Manusia butuh ketenangan, kadang otak tidak mendapatkan haknya untuk istirahat. Kalau sudah gila, baru ga boleh mikirin hal-hal yang berat.
Terlambat.
--------
-----------------------------------------------------------------------------------
Di hari pertama masuk sekolah, kami belum disuguhi pelajaran-pelajaran yang mungkin nantinya akan membuat beban. Beberapa guru yang masuk hanya melakukan perkenalan penuh atas dirinya dan membuat kesepakatan atas konsekuensi yang nantinya akan kami tanggung jika tidak membuat tugas yang ia berikan.
Buk Deva, yang katanya ia guru ekonomi, kini menuliskan namanya besar-besar di papan tulis.
DEVA YULIA
Demikian yang dilihat oleh seisi kelas di papan tulis. Aku heran, maksudnya apa coba, menuliskan namanya sebesar itu. Kami sebagai murid bukan rabun atau tuli. Kurasa dengan dia menyebutkan namanya saja sudah bisa diingat. Lagipula nantinya seiring berjalannya waktu, murid dan guru juga akan saling mengenal. Apalagi kalau murid itu sok pintar dan pandai cari muka. Tentu juara 1 akan menantinya.
Buk Deva terus menceritakan pengalaman-pengalamannya. Mulai dari ia menjadi anak kost, menjadi guru SD, dan sampai ia menjadi guru SMK.
Tidak hanya itu, ia juga bercerita tentang keluarganya, tentang anaknya yang selalu menjadi juara umum di SD dan menjadi juara di lomba-lomba yang diikuti.Semua dijelaskan penuh olehnya, membuat aku jemu, tak tahu dengan yang lain, kurasa juga sama. Pelajaran ekonomi kok jadi bahas biografi.
"Buk, zodiak ibu apa?" Ihsan mengangkat tangannya dengan senyum kecil. Kurasa balita juga tahu kalau maksud dan tujuan Ihsan bertanya itu terkesan meledek.
"Sio Ibuk, apa buk?" Lanjut salah seorang murid.
"Macan, atau ular?"
"Hahahah...." tawa seisi kelas bersamaan. Ributnya sudah mengalahi rombongan anak ikan yang sedang mencari makan."Ini kalian ngeledek saya, ya?" Mata Bu Deva tajam menelorong. Dipandanginya baris demi barus siswa yang duduk.
Semua terdiam, duduk layaknya patung yang tak bergerak sama sekali.
"Kita mulai pelajaran." Tegasnya lagi.
Kulihat beberapa murid di kelas tampak cemberut dan menghela napas berat.
"Baru juga masuk, udah belajar aja" gerutunya.Ya aku tahu tujuan sekolah itu untuk belajar. Tapi tidak secepat ini juga.
Manusia butuh ketenangan, kadang otak tidak mendapatkan haknya untuk istirahat. Kalau sudah gila, baru ga boleh mikirin hal-hal yang berat.Terlambat.
******
Jam istirahat telah datang, ditandai dengan bunyinya bel yang berisi suara " saatnya istirahat "
"Kantin yuk," ajak Ihsan.
Jemi hanya mengangkat alis tanda setuju.
Ia langsung menoleh ke arahku.
"Yuk" ajaknya.Aku membalas tatapannya."gak ah"
"Pokoknya harus." Ia langsung menarik tanganku kuat-kuat tanpa mempertimbangkan jawabanku yang menolak ajakannya.
Jemi dan Ihsan terus menarikku menuju kantin. Kulihat suasananya begitu ramai. Segala macam makanan kurasa tersedia di kantin itu. Mulai dari mie ayam, bakso, tekwan, dan bahkan cimol, semua tampak jelas dari etalase yang transparan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Them
Ficção AdolescenteAda kalanya seseorang harus rapuh hanya supaya ia bisa belajar bagaimana caranya bangkit. Neo dengan segala keterpurukannya adalah sebuah kekurangan yang paling besar. Namun semua berubah drastis sejak kehadiran tiga sosok sahabatnya yang pada awaln...