Tay tidak tahu kalau ia harus berusaha keras seperti ini terhadap New. Mereka berdua sudah cukup lama berada di Tanah Lot. Tapi tidak dengan New, ia merengek agar bisa diam di sana lebih lama. Tentunya Tay tidak bisa melakukan itu, karena mereka masih punya rute ke tempat lain. Ini sungguh di luar dugaan, Tay harus menarik-narik New agar bisa sampai ke parkiran. Sangat memalukan, sekarang mereka seperti melakukan adegan seorang ibu yang harus memaksakan anaknya yang ngambek untuk pulang karena tidak dibelikan mainan yang diinginkannya.
"Tayy... Pleaseee jangan pergi dulu, aku masih mau di sini.", New berusaha agar bisa melepaskan pegangan Tay di pergelangan tangannya. Ia bahkan mencongkel jari Tay satu persatu agar bisa bebas.
"Gak bisa. Kita mesti pergi ke tempat lain lagi.", Tay benar-benar harus mengeluarkan tenaga ekstra. Punggungnya sudah terlalu berat dengan tas yang ia bawa, namun sekarang harus menyeret manusia seperti New ini.
"Gak mau! Maunya di sini lebih lama.", New berjongkok agar beban tubuhnya jadi lebih berat.
"Huft!!! Gila! Capek banget! New bisa gak jangan kaya bocah gini? Aku capek tau.", Tay berkecak pinggang karena tak kuasa dengan sikap New.
"Tapi aku masih mau di sini. Aku suka di sini.", New memoncongkan bibirnya dengan posisi masih berjongkok.
"Ya udah diem aja terus di sini! Kamu tidur sama ular tadi itu aja ya. Bye...", Tay langsung melesatkan langkahnya meninggalkan New.
New mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia diam, tadi ia memang mencoba melepaskan tangan Tay. Tapi sekarang ia merasa aneh dengan tangan kosongnya. Tay beneran mau ninggalin aku? Tidaakkk.... Konyolnya lagi ia masih saja berjongkok di tengah keramaian orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Krik... Krik... Krik...
"Taay! Tunggu aku...", New berlari menyusul Tay.
***
Oke, sekarang ada apa lagi ini? New dari tadi tidak berbicara apapun. Tay bisa melihat wajah New dari kaca spion. Ia masih saja memainkan bibirnya, memonyongkan dan kadang mengigitnya. Bolak-balik seperti itu saja terus. Terkadang mengembungkan pipinya.
"Jangan digituin mulutnya. Nanti jadi bebek beneran.", Tay berbicara sambil menoleh sedikit ke belakang.
"Tau ah... Bodo amat sama bebek. Gak peduli.", New menjawab jutek.
Fine... New mulai lagi deh. Tay tahu sekarang New sedang ngambek lagi. Ia mencoba meraih tangan New agar memeluk perutnya, tapi New menolak. Selama perjalanan, New juga tidak menumpukan kepalanya di bahu Tay. Bukannya itu harusnya bagus untuk Tay? Ia merasa ringan di seluruh tubuhnya selama mengendarai. Tapi kenapa Tay jadi merasa aneh ya?
Saat di rambu lalu lintas, Tay mencoba menyentuh paha New atau sekedar mencubit-cubit kecil, namun ditepis oleh New dengan kasar. Gagal lagi... Tay tidak kehabisan cara, ia beberapa kali sengaja melakukan rem mendadak, padahal tidak ada kendaraan di depan mereka. Tapi New masih belum merespon, ia hanya menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan menutup kaca helmnya. Gagal lagi... Tay bahkan harus berhenti sebentar hanya untuk membeli minuman es kelapa muda untuk dirinya sendiri, berharap New akan tergoda dan minta dibelikan. Tapi Tay lupa kalau tadi New sudah sempat membeli minuman saat di Tanah Lot, jadi kalau ia merasa haus melihat Tay, ia bisa meminum minumannya sendiri. Hmm gagal lagi... Seraya mengunyah daging kepala muda, Tay jadi bingung.
Akhirnya Tay tetap melanjutkan perjalanan dengan suasana yang seperti itu. New memang jago sekali ngambek berlama-lama.
"New..."
"New", Tay sekarang menepuk-nepuk lagi paha New. New masih saja diam. Ini sudah keterlaluan. Haruskah seorang Tay yang harus menanggung ini? Apa Tay tidak pantas dihargai sampai harus dicueki seperti ini? Tay menepikan motor mereka. Ia turun dari motornya sambil melepas helmnya dengan berang. Sedangkan New masih terduduk di jok.
KAMU SEDANG MEMBACA
TayNew Met in Bali
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Genre: bromance, boyslove Dengan tujuan menenangkan suasana hati, New Thitipoom pergi berlibur ke Pulau Bali. Di saat yang bersamaan, Tay Tawan yang sudah lama tinggal di Bali sedang tergesa-gesa untuk berangkat ke luar negeri karena sua...