Rin Lagi

695 36 8
                                    

Gilaaaaa.... Siapapun tolong aku untuk keluar dari jebakan para lelaki yang sedang meminta kepastian padaku. Kenapa sekarang, kesannya aku yang jahat.

Aku bukan pilih-pilih. Tapi tolonglah, masa iya harus sekarang. Aku belum menyelesaikan cicilan rumahku, belum lagi aku sudah lama terbiasa tidak diatur. Tidak diperlakukan manis. Tidak merindukan seseorang di setiap harinya.

"Kalau kamu belum yakin, kita jalani selama satu atau dua bulan ke depan. Setelah itu, saya akan benar-benar serius meminta kamu pada orangtuamu." Gema berkata dengan serius. Lelaki itu sangat terlihat berwibawa saat ini. Berbeda dengan biasnya, apa semua lelaki memang begitu saat ada maunya?

"Gem. Saya selalu mencoba untuk bisa mencintai orang lain, tapi selalu gagal. Saya merasa kesal dengan diri saya sendiri, tapi bisa apa? Saya sudah mencobanya berkali-kali bahkan saya sudah merasa putus asa saat ini."

"Kenapa Rin? Kasih tau saya, apa yang membuatmu sulit mencintai selain orang yang mungkin ada di masa lalumu itu."

"Enggak. Saya sudah tidak mencintai siapapun lagi. Saya hanya sedang mencintai diri saya sendiri, yang sudah lam saya sakiti."

"Saya bantu kamu mencintai dirimu sendiri. Kamu berharga, dan kamu satu-satunya wanita yang bisa membuat saya mengerti arti sebuah kesabaran dan perjuangan."

"Terima kasih. Untuk niat baik kamu. Aku merasa berharga. Tapi semua tidak seindah realita, saya itu orangnya judes. Kamu harus bisa menerima sifat saya selain dari apa yang hanya kamu lihat saat ini.. kamu harus menerima saya dengan segala kebobrokan yang saya miliki. Emang kamu mau?"

"Saya siap lara. Kalau saya tidak siap. Tidak mungkin, saya selama ini bertahan sejauh ini hanya untuk kamu."

Benar juga. Banyak sekali gosip yang beredar tentang kami, tapi aku tidak pernah memikirkannya, karena dipikir hanya gosip belaka. Bahkan, ada yang pernah mengadu padanya, Gema membelaku di depan karyawati yang menggosipkanku perawan tua, tidak laku dan banyak lainnya. Padahal, aku sama sekali tidak tau tentang mereka, namanya saja aku sering lupa. Tapi, mereka seakan tidak ada pernah bosannya membicarakan aku.

"Jadi, yes or?" Gema menjulurkan tangannya, dia berusaha menyakinkan ku lagi,

"Biar saya yang menjaga kamu, beserta hati kamu. Jika memang kamu belum siap untuk saya, biar saya yang selalu siap untuk kamu. Ini bukan memaksa. Saya hanya ingin kamu tau, cinta saya tidak sebercanda itu untukmu."

"Aku mau." Aku berkata tanpa membuka mata. Aku tidak yakin, tapi aku bisa merasakan bahwa gema tidak bercanda dengan apa yang di katakan, mungkin ini sudah jalannya. Aku juga tidak mungkin mengharapkan Azka yang sejauh bumi dan langit. Sadar diri aja lah.

Rin serius Rin?

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang