19. Dunia menjauh

3 1 0
                                    

"Cowo juga punya titik lemah kali. Ga harus selalu jadi kuat. Karena perempuan juga punya hak untuk jadi kuat juga"

-SALSABILA-

-----------------------------------------------------------------------------------

"Sebelumnya, lo sekolah dimana?"

"Tunggu... kayaknya gue pernah ketemu deh sama lo, tapi dimana ya?" Tanya Salsa yang lebih tepat ditujukan ke dirinya sendiri.

Gadis itu berusaha mengingat.

"Neo... gue Neo, temennya Jemi" potongku.

"Oh..iya.. yang waktu itu kan?"

Aku mengangguk.

"Gue dari SMA Anak Bangsa. Gue pindah emang maunya gue sendiri sih."
Aku lagi-lagi mengangguk.

"Lo gak jajan di kantin?"
Salsa menggeleng, "Enggak"

"E...Lo.. pacarnya Najemi?" Tanyaku ragu.

"Apaan sih. Ya enggak lah. Gue sama dia tuh cuma temenan. Gue kenal dia tuh dari SMP. Kebetulan dulu kita sekelas."
Aku lega, entah kenapa hatiku rasanya plong. Kan tidak lucu kejadiannya kalau aku harus berebut satu perempuan dengan sahabatku sendiri, biar bagaimanapun, aku harus bisa menjaga persahabatan ini dengan baik. Karena sahabat adalah segalanya.

"Oh iya, lo kan pindahan dari SMA, jadi belum banyak ngerti soal SMK, apalagi kalau nyangkut masalah akuntansi. Nah, kalau lo butuh bantuan atau apapun itu, lo bisa dateng ke gue" kataku menawarkan diri.

Ia tersenyum, "makasih ya".

Aku tersenyum tipis sambil samar-samar mengucapkan "iya."

Hari itu, aku tidak tahu bagaimana bahagianya perasaanku ketika hanya melihat senyumannya saja.
Masalah perasaan memang sulit dijelaskan, namun selalu bisa dirasakan. Dia dengan senyumannya lagi-lagi membawaku pada kenyataan bahwa dunia itu indah.

"Entar sore, lo ada acara gak?" Tanya Salsa sembari mendekatkan wajahnya ke wajahku, membuat aku salah tingkah. Aku menunduk

"Hei..." tegurnya memegang daguku, memaksanya untuk memandang dirinya, dan itu berhasil membuatku bisa melihat jelas bibir dan matanya yang indah, bahkan lebih indah dari sekedar permata.

Neo...come on. Kok lo jadi kelihatan bego gini sih, lo itu sangar. Lo kuat, lo lebih dari segalanya. Tapi di hadapan Salsa kenapa lo selemah ini?

Di tengah grogi yang sudah memuncak, ucapanku terbata-bata "Eng...gak sih. Kenapa?"

"Mau ngajak lo nonton. Soalnya hari ini jadwal filmnya bagus banget lho."

"Oh ya?"

"Beneran"

"Boleh. Tapi aku ga bis bawa motor"

Salsa menyentuh pergelangan tanganku, membuat aku mati kutu, jantungku rasanya berdegup tiga kalu lebih cepat. Aku menunduk, tak berani menatap matanya.

"Gue yang bawa mobil. Gue yang jemput elo"

"Gak papa?"

"Kenapa harus apa-apa? Cowo juga punya titik lemah kali. Ga harus selalu jadi kuat. Karena perempuan juga punya hak untuk jadi kuat juga. Izinin aku buat ngebuktiin itu."

Aku tersenyum tipis. "Oke"

Tangan Salsa yang masih setia memegang tanganku, membuat jidatku basah dihujani keringat dingin.
Jujur, kata-kata Salsa itu benar-benar hebat, isi ucapannya persis seperti mendiang ibuku. Dia hanya sebatas perempuan, namun kuat, jauh dari hebatnya laki-laki.
Namun dibalik ucapan Salsa ada keberanian tersendiri untukku mencoba sesuatu yang baru. Entah kenapa ia seperti membawa kayu bakar yang siap menyulut api semangatku, membuat aku panas dan terbakar untuk bangkit, bangkit menjadi laki-laki kuat. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa setelah itu aku harus bisa bawa motor dan mobil supaya tidak terlihat lemah di hadapan Salsa. Dan yang terpenting aku bisa jadi pahlawan baginya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang