Kantor

341 40 1
                                    

Hari ini, Rin sudah rapi, dengan setelah jas kerjanya. Dia juga tak lupa, merapihkan rambut dan memakai sepatu high heels berwarna hitam. Dia bekerja sebagi data scientist, tak heran, jika diumurnya yang baru menginjak 27 tahun. Rin sudah memiliki finansial yang cukup bagus.

Yang justru diherankan adalah, dia termasuk anak yang sangat amat malas belajar, nilainya sewaktu sekolah menengah ke atas juga lumayan. Lumayan hancur maksudnya.

Setelah kejadian Raka mengkhianatinya, di situlah Rin jadi semangat belajar, dan mengambil jurusan teknik informatika, awalnya Rin hanya coba-coba mendaftar, dia sih sudah yakin tidak akan lulus, tapi Tuhan selalu punya caranya sendiri untuk menunjukan kuasanya, yang menurut manusia tidak mungkin, baginya hanya hal kecil.

Rin masuk di salah satu universitas ternama, dia bahkan rela-rela untuk belajar tambahan, dan tidak pernah nongkrong bersama teman-temannya. Upss lupa, Rin gak punya teman sebenarnya. Dia menjadi lebih fokus dalam belajar, beberapa kali dia menyerah, karena selalu gagal dalam beberapa mata pelajaran, tapi orangtuanya selalu memberikan semangat. Rin akhirnya melewati 4 tahun terberatnya dengan dibayar lunas sebagai 10 lulusan terbaik.

Rin senang,  dia merasa bisa membuktikan pada orang yang selalu mencemoohnya bodoh, bahwa mereka salah. Berangkat dari dendam dan pulang bawa kemenangan, tapi itu semua tida berlaku untuknya. awal bekerja di perusahaan, dia masih merasa hebat, tapi lambat laun, dia sadar masih banyak yang lebih hebat darinya. Bahkan dia bukanlah apa-apa, dia sadar itu.

Rin mulai beranjak dewasa dan memahami segala hal, bahwa dendamnya pada orang lain, menyiksa dirinya sendiri. Dia mulai mengurangi ambisinya untuk orang lain, dia hanya ingin terlihat oleh Raka, itu dulu.

"Pagi Bu Rin!" Sapa salah satu rekan kantornya. Mereka berpapasan saat Rin hendak keluar dari lift.
"Pagi!" Dia tidak pernah sombong di kantor, dia selalu menjawab dan tersenyum ketika sedang ditanya. Walaupun bisa dibilang dia salah satu orang penting di perusahaan ini.

Sebelum masuk ke ruangan, dia absen terlebih dahulu, beruntungnya dia absen di depan ruangannya sendiri, jadi tidak perlu repot-repot mengantri. Rin sellau datang tepat waktu, bahkan sebelum waktunya masuk dia sudah datang. Dia termasuk karyawan yang rajin dan disiplin, banyak yang segan padanya.

Termasuk untuk mendekatinya, sebagai seorang pria yang tertarik pada wanita.
Rin itu tertutup, dia tidak pernah membicarakan masalah pribadinya, bahkan beberapa orang berpikir, bahwa Rin mempunyai keluarga yang bahagia. Dan banyak pria yang malah menjadi minder, berpikir bahwa mereka tidak ada apa-apanya untuk bisa bersanding dengan Rin. Hanya ada satu yang selalu berusaha mendekati Rin, yaitu seorang Manager berusia 33 tahun dan belum menikah.

Banyak yang merasa patah hati, begitu tersebar berita, bahwa Pak Gema menyukai Rin. Mulai dari karyawan perempuan daln karyawan laki-laki yang diam-diam menyukai Rin.

Rin bukan tidak paham dengan sinyal-sinyal yang diberikan Gema untuknya, dia merasa belum mau membuka hatinya lagi. Pernah, dulu saat mereka habis merayakan acara kantor. Gema memaksa mengantarkan Rin pulang, atas bujukan dari yang lain, akhirnya Rin mau. Diperjalanan, Gema terang-terangan bicara bahwa dirinya ingin diberikan kesempatan oleh Rin. Tapi wanita itu belum mengatakan, tidak bisa memberikan janji. Rin masih takut, padahal jika dilihat Gema adalah seorang pria yang sudah ideal untuk menjadi seorang suami dan ayah.

"Masuk!" Perintah Rin kala mendengar suara ketukan pintu.

"Pagi Rin, kamu sedang sibuk?" Tanya laki-laki berperawakan ideal itu.

"Pagi pak Gema, tidak terlalu, ada yang bisa dibantu."

"Mari kita ke ruangan meeting, yang lain sudah di sana,"

"Baik Pak," ujarnya kemudian bersiap. Rin kemarin cuti, mungkin dia melewatkan pengumuman ini. Pagi ini pun, dia tidak mengecek handphonenya. Yang penting, dia selalu siap dengan pekerjaannya.

Rin berjalan bersama pak Gema. Banyak pasang mata yang melihatnya dengan tatapan memuja dan ada yang iri. Pintu ruangan dibukakan oleh Gema,
Mempersilahkan Rin untuk masuk ke dalam ruangan. 

Ternyata, yang lain sudah ada di sana. Staf-staf penting yang biasanya berkumpul untuk membahas masalah besar.

Saat mereka saling menyapa, pintu ruangan terbuka, dan terlihat seseorang masuk ke dalam ruangan. Mereka semua bersiap menyambut dan menunduk tanda hormat, kecuali Rin, dia tidak mengerti. Untuk apa Azka ada di sini?

Rin bahkan tidak menyadari, hanya dialah yang tidak memberi salah hormat pada Azka.

Ouhhh... Ini toh, yang Azka bilang mereka akan sering bertemu.
Gimana guysss?  😁

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang