Putih

479 46 6
                                    

Rin sudah pasrah dengan keadaannya, gelap gulita, ingin berteriak tidak bisa. Hantaman air begitu terasa.  Dia perlahan menguatkan hatinya, untuk membuka mata yang tertutup rapat.

Perlahan, dia melihat ada seseorang memakai pakaian putih, dengan celana pendek Chino, Rin pikir dia akan bertemu malaikat, ternyata bukan. Dia lebih mirip seperti iblis! Bagi Rin.
Lelaki itu tersenyum dengan  liciknya, kemudian melemparkan satu buah wadah berwarna hitam yang tadinya terisi penuh dengan air.

Ya

Rin disiram.
Tolong katakan pada Rin, dia harus bagaimana? Mencakar wajah tampan orang itu? Lalu di demo masa? Atau menendang tulang keringnya? Agar orang itu sadar, bagaimana rasanya kesal dan sakit.

"Tidak baik, tidur di sore hari, apalagi ini ruangan terbuka? Kamu sengaja mengundang laki-laki untuk melecehkanmu?" Pertanyaan dengan nada dingin dan ekspresi wajah yang datar, mampu membuat Rin langsung duduk dari tidurnya.

Rin sempat terdiam.

Benar juga, Rin ketiduran, bukan sengaja. Dengan gengsi yang tinggi, Rin masih tidak terima sudah dibangunkan dengan cara seperti itu, padahal dia tadi sudah merasa hampir..., Tunggu! Rin mengatur nafasnya, dia baru ingat, bahwa tadi dia mimpi mengakhiri hidupnya.

Rin menampar-nampar pipinya, dia merasa jadi wanita paling bodoh. Jika sampai melakukan hal itu.

"Terus? Maksud anda, membangunkan seseorang dengan menyiramnya seember penuh. Itu hal yang baik?" tanya Rin menantang lelaki itu.

Dia berjongkok, di hadapan Rin yang terduduk. Jarak mereka cukup dekat, tapi tidak sampai merasakan nafas masing-masing.

Pria itu menggigit bibir bawahnya, dia memperhatikan Rin, dan juga bibirnya. Membuat Rin menjadi ketakutan. Bagaimana jika lelaki nekat itu, melakukan hal-hal jahat padanya.

"Apa yang anda lihat?" tanya Rin berteriak. Dia berharap lelaki itu sadar.

"Kamu, saya sedang memikirkan bagaimana cara yang paling baik, membangunkan wanita yang sedang patah hati."

"Basi! Saya sudah bangun."

"Saya rasa, menciummu adalah cara terbaik," ujarnya sembari menaikan satu alisnya.

"Dasar Gila!!" Rin mendorongnya  yang sedang  jongkok itu sampai jatuh, sementara dirinya buru-buru bangun dan berlari. Hari ini, dia tidak ingin diganggu siapapun, termasuk manusia resek satu ini.

Sayangnya, sekalipun Rin berlari dengan kencang sekalipun, baginya  itu seperti dia berjalan biasa, jadi. Jika dia ikut berlari, Rin terkejar.

Berhasil! Dia  menggapai lengan Rin, membuat wanita itu terperangkap dalam dekapannya. Rin memukul-mukul dada bidangnya , tapi pria itu semakin mengeratkan pelukannya pada Rin.

"Saya tidak tau, kenapa saya harus  datang ke sini,  kenapa saya harus mengkhawatirkan mu, kenapa saya begitu cemas, ketika kehilangan jejakmu, saat mengikutimu di perjalanan. Dan saya benci, begitu melihatmu yang terlihat tegar, padahal ini memang waktu yang terbaik untuk menangis. Saya tidak bisa katakan saya cinta denganmu, tapi hati kecil  saya ingin melindungimu." Mendengar suara berat itu, berkata dengan tulus. Membuat Rin melemahkan pukulannya.

Apa orang ini yang Tuhan kirimkan untuknya bersandar? Tapi dia siapa? Kenapa tiba-tiba hadir. Rin terlalu terlatih dikhianati. Dia tidak bisa memberikan kepercayaan pada siapapun. Bahkan dirinya sendiri.

"Pergi!" Jawab Rin dengan penuh penekanan. Lelaki itu menangkup kedua pipi Rin. Memaksa Rin melihat ke arahnya. Namun Rin tidak mau, dia malah memejamkan matanya.

Cup

Sontak saja, Rin membuka mata.

"Ternyata benar, menciummu adalah cara terbaik, untuk membangunkanmu."

"Kyaaa..., Shit!!" Teriak Rin menggelegar, di bibir pantai, yang sangat sepi ini. Terasa hanya ada dia, lelaki itu, dan makhluk yang ada di pantai ini.

Pengumuman!

Direktur akan ganti jam update, yaitu di jam tujuh malam ya teman-teman..
Selamat bermalam Minggu!

Direktur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang