My Hottest Sun

1.8K 153 43
                                    

Sebuah taksi berwarna biru berhenti di gerbang terluar Gereja Santa Maria Ratu Rosari. New langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke area halaman gereja. Jantungnya berdegup kencang. Ia menginginkan setetes harapan. Untuk saat ini, perasaannya kepada Tay mulai kembali lagi seperti sebelumnya seiring pijakan kakinya yang terus menyentuh tanah Bali untuk mencari belahan jiwanya.

Kecepatan langkah New mulai berkurang dan melambat. Bukan karena ia kelelahan, tapi ia baru saja melihat mobil sedan putih yang dipenuhi hiasan bunga, yang ia kira itu pasti mobil pengantin, sudah berlalu melewatinya untuk pergi meninggalkan gereja. Dada New mulai terasa sesak, belum lagi ia juga menemukan bahwa orang-orang sudah berada di luar gereja sambil melambaikan tangan dengan senyum penuh suka cita. Di sisi lain, sekolompok orang berjingkrak-jingkrak dan berfoto ria sambil memegang sebuah buket bunga pengantin.

Tay, apa aku sudah terlambat untuk memilikimu lagi?

Lutut New menjadi lemas. Tulang betisnya seakan tak mampu lagi menopang tubuhnya. Tatapannya kelabu, seperti menanti sebuah badai hitam untuk mengakhiri segalanya. Setetes harapan tersebut sudah menguap, sirna tanpa sisa. Keteguhan hatinya yang mulai terbentuk bak istana pasir, sekarang sudah rata lagi bagai disapu ombak pantai dalam sekejap. Apa ini cuma masalah waktu? Hanya karena dirinya datang terlalu lama? Rasanya itu sangat tidak adil. Musim hujan yang terlamat tiba selama satu tahun pun selalu disambut ketika ia mulai menjatuhkan rintik-rintiknya. Tapi apa New sekarang benar-benar sudah terbuang? New kelimpungan. Jalan pikirannya mulai kehilangan arah. Samar-samar daya dalam hati dan pikirannya mulai melemah, menghasilkan rasa sakit yang menyiksa pemiliknya sendiri.

Senyum-senyum bahagia dari para tamu adalah pemandangan yang kontras dibanding dengan apa yang terjadi pada New. Ia sekarang hanya mau pulang. Please... Sudah cukup dengan Bali, liburan, pantai, sunset—ah, benar juga. New belum punya kesempatan untuk menikmati indahnya pantai dan matahari terbenam di pulau eksotis ini. Tapi sudah tidak ada gunanya lagi. Semua akan tetap hambar tanpa kehadiran seseorang di sampingnya. Seseorang yang biasanya bertanya 'New, kamu suka di sini?' setiap kali dirinya tiba di sebuah destinasi baru. Tapi orang tersebut sudah tidak punya kepentingan lagi untuk memberi pertanyaan tersebut. Harusnya New sadar, pada akhirnya cepat atau lambat ia hanya akan menjadi peran pendukung dalam kisah ini. Dirinya hanya jadi penghias memori untuk kisah baru orang lain, kasarnya dia hanya berfungsi untuk menitip jejak.

New melangkah pelan untuk pergi dari gereja. Ia bukan bagian dari siapa-siapa di sini. Di tengah keterpurukan yang tiba-tiba ini, sepintas New merasakan sebuah penyesalan. Ia memerlukan seseorang yang bisa menerima pelukannya. Entah kenapa ia berpikir kalau orang itu adalah Earth. Bodoh sekali rasanya. New sudah memutuskan hubungan tersebut. Ia ingin sekali memotong bunga-bunga mekar yang ia lihat di taman ketika melintas. Mereka seperti menghina New dengan keelokannya. Tapi beruntung, niat buruk tersebut dibatalkan karena ada suara lantang yang memanggilnya.

"Phi Neww... Phi... Tunggu dulu..."

New masih berbaik hati untuk menoleh. Oh... Rupanya Joss...

Joss nampak sengal-sengal karena habis berlari untuk menyusul New. Syukurlah ia masih bisa bertemu dengan New, sebelum ia benar-benar pergi menghilang.

"Phi..." Joss harusnya memberi wajah yang lain, bukan wajah bersalah seperti ini.

"Mmm..." New sebenarnya sudah tidak mau berurusan lagi. Ini membuatnya mau meledak.

"Aku minta maaf phi..." Joss menyesap bibirnya. "Aku gak bisa berbuat apa-apa..."

New tak memberi respon apapun. Ia hanya berusaha menghormati Joss dengan mendengarnya memberi penjelasan.

"Tapi Phi jangan pergi dulu!"

"Aku mau pulang Joss. Makasih atas segalanya..."

"Phi New, aku mohon... Untuk yang terakhir ini. Dengarkan aku sekali saja, aku tahu kalau perasaan phi sudah tidak beraturan lagi. Tapi ini amanat untuk phi dari keluarga Vihokratana..."

TayNew Met in BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang