Makan Siang

290 33 0
                                    

Aku berniat tidak ikut serta dalam makan siang kali ini, aku pikir ada atau tidak adanya aku. Tidak akan berpengaruh. Jadi, untuk apa merayakan kebahagian kedatangan Azka sementara aku sama sekali tidak bahagia.

Lagi pula, Azka mungkin muak. Dia akan menganggapku wanita yang aneh dan tidak punya malu. Aku sudah lebih baik, wajahku yang sempat sembab sudah kembali segar. Tidak lupa, make-up yang menyamarkannya.

"Permisi Bu Rin," ujar seseorang yang membuka pintu tanpa mengetuknya.

"Ada apa Pak San?" tanyaku, kala yang datang ternyata asisten  Azka.

"Bu Rin, ditunggu pak Azka di restoran,"

"Kenapa? Bukannya yang lain sedang makan siang sekarang?" tanyaku heran. Seorang Azka menungguku sampai mengirim asistennya. Buat apa?

"Betul, tapi pak Azka tidak akan memulai makan siangnya, tanpa keberadaan Bu Rin," ujar pak San sembari tersenyum ramah.

Anak itu, benar-benar mencari perang denganku, aku sengaja tidak datang karena tidak ingin jadi bahan pembicaraan, ternyata dia malah membuatku dibenci semua orang sekarang. Shit!

"Saya sudah makan siang Pak," aku memberikan alibiku. Ya, walaupun restoran dekat dengan kantor, tapi aku harus bilang apa, jika mereka bertanya, sikap Azka yang konyol itu. Bisa terjadi gosip besar jika begini.

"Tolong datang saja Bu, saya sudah lama menjadi asisten pak Azka, beliau kalau sudah ingin sesuatu sulit untuk dibantah."

Aku paham, pak San mungkin takut dimarahi Azka, jika tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

"Ya sudah, saya ke sana sekarang."

"Tidak perlu bawa mobil Bu, biar saya antar."

Aku mengangguk, lalu mengambil tasku, mobil Alphard sudah bersiap depan lobby kantor. Benar-benar sangat niat. Aku menarik nafas, menyiapkan mentalku, semoga saja kali ini, Azka tidak akan berbuat ulah lagi.

Aku meminjam ponselku, mengecek beberapa pekerjaan yang tadi sempat tertunda karena menangis. Takutnya, Azka justru minta datanya sekarang, jika belum siap, maka aku harus siap-siap dapat sp selanjutnya.

Aku harus tetap waras, karena cicilan rumahku belum beres, belum lagi rencana pensiun diriku bukan di umur sekarang ini. Melainkan 35 tahun, artinya aku masih membutuhkan uang untuk disetorkan selama 8 tahun ke depan.

Dan menurutku, bekerja di perusahaan ini, sudah hal yang paling benar.

"Sudah sampai Bu," ujar Pak San.

Aku sampai tidak sadar, ternyata cukup lama juga perjalanan. Padahal kan hanya dekat kantor, ketika aku dipersilahkan untuk turun, ternyata restorannya bukan yang dimaksud Azka pada saat meeting tadi.

"Pak, bukannya kita akan ke restoran dekat kantor?"

"Pak Azka men-canclenya Bu, beliau meminta untuk di sini saja."

Aku sih tidak heran, Azka kan emang aneh. Pak San berjalan bersamaku masuk ke dalam restoran, setelah di-cek suhu terlebih dahulu oleh security.

"Kenapa sepi sekali?"

"Pak Azka sudah membookingnya Bu," jawab Pak San santai.

Tolong, kata booking dalam pikiranku adalah kelas VIP, bukan satu restoran besar dibookingnya. Kalau begini sih bukan keren, tapi gila. Kasihan banyak orang yang mungkin ingin makan ke sini, jadi harus mencari tempat makan lainnya.

Aku diarahkan untuk masuk ke dalam ruangan VIP, Pak San tidak ikut ke dalam,  setelah masuk, ternyata sepi. Tidak ada seorangpun di sini, padahal aku sudah menyiapkan segala kata-kata agar tidak disudutkan. Permintaan maafpun, sudah kurangkai dengan segenap jiwa raga agar mereka memaafkanku.

Tapi sekarang?
Semuanya terasa sia-sia. Mungkin emreka terlalu lama menunggu. Jadi makan duluan, dan sekarang sudah pulang. Bagus Rin, memang kamu siapa, segala ditungguin. Lagi-lagi aku berhasil dikerjain Azka. Sabar Rin, ujarku pada diri sendiri.

Aku berbalik, untuk apa berada di restoran besar yang sepi seperti ini.

"Kamu mau ke mana?"

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang