Gema

331 34 1
                                    

Rin kaget, di dalam ruangannya ada Azka. Dia menunggu jawaban dari lelaki itu. Namun, Azka masih betah melihat ke arah komputer yang ada di hadapannya, dia seperti tidak sadar atau tidak perduli, dengan kehadiran Rin.

Rin menjadi geram.

"Pak Azka, saya mau bekerja." Tegas Rin. Dia juga meninggikan suaranya.

Azka melihat ke arahnya sebentar, tak lama, dia kembali melihat komputer dihadapannya.

"Saya minta laporan analisis kamu pukul 2 siang.

Rin terbengong, lalu dia menarik nafasnya dalam. Kemudian berjalan ke depan meja.

"Baik Pak," ucap Rin ramah.

Azka bangun, lalu keluar dari ruangan itu dengan gagahnya, bahkan tidak menutup pintunya. Sementara Rin, dia mengenakan kakinya kesal, lalu menutup pintu dengan membantingnya.

Kenapa harus ada lelaki itu di sini, buat moodnya sangat berantakan, Rin merasakan dia tidak akan merasakan tenang beberapa waktu ke depan, atau selama lelaki itu memimpin perusahaan ini.

Di sela-sela rasa kesalnya, dia justru kembali mengingat kebersamaannya bersama lelaki menyebalkan itu, tapi Rin keburu sadar, dia memukul-mukul kepalanya.

Rin mulai membaca data dan membuat grafik sesuai dengan data. Kemampuannya menganalisa sudah tidak diragukan lagi, bahkan pak Dito, melarang Rin untuk berhenti dan memilih menaikan gajinya.

Benar kata pepatah, tidak perlu jadi orang hebat, jadilah orang yang berguna.

Di ruangan Azka.

Gema sedang memberikan arsip beberapa karyawan yang diminta Azka. Azka bilang dia ingin tahu kinerja para karyawannya.

"Pak Azka, kalau butuh apa-apa bisa hubungi saya. Saya pamit kembali ke ruangan pak,"

"Tunggu, saya mau tanya karyawan yang bernama Rin,"

Gema tersentak, dia sudah curiga pada Azka, ketika lelaki itu keluar dari ruangan Rin, dia berpikir mungkin Azka adalah alasan Rin tidak kunjung membuka hati untuknya.

"Iya, ada apa pak?" tanya Gema tetap propesional.

"Kata om saya dia karyawan yang rajin dan propesional, tapi dia tidak tau sopan santun. Kamu bisa beri dia sp 1 kan?

Jleb

Gema bingung sekarang, tidak mungkin kan, kalau dia beri itu pada Rin sementara Rin tidak melakukan hal yang merugikan perusahaan. Jangan sampai Rin marah padanya, bisa ada di titik sekarang, adalah perjuangan terberat yang sudah Gema lewati untuk bisa sekedar mengajak Rin makan siang.

"Alasannya apa ya pak  kalau boleh tau?"

"Pertama, dia tidak memberi hormat pada saya, malah melotot waktu di ruang meeting, ke dua saat saya ke ruangannya dia mengusir saya secara tidak langsung, satu lagi, dia berani meninggikan suaranya pada saya."

Gema paham sekarang, dulu juga dia diperlakukan seperti itu oleh Rin.

"Maaf ya Pak sebelumnya, Bu Rin memang seperti itu orangnya, tapi kinerjanya benar-benar bagus pak, jadi kita tidak bisa sembarangan beri dia surat peringatan."

"Sembarangan? Maksud kamu berlaku tidak sopan itu hal yang bisa dimaklum? Sayangnya bagi saya itu hal yang fatal."

"Tapi Pak,"

"Kalian Pacaran? Kenapa kamu sangat membelanya, atau kamu mau dapat juga? Biar so sweet."

"Tidak Pak, baik kalau begitu, Saya akan menemui HRD terlebih dahulu,"

Azka mengangguk, lalu mengarahkan tangannya ke pintu keluar, dia mempersilahkan Gema keluar dari ruangannya.

Kok Azka bikin greget sih 🤧 menurut kalian Gana guysss???

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang