.

"Iya garuk. Kamu pikir aku mau minta apa dari kamu hah?" Tay mencoba menggapai area yang gatal namun sepertinya tangannya tidak sampai. "New buruan!" pinta Tay.

"Hmm... Iya iya. Hhh... bikin takut aja. Mana yang gatel?" New mulai menggaruk punggung Tay.

"Atas lagi sedikit. Iya di situ, eh agak ke kanan sedikit. Ya! Ya! Di situ. Garuk terus ya," Tay memberi arahan namun punggungnya meliuk-meliuk seperti kenikmatan.

Mata New nampak malas meladeni permintaan Tay ini. Ia hampir saja kehilangan detak jantungnya akibat sikap Tay tadi. "Ku kira mau ngapain," gerutu New dalam bisikannya.

"Apa kamu bilang? Memang kamu pikir aku mau ngapain?" Tay tida tuli rupanya.

"Eh enggak enggak kok... Cuma tadi kamu liatin aku kaya orang kelaparan," New berkata jujur.

TayNew Met in BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang