Chapter 26 : Bravery

1.8K 303 21
                                    

mau nanya dong kalian pd biasa suka baca wattpad jam berapa gitu biar update nya enak☺️

anyway, trailer~


vote dulu yaa











"Pertandingan Quddicth Slytherin melawan Ravenclaw sebentar lagi mulai, ayo keluar," bujuk Pansy. Sejujurnya Verly tidak begitu berminat menonton Quiddicth lagi. Itu hanya akan membuat bayang-bayang Cedric muncul kembali dalam ingatannya.

Seharian ini setelah detensi selesai, dia hanya melamun di depan jendela yang mengarah pada danau. Beberapa putri duyung yang tak cantik bergantian memandanginya dari balik kaca. Mungkin mereka masih ingat dia.

Bayangan Cedric juga muncul di dalam air, dimanapun, memenuhi pikirannya. Dia bahkan terus membayangkan Cedric di dalam air, menyelamatkannya keluar.

Tapi dia pikir-pikir lagi, dibandingkan hanya melamun melihat isi danau, dia butuh sedikit hiburan setelah detensi. Jadi dia memutuskan untuk ikut keluar.

Draco Malfoy, Vincent Crabbe, Gregory Goyle dan pemain Quidditch Slytherin lainnya bergegas keluar asrama bawah tanah menuju lapangan Quidditch.

Verly mengikuti Pansy dan rombongan anak-anak pendukung Slytherin yang fanatik keluar dengan membawa beberapa kain rentang bertuliskan dukungan-dukungan untuk tim Quiddicth Slytherin.

Rumput yang bersalju berderik di bawah kaki mereka ketika mereka berjalan ke stadion.

"Untung sekali cuacanya sebagus ini, eh?" kata Pansy kepada Verly.

"Yeah," kata Verly, yang pucat seperti orang sakit.

Draco dan yang lainnya sudah memakai seragam Quidditch mereka dan menunggu di ruang ganti. Draco sebelumnya pernah menyatakan dia tak bisa bermain karena luka, tetapi dalam kesempatan itu dia memastikan semua pertandingan dijadwalkan ulang ke waktu yang lebih cocok untuk Slytherin.

Mereka berjalan memasuki stadion disambut sorakan dan teriak yang gegap- gempita. Salah satu sisi stadion total berwarna biru dan emas; sisi lainnya lautan hijau dan perak. Anak-anak Hufflepuff dan Gryffindor ada yang berpihak ke Ravenclaw, ada pula yang ke Slytherin.

Roger Davies melangkah ke Madam Hooch, wasit mereka, yang sudah siap melepas bola-bola dari dalam kotaknya.

"Kapten, jabat tangan," katanya, "Naik ke atas sapu kalian. Mulai pada tiupan peluit ... tiga ... dua ... satu ..."

peluit berbunyi, Draco dan yang lain menjejak keras-keras dari tanah yang membeku dan melesat ke angkasa.

Draco terbang mengitari stadion, mencari Snitch dan sebelah matanya mengawasi Cho Chang, yang terbang zig-zag jauh di bawahnya.

"Oh, dan sekarang usaha pertama Slytherin untuk mencetak gol. Jeremy melesat menyeberangi lapangan dan-"

"-Montague menyelamatkan gawangnya, yah, kadang-kadang bisa saja dia beruntung, kurasa ..."

Selewat setengah jam Slytherin memimpin enam puluh lawan nol, Draco Malfoy mencetak empat dari enam gol Slytherin.

Tampaknya seolah Slytherin tak bisa berbuat salah. Lagi dan lagi mereka mencetak gol, dan lagi dan lagi.

Madam Hooch memunggungi mereka, dan meskipun anak-anak Ravenclaw di bawah berteriak-teriak marah, ketika Madam Hooch berputar Cho Chang sudah melesat pergi. Draco meluncur mengejarnya.

Verlyndie [Draco Malfoy FanFiction] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang