Rin sangat gembira, begitu melihat jam sudah menunjukan pukul lima sore, sekalipun lewat lima belas menit, tapi Rin senang dia bisa cepat pulang dan tidak perlu lembur.
Rin sudah mematikan laptop dan berdiri menenteng tasnya selempangnya. Tak lupa, dia juga mematikan lampu. Rin keluar dari ruangan dia berpapasan dengan beberaoa karyawan yang hendak pulang juga.
"Pulang Bu Rin," ujar salah satu dari mereka basa basi.
"Iya Mil, kamu mau bareng?" tanya Rin, menawari tumpangan, rumah Mil ini sejalan dengan rumahnya. Mil menggeleng.
"Makasih Bu, tapi saya dijemput tunangan saya," jawab Mil dengan malu-malu soang.
Rin hanya bisa membentuk mulutnya seperti hirup o. Rin mengangguk, lalu pamit duluan.
Menyebalkan, kenapa harus tersipu hanya bicara Kat tunangan saja, aneh. Gerutu Rin sembari terus berjalan.
"Bu Rin!" Teriak seseorang lumayan kencang, seperti sedang mengejarnya. Rin menghentikan tangannya yang hendak membuka mobil.
"Ada apa Pak Gema?" tanya Rin bingung.
"Saya boleh ikut pulang tidak, mobil saya bannya bocor," ujar Gema jujur. Ya memang jujur, hanya saja dia bisa menelpon ojol atau apalah itu yang bisa membantunya pulang, tidak perlu meminta Rin mengantarnya pulang.
Saat tau ban mobilnya bocor, Gema sangat senang. Dia segera mencari Rin, lelaki itu sudah sakit jiwa sepertinya.
"Boleh kok, silahkan masuk pak Gema."
"Biar saya aja yang stirkan Bu," usulan Gema benar juga, Rin juga pegal.
Rin tidak membantah, dia memberikan kunci mobil itu pada Gema. Andai saja Azk yang entah muncul dari mana mengambil kunci tersebut secara tidak sopan.
"Biar saya aja yang stirkan," ucap Azka tanpa merasa bersalah, sudah mengagetkan dua insan tersebut.
"Pak Azka!" Seru mereka berdua bersamaan.
"Hai Gem, sepertinya hari ini kita samaan ya, menumpang ke mobil Rin,"
"Tapi-," Rin hendak memberikan pembelaan, dia tidak ada bicara akan pulang bersama Azka.
"Kamu pasti lupa, karena banyak pekerjaan, kita kan mau bertemu om Dito, maksud saya Pak Dito."
Gema yang mendengar Azka mengucapkan nama bos besar mereka seketika berpikir keras, tidak mungkin dia menumpang pada Rin sementara dia akan bertemu Pak Dito, jika terlambat bisa-bisa Rin dimarahi pak Dito yang sangat terkenal disiplin itu.
Sementara yang Rin pikirkan adalah ucapan terakhir antara dirinya dan Azka yang dimana Azka mengucapkan bahwa omnya itu bilang dia dan Azka cocok.
"Kalau begitu, biar saya menumpang pulang pada yang lain saja."
"Jangan. Biar saja, masih ada waktu kok." Rin merasa tidak enak pada Gema, dia juga tidak mungkin berseteru dengan Azka di depan Gema. Dan mempermalukan Azka yang sudah berbohong itu.
"Tidak apa-apa Rin, saya bisa pulang sendiri."
"Baguslah," celetuk Azka yang membuat Rin ingin melakban mulutnya.
"Pak Gema saya masih punya banyak waktu,"
"Begini saja, Ok Gema biar diantar pak San saja, sepertinya Bu Rin sangat khawatir kalau Pak Gema pulang sendiri."
Gema dan Rin hendak bersuara tapi didahului oleh Azka.
"Pak San!" Azka memanggil Pak San yang sudah ada di sana, seakan-akan semua sudah terencana rapih.
Pak San mendekat
"Tolong antarkan Pak Gema ke rumahnya, Saya dan Rin ada urusan. Ayo Rin masuk! Hati-hati di jalan Pak Gema, awas pak San, jangan sampai Pak Gema lecet, nanti Bu Rin marah sama saya."
Azka masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Rin yang terus menatapnya tajam.
"Apa? Kamu ingin sekali pulang dengan Gema?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Direktur
RomantizmRin adalah wanita yang sedang susah payah untuk move-on dari mantan pacarnya sewaktu SMA dulu, dia sudah berubah, agar terlihat lebih baik dari sebelumnya, tiba-tiba mereka bertemu dan diajakin balikan. setelah dia tolak, Karena masih punya dendam...