Nyebelin

249 32 1
                                    

Rin malas sekali jika bekerja terus saja dilihatin oleh orang lain. Ok lah, dia boleh berdalih bahwa ini perusahaannya lah atau appun yang bisa membuatnya ada di sini. Tapi, Rin benar-benar tidak nyaman. Bagaimana dia bisa memberikan hasil yang maksimal jika dia bekerja terus diganggu oleh Azka.

"Kenapa liatin saya, kamu mau apa bilang coba bilang," ujar Azka sembali memberikan senyum terbaiknya. Namun mata Azka masih tetap tertuju pada Ipad-nya.

"Enggak. Siapa juga yang lihatin, saya cuma kasian aja. Kok pak direktur gak dikasih ruangan yang nyaman sih, sampai harus di ruangan saya begini.

"Biasa aja tuh, saya terbiasa bekerja di mana saja Rin."

"Oh ya? Terus kenapa harus di sini aja? Kan bisa di tempat lain, biar saja juga bisa bekerja dengan tenang." Keluh kesah Rin, ternyata tidak membuat Azka gentar untuk pergi, malah sebaliknya.

"Karena di mana sajanya tidak ada kamu. Mana bisa nyaman saya," ucap Azka, kemudian sebentar melihat ke arah Rin, sembari mengedipkan satu matanya, sangat terlihat seperti lelaki genit. Rin sampai ingin muntah melihatnya.

"Terserah."
Rin keluar dari ruangannya, yang ternyata cukup banyak karyawan perempuan berdiri di sana. Rin tidak tau sejak kapan, tapi tidak mungkin kan, mereka sedang berjalan, terus kebetulan pas dibagian situ, ketika Rin membuka pintu. Mereka seolah sedang sibuk sendiri. Sangat drama.

"Ngapain kalian di sini?" tanya Rin ketus.

"Enggak kok. Kita..., Kabur!!" Mereka semua bubar. Selamat datang di dunia pergosipan Rin. Sekarang pasti mereka sudah buat grup WhatsApp tanpa Lo, dan yang pasti, mereka ngomongin Lo, semua gara-gara Azka.

Rin pergi ke pantry, dia mencari sesuatu yang bisa membuat moodnya menjadi happy lagi. Ternyata ada Gema yang sedang membuat kopi di sana.

"Hai Bu Rin, suntuk banget."

"Iya nih, kayaknya butuh kopi."

"Menurut saya sih, lebih baik coklat panas Bu, lebih sehat."

"Lah, terus kenapa Pak Gema minum kopi? Lagian saya tuh pak, mau minum kopi berapa gelas juga, kalau sayanya lelah, tetap aja tuh tidur. Jadi gak masalah."

Gema sedikit heran, tumben Rin banyak bicara. Ya, walaupun lebih tepat mengomel sih, padahal dirinya hanya memberitahu saja.

"Maaf deh, yaudah saya buatin mau?"

Rin langsung mengangguk semangat. Dia seolah tidak merasa bersalah, barusan telah mengomel panjang lebar pada Gema.

Gema tuh bucin banget sama Rin, dulu bahkan Gema sampai ditegur atasan karena telat ngumpulin kerjaannya akibat bantuin Rin terus.

Pernah lagi, Gema malem-malem datang ke kantor, pas tau Rin belum pulang karena lembur.

Ya walaupun pada akhirnya Gema tetap sulit untuk mengantar Rin pulang, tau sendiri anak itu terlalu tertutup.

Rin menidurkan kepalanya pada meja. Rasanya sangat suntuk sekali, kedamaiannya  diusik menjadi keramaian. Dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa, dia tidak mungkin sendirian pergi ke pesta itu, di sana ada Raka bersama istrinya.

Acaranya memang masih cukup waktu, tapi dia tidak mungkin mencari pacar lain, maksudnya yang mereka tau pasangan Rin adalah Azka, jika Rin menggandeng cowok lain, otomatis Rin akan dipikir berbohong. Ya walaupun sebenarnya memang berbohong, tapi kan malu kalau ketahuan begitu.

"Rin, ini minumannya." Gema menaruh cangkir tersebut beberapa sentimeter dari hadapan wajah   Rin, aroma dari minuman  tersebut sangat menenangkan. 

"Lah kok, coklat?" tanya Rin bangkit dari posisi sebelumnya, dia duduk tegak untuk memastikan apa yang diciumnya benar cokelat.

"Saya kan gak janji bikinin kamu kopi, berhubung sudah jadi mau gak mau kamu harus minum, mubadzir loh."

Fix hari ini semuanya nyebelin!!

Yang mau aku update lagi nanti malam komen yaaa

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang