Diterima?

308 35 0
                                    

Rin sama sekali tidak mengeluarkan ekspresinya karena terlalu kaget dengan apa yang dilakukan Azka. Bisa dibilang, ini adalah lamaran pertama dari seorang laki-laki untuk Rin, eum maksudnya gak ada juga cewek yang ngelamar Rin. Maksudnya adalah baru kali ini, secara langsung ada lelaki yang memberikan cincin dengan tujuan melamarnya. Sebelumnya hanya omongan belaka, itu pun tidak pernah dia respon.

Rin diam sejenak, mengatur nafasnya agar tidak terbawa suasana. Dia juga takut, ada mitos, kalau kita menolak lamaran pertama, nanti setelahnya akan sulit dapat jodoh.

Harusnya ini menjadi hal yang paling indah, hal yang selalu dia yakinkan akan datang, mungkinkah pria ini, yang sesungguhnya akan menyematkan cincin berlian seperti yang dia impikan selama ini. Rin memikirkan semuanya dengan baik-baik. Jangan sampai di terbuai rayuan sesaat.

Dengan segenap keyakinan hatinya.

Rin menggeser kotak cincin yang sudah di hadapannya, dia memberikannya lagi pada Azka.

"Ada wanita yang lebih pantas dari saya untuk mendampingi pak Azka yang terhormat."

"Kenapa?" tanya Azka. Tidak ada raut yang menunjukan bahwa dirinya kaget, karena telah ditolak.

"Saya masih terlalu takut untuk memulai hubungan dengan siapapun. Terlebih kita baru kenal."

"Sepuluh tahun apa belum cukup?" tanya Azka berbeda dengan yang Rin ucapkan.

Rin menggeleng, dia sudah tidak lagi penasaran siapa Azka dan bagaimana proses laki-laki bisa tau bahwa dia sudah 10 tahun terpuruk seperti ini.

"Saya tidak punya batas untuk berdamai dengan diri saya sendiri. Mungkin bisa selamanya."

"Saya bingung, harus memberitahu kamu bagaimana lagi, apa yang membuat kamu tidak yakin pada saya?"

"Saya. Saya yang tidak yakin pada diri sendiri, saya takut setelah ini, saya atau kamu yang akan jadi korban selanjutnya."

"Manusia patah hati adalah hal yang wajar. Kenapa kamu paranoid sekali. Tuhan berikan kamu hati bukan untuk disakiti."

"Karena saya tidak berniat melibatkan siapapun lagi masuk ke dalam permasalahan hati saya. Tuhan tau, seberapa keras usaha saya untuk mempertahankan hati yang sudah terlanjur remuk ini."

"Beri saya satu celah, agar bisa masuk ke dalam hatimu."

Rin menggelengkan kepalanya. Dia tidak ada ingin sesuatu.

"Saya tidak bisa memohon pada manusia. Jadi beri saya satu alasan atau cara yang bisa membuat kamu yakin, saya layak untuk kamu."

"Ceritakan semua yang kamu tau tentang aku."

Hanya itu, Rin yang awalnya sudah tidak perduli, akhirnya memutuskan untuk menanyakan hal ini. Rin bahkan tidak sadar dia menyebut dirinya aku dan Azka kamu. Bukan saya dan pak atau anda.

Azka diam. Menatap Rin lekat, ada keringat yang keluar di dahi lelaki itu, padahal udara di ruangan ini dingin. Perlahan Azka hendak membuka suara. Rin sangat antusias mendengar apa yang akan lelaki itu katakan.

"Ya sudah. Kalau kamu belum yakin sama saya sekarang, saya bisa yakinkan kamu dulu, dan lain hari, lain Minggu atau lain bulan. Saya akan coba untuk melamar kamu kembali."

Waw

Sangat di luar dugaan. Rasanya hanya ada 1 dari 1000% laki-laki normal yang bisa melakukan hal ini.

Azka nyengir. Dia memasukan kotak cincin tersebut ke dalam saku jasnya.

"Aku yakin, nanti kamu pasti akan mau pakai cincin ini, saya tau ini adalah cincin yang kamu idam-idamkan. Setidaknya ini kw  super. Tidak seperti milikmu yang keterlaluan halunya."

Shit.

Fix. Azka cenayang!






Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang