Gema

278 35 4
                                    

Rin melihat jam di tangannya, ternyata dia sudah terlambat setengah jam dari waktu makan siangnya. Rin seharusnya tidak perlu khawatir, karena yang membuatnya telat masuk kantor adalah bosnya sendiri.

Tapi bukan itu, Rin juga harus bekerja. Dia tidak mungkin leha-leha karena setiap data butuh alanisanya. Jika dia santai, maka akan semakin banyak yang harus dia kerjakan, dengan waktu yang singkat, dia takut hasilnya nanti tidak memuaskan.

"Bu Rin dari mana?" Rin yang terburu-buru justru harus bertemu Gema di waktu yang tidak tepat.

"Saya habis makan siang."

"Lah, katanya tadi sedang tidak ingin makan siang."

Rin menghentikan langkahnya, siap yang bilang begitu, orang dia tidak menitipkan pesan pada siapapun.

"Siapa yang bilang?"

"Pak San."

"Oh iya, saya lupa. Terus tadi teman mengajak makan siang dadakan, gak enak kalau gak ikut." Dalih Rin. Dia yakin, semua sudah direncanakan Azka. Baguslah, lelaki itu tidak seceroboh yang dia pikir.

"Orang kantor?" Rin ingin sekali memutar bola matanya, karena Gema yang terlalu ingin banyak tahu tentangnya. Tapi, selama ini Gema adalah manusia yang baik, selalu membantunya.

Rin hanya tersenyum, dia sudah menyiapkan kata-kata agar Gema berhenti bertanya, dan Rin bisa segera pergi ke ruangannya. Seandainya saja Azka tidak lewat dan membuat Gema salah paham.

"Rin, makanan tadi enak ya, harusnya saya bungkus buat karyawan di kantor."

Bibir Rin bergetar, alisnya berkedut, matanya sudah panik, melirik ke sana dan sini, siapa tau ada yang dengar, bisa bahaya.

"Pak Azka makan siang bareng Rin? Jadi kalian berteman?" tanya Gema sangat penasaran.

"Siapa bilang, kami bertemu di restoran yang sama. Tadi dia bersama seorang pria."
Azka menggantungkan ucapannya, dia ingin melihat ekspresi Rin yang sudah ingin kabur itu. Tapi sayang sekali, Rin tidak mungkin berlari bukan? Apalagi di hadapannya ada Gema, bisa-bisa lelaki itu curiga.

"Pria?" tanya Gema lagi, pria itu semakin penasaran, apalagi dengan perkataan Azka yang menggantung.

"Ya, dia habis dilamar seseorang."

"Bu Rin dilamar!" Teriak seseorang dan membuat siapapun yang berada di sekitaran melihat ke arah wanita yang bisa disebut biang gosip kantor ini, wanita itu dengan tampang wajah sok polosnya, malah menutup mulut seakan-akan dirinya sedang kaget.

Rin menatap tajam Azka, lelaki itu bukan takut, justru mengedipkan matanya, sembari tersenyum senang.

Gema sudah tidak ingin bertanya, di bahkan menyesal telah bertanya. Tau kejadiannya akan  seperti ini, Gema memilih tidak bertanya ataupun ingin tahu.

"Iya, saya memang habis dilamar, tapi lelaki itu tukang bohong, jadi saya tolak. Mungkin lamaran itu juga bohong, orangnya senang bercanda. Pak Azka hanya salah paham. Saya tidak habis dilamar, tapi kami hanya sedang bercanda." Penjelasan Rin akhirnya membuat suasana berbalik, Rin tidak akan membiarkan ditindas terus menerus oleh Azka.

"Tapi tadi saya melihat pria itu sangat tulus kok," pembelaan yang Azka berikan jelas untuk dirinya, orang lain tidak akan tau, bahwa yang sedang dibicarakan olehnya dan Rin adalah dia sendiri.

"Pak Azka juga aneh, orang restoran sedang  dibooking oleh teman saya, tiba-tiba ada di sana aja."

2-2

Rin tersenyum menang, sementara Azka berpikir keras.
Penonton setia masih ingin mendengarkan kelanjutan dari perdebatan mereka.

"Saya kan yang punya restorannya."

Skak, gedubrak.

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang