Tepat

227 29 1
                                    

"Ternyata sedang ada tamu, baiklah kalau begitu, saya pergi dulu Rin."
Suara bariton tersebut, menyudahi acara tatap-tatapan antara Rin dan Raka.

"Pak Azka." Seru keduanya. Kemudian Raka kembali melihat Rin, aneh sekali dia mengatakan pacarnya sendiri dengan sebutan Pak.

"Saya tadinya berniat untuk menjemput Rin, tapi kalau kamu yang datang duluan untuk mengantarnya pergi. Tidak apa-apa, saya bisa pulang."

Rin mengumpat pelan, dia senang Azka datang, tapi dia tidak suka, ketika Azka sengaja membiarkannya dengan Raka. Padahal, Azka tau siapa Raka. Dia menatap Azka dengan penuh harap, semoga saja Azka  mengerti arti tatapannya.

Raka sih tidak masalah, jika harus mengantar Rin ke kantor. Tapi, apa Rin mau?

"Saya hanya mengantar undangan dari perusahaan." Raka segera mengklarifikasi, dia tau diri, bagaimanapun dia tidak berhak lagi untuk Rin, dia juga takut jika Rin dan pacarnya ini justru berantem karena dirinya.

"Saya pikir, mau reonian. Atau kalian dulu sering sarapan bersama?"

Rin sudah mulai tidak tenang, dia malu dengan mulut Azka yang sangat lemes, Raka itu orangnya sangat menjaga image. Dia pasti sedang ditertawakan Raka dalam hati sekarang oleh Raka sepertinya, pikir Rin.

"Maaf Pak Azka, mungkin anda salah paham. Saya tidak mungkin melakukan itu."

"Hanya mengintai pacar saya di kantor, betul?"

Skak mat
Bukan Azka namanya, jika tidak tau apa-apa, tapi banyak bicara. Azka  berekspresi seakan-akan, dia adalah seorang pacar sungguhan yang memang sedang menegur orang lain yang mengganggu pacarnya.

Rin ingin protes, tapi tatapan Azka yang begitu tajam membuat nyalinya ciut. Rin bukan ingin membela Raka, tapi dia tidak ingin tau lagi, apa saja yang dilakukan lelaki itu padanya. Sekalipun hal yang membahagiakan, itu hanya akan menjadi hal yang sia-sia.

"Saya minta maaf, permisi." Raka pergi begitu saja, dia juga tidak menyempatkan diri untuk melihat ke arah Rin, Raka terlalu pengecut. Bukan! Raka selalu menjadi pengecut. Azka membiarkan lelaki itu pergi, Rin melihat kepergian Raka, yang sama sekali tidak menengok ke padanya lagi. Bahkan sampai dia mengendarai motornya dan melaju melewati rumah Rin.

"Kamu pasti marah sama saya ya, karena membuat dia meninggalkan kamu begini."

"Maksud kamu apa sih? Pagi-pagi datang ke sini, cari gara-gara."

"Kok jadi saya yang salah? Kenapa kamu kecewa dia gak lebih lama di sini, dan mengantar kamu pergi ke kantor?"

"Saya punya kendaraan sendiri untuk pergi! Dan saya juga sama sekali tidak kecewa."

"Terus kenapa? Kamu marah sama saya?"

"Bapak sekolah di luar negeri tapi otaknya ditinggal di rumah tetangga ya, anda yang tidak jelas. Datang ke rumah saya tiba-tiba membuat kekacauan. Anda pikir bisa melakukan semua hal yang ada suka? Mikir!"

"Saya gak suka kamu didatangi dia, saya cemburu."

Rin diam. Kenapa lelaki ini begitu gamblang mengatakannya.

"Bukan urusan saya."
Rin masuk ke dalam rumahnya, lalu menutup pintu, Azka ingin menahannya, tapi dia kalah cepat dari Rin.

"Saya ke sini untuk menjemput kamu! Jadi segera siap-siap. Kita berangkat kerja bersama."

"Tidak! Saya ijin tidak bekerja hari ini!"

Mereka berkata, saling berteriak.

"Sehebat apa sih mantanmu itu? Sampai buat kamu gak mau kerja karena hanya bertemu dengan dia."

Rin memukul pintunya kesal. Kemudian dia membuka pintunya.

"Kenapa?" Tanya Azka dengan wajah tanpa dosa.

Akhirnyaaa aku bisa update juga... Karena kemarin bepergian dan akhirnya drop. Hari ini baru bisa update.... Stay healthy ya guysss.

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang