Morning in The Room 38

1.9K 180 15
                                    

Udara hangat sudah memasuki ruangan secara diam-diam. Cahaya dari sang mentari juga ikut menyambut hari dengan menerangi sisi gelap dari kamar ini. Semua tampak bahagia menyaksikan keheningan dari penghuni kamar nomor 38. Di atas tempat tidur yang lebar ini terdapat dua insan yang masih nyaman dengan cerita mimpi mereka masing-masing. Tapi apakah mimpi dapat membuat tempat tidur mereka menjadi kapal pecah seperti sekarang? Mungkin mereka bermimpi menjadi pendekar dalam peperangan.

'Tit tit tit tit'

Suara nyaring dari ponsel Tay berbunyi tepat pukul 08.00. Dahi dari si pemilik ponsel mulai bereaksi. Kerutan di keningnya mulai naik turun seperti ombak pantai, alisnya bergerak-gerak seperti ulat bulu. Hingga akhirnya kelopak matanya pun terbuka menyapa pagi. Tay meraih ponselnya dan mematikan alarm dengan baik. Jika ponsel Tay dapat berbicara, maka ia akan merasa bersyukur karena pagi ini ia tidak dihujat setelah bertugas membangunkan tuannya.

"Wuuaahheemmm...". Tay hendak menggosok matanya yang masih terasa lengket. Tapi entah mengapa lengan kirinya terasa berat, ada beban yang menghalangi pergerakan tangannya. Tay menemukan New sedang terlelap di lengan kirinya. Terlihat sangat nyenyak. Tangan New juga memeluk perut Tay, selain itu kakinya juga melilit pada kaki Tay. Wajah New sangat bersih ditambah paparan cahaya mentari pagi membuatnya semakin berkilau. Tay menatap New sepersekian detik, ternyata semua itu tak membuat paginya indah. Ia malah mendorong New menjauh ke sisi lain tempat tidur. New memang raja tidur, ia bahkan tak bereaksi apapun. Nafasnya masih saja terdengar teratur.

"Oii New! Bangun, udah pagi...", Tay mencolek-colek lengan New. Tapi New masih belum sadar. "Oiiii! New... Bangunnn..!", kali ini kaki Tay yang beraksi menendang-nendang pinggul New. Tetap saja tidak berhasil. "Dasar New babi! Bangunnn...!", Tay akhirnya memukul New dengan bantal. Masih tak bergerak. Dalam keadaan tidur saja, New ternyata masih mampu membuat frustasi. Tay mengacak rambutnya sendiri, ia menatap ke sekelilingnya. Ini kasur kok berantakan banget ya? Rasanya kemarin gak ada angin puting beliung deh. Tay menoleh ke manusia sebelahnya. Jangan-jangan ini makhluk semalem tidurnya kaya baling-baling helikopter. Makanya jadi hancur gini. Suara nafas New terdengar semakin melambat. New udah mati ya? Masa dipukul bantal aja mati? Tay mendekatkan dirinya ke kepala New, berusaha mencoba mencari wajah New yang memunggunginya. Ia mau memeriksa sisa hidup raja tidur ini. Lima detik Tay memeriksa wajah dan nafas New. Detik ke enam New membuka matanya.

"GYAAAA!!!!" PLAAKKK...!

Tay mengelus pipinya, tamparan New terasa sangat perih. "Tayy! Kamu mau ngapain hah?! Mau macam-macam ya?! Dasar mesum! Nyari kesempatan di saat orang lengah", New sudah terbangun dan mendapat kekuatan penuh untuk menampar dan menuduh orang lain.

"Kalau ngomong gak usah ngawur ya...! Siapa juga yang mau apa-apain kamu? Jijik!!! Aku cuma ngecek siapa tahu tadi kamu mati. Tidur aja kaya mayat!!! Sakit banget tahu pipiku!!! Ssshh aw...", Tay meringis. Terdapat tampak merah di pipi Tay, sudah jelas tenaga New untuk menampar sangat maksimal. Bahkan rasa sakitnya sampai ke tulang pipi. Itu nampar apa nonjok sih? Tay masih menahan sakit sampai membuatnya tengkurap di tempat tidur.

Tiba-tiba rasa dingin yang sangat tajam menyambut pipi merah Tay. Tay kaget dengan kehadiran suhu ekstrem itu. Ternyata itu New yang menempelkan es batu yang dibalut handuk kecil ke pipi Tay.

"Ayo sini", New menuntun Tay untuk duduk. "Sakit banget ya?"

"Pakai nanya lagi...", Tay membiarkan New mengompres pipinya.

"Kamu sih... Jangan kaya pelaku pelecehan gitu, aku kan jadi kaget..."

"Lagian kamu kalau tidur pasang nyawa dong! Jangan ditinggal di alam mimpi. Susah banget dibangunin! Kirain udah mati...!"

TayNew Met in BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang