Bukan hal yang buruk menerima tawaran Pak Reno untuk bekerja sebagai buruhnya. Lagipula keluarganya sangat baik kepada Tay dan New. Anggap saja ini sebagai balas budi yang bisa mereka lakukan. Bekerja di kebun sepertinya bukanlah hal yang sulit. Mereka hanya perlu menyiapkan tenaga untuk besok. Tay bisa saja menganggap enteng hal tersebut, tapi ia khawatir dengan seseorang yang sedang tertidur di sebelahnya. Selimut tebal yang terasa kasar sudah menutupi separuh tubuh New. Kedua tangannya anteng berada di atas perutnya, sedangkan wajahnya menghadap Tay. Itu memberikan kemudahan untuk Tay, ia bisa memperhatikan wajah tamunya. Tunggu dulu, Tay tidak bisa menyebut New sebagai tamunya lagi. Ia sudah setuju untuk melepas posisinya sebagai pemandu wisata untuk New. Rekan? Ah, bukan, itu terlalu formal, kata itu lebih tepat untuk kolega. Bagaimana dengan teman? Mmm, apa kepeduliannya selama ini kepada New masih berada dalam zona teman? Atau jangan-jangan mereka sudah melompati level itu? Partner? Ya, Tay merasa itu kata yang tepat dan aman untuk mewakili mereka berdua.
Tay beralih lagi ke wajah mulus New. Ia tersenyum lembut setelah memperhatikan setitik tahi lalat di ujung hidung New. Bagi Tay itu seperti sebuah highlight dari paras New. Ia membenarkan poni New yang sedikit berantakan. Tay benar-benar kurang kerjaan, ia tahu itu hanya iseng, karena setelah bangun tidur rambut New akan lebih berantakan daripada saat ini. Ia teringat bagaimana New merawatnya tadi siang, New tampak khawatir. Sikap New sangat menyentuh perasaannya.
Malam ini terasa dingin, cahaya bulan menelisik dari lubang ventilasi. Tay tidak bisa menyusul New ke alam mimpi, padahal ini hampir pukul dua dini hari. Tubuhnya terasa bugar dan terjaga. Karena tidur siang tadi, Tay sekarang jadi seperti burung hantu yang menanti pergantian langit untuk mendapat jam tidur. Ia gelisah, bukan karena kasur mereka yang agak keras, tapi itu asli akibat dirinya yang sama sekali tak punya rasa kantuk. Akhirnya ia bangun dan keluar dari kamar.
Karena kamar mandinya berada di bangunan yang terpisah, Tay harus menahan hawa dingin saat ia melintasi halaman untuk kembali ke kamar tidur. Tay mengucek matanya, ia hanya ingin memastikan bahwa matanya tidak salah lihat. Pintu pada bangunan dapur terbuka, selain itu lampu ruangannya juga menyala. Tanpa ragu, Tay mengecek ke dalam dan menemukan seorang gadis remaja tengah sibuk dengan sesuatu di atas meja dapur.
"Janhae," sapa Tay.
"Ouh, Phi Tay belum tidur?" balas Janhae, tangannya masih sibuk menyobek bungkusan bumbu.
"Aku gak bisa tidur gara-gara tadi siang kelamaan tidur," keluh Tay. Ia memasuki dapur untuk sekedar memperhatikan kegiatan Janhae.
"Udah ngerasa sehat ya? Baguslah, besok kan mesti ke kebun bapak. Phi Tay perlu apa? Janhae bisa ambilin," tawar Janhae.
Tay juga merasa bingung, tapi ia menjawab saja, "Aku haus, mau minum. Aku bisa ambil sendiri kok." Tay berjalan mendekati dispenser yang letaknya di pojok dapur. Tay bisa melihat Janhae sedang meniriskan mi rebus dan memasukkannya ke dalam mangkuk. Setelah minum, Tay duduk di meja makan. "Laper ya?", tanya Tay. Ia bisa mencium bagaimana mi kuah instan rasa soto sangat menusuk penciumannya.
"Iya phi. Hihihi, Janhae memang sering laper tengah malem. Padahal itu gak bagus ya buat cewek, lama-lama bisa gemuk. Tapi aku laper, mau gimana lagi dong? Phi Tay mau? Aku buatin ya? Enak lho malem-malem gini makan yang hangat-hangat," tawar Janhae lagi.
"Mmm, boleh deh. Makasih ya..." Tay mengangguk.
"Oke deh phi, tunggu ya." Janhae segera mempersiapkan lagi alat masaknya. Ia memilih mi kuah rasa kari spesial untuk Tay. Sembari menunggu air di panci mendidih, Janhae beralih pada Tay. "Janhae tau, tadi phi pasti merasa gak puas sama menu makan malam tadi kan?"
"Eh, enggak kok," jawab Tay dengan bola mata yang tak berani menatap Janhae.
Janhae tergelak, ia ikut duduk di sebelah Tay. "Jangan bohong, maaf ya kalau makanannya kaya gitu. Itu sebenarnya persediaan yang bapak bawa sehabis ia dari hutan kemarin lusa. Jadi sayang kalau semua tangkapan serangga itu dibuang gitu aja." Janhae memperhatikan bagaimana ekspresi Tay jadi semakin aneh. "Tenang aja, kita bukan keluarga yang seprimitif itu. Besok aku suruh emak masak makanan yang biasa deh," sambung Janhae.
KAMU SEDANG MEMBACA
TayNew Met in Bali
Фанфик[COMPLETE] Genre: bromance, boyslove Dengan tujuan menenangkan suasana hati, New Thitipoom pergi berlibur ke Pulau Bali. Di saat yang bersamaan, Tay Tawan yang sudah lama tinggal di Bali sedang tergesa-gesa untuk berangkat ke luar negeri karena sua...