Chapter 17

6.6K 722 17
                                    

Hari ini semua anak kelas 12 baru aja mulai berjuang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini semua anak kelas 12 baru aja mulai berjuang. Otak yang dipakai untuk mengingat jawaban, mata yang dipakai untuk menoleh kearah teman saat kesusahan, dan tangan untuk memberitahu mana jawaban yang benar.

Semua murid mungkin pusing, malas, dan tegang karena takut nilai ulangannya jelek. Tapi beda sama 'Bobrok Squad' yang tenang aja, bahkan dibisa dibilang mereka paling tenang.

Pagi ini anak kelas 12 membuka buku untuk belajar, sedangkan mereka dikantin makan, mengobrol, dan mengganggu adik kelas. Mereka memang terkenal onar dan banyak tingkah, tapi otak mereka soal pelajaran sangat bagus. Bisa aja mereka dikeluarin dari sekolah karena tingkahnya, tapi mungkin karena mereka pintar makanya dipertahankan untuk nama sekolah.

"Kak Jihoon" panggil Minjung adik kelas, Jihoon yang dipanggil segera menoleh dengan senyum manisnya "Ya, kenapa?"

"Ini dari kak Jaehwan, katanya punya kak Jihoon" ucapnya sambil menunduk, teman-teman Jihoon sudah menahan tawa melihat Minjung yang malu-malu, sedangkan Jihoon menatap tajam teman-temannya "Makasih ya Min, bilangin bang Jae makasih juga." Kata Jihoon

"Minjung, lain kali kalo ngomong natap orangnya ya" ucap Jihoon lagi saat Minjung mau pergi, Yeri dapat melihat wajah merona Minjung.

"Gila lo, anak orang dibaperin. Blushing anjir tadi" ucap Yeri tertawa kecil.

Lucas menyenggol Jihoon yang malu-malu. "Gebet kali, ntar keduluan Daehwi nangis" ucapnya

"Ratu gosip modelan Daehwi mah bodoamat, Guanlin yang berat."

👉🖤👈

"Kamu kenapa daritadi diem?" Tanya Minghao menatap istrinya aneh, pasalnya semenjak dari rumah orangtuanya Nahee terus diam.

"Kak, kakak sayang aku gak?" Minghao yang mendapat pertanyaan mendadak jelas terkejut, "Apa sih. Yang bener aja pertanyaannya" ketusnya.

"Ma— nanti aja deh didalam" ucap Nahee lalu turun dari mobil dan berjalan memasuki rumahnya.

Minghao mengangkat bahu acuh walaupun sedikit kepikiran, menjalankan mobil untuk dibawa masuk kedalam garasi rumah, masuk rumah Minghao gak langsung ke kamar, tapi kedapur dulu. Sampai kamar Nahee baru selesai mandi.

"Nih, mandi. Aku mau ngomong nanti" Nahee memberikan handuk ke Minghao membuat Minghao tambah curiga "Nanti aja, mandi dulu sana."

Selesai mandi Minghao duduk disofa yang ada dikamarnya, kebetulan sofanya ditaro dekat jendela, biar sekalian bisa liat pemandangan gitu. Minghao ngeliat Nahee yang lagi ngelamun natap luar jendela

"Ayo, saya udah selesai mandi" sedetik kemudian Mingho meringis kecil saat mengetahui betapa ambigunya ucapan yang dilontarkannya.

Nahee yang sadar langsung menoleh terus menepuk tempat disebelahnya "Sini."

"Kak, bisa jawab pertanyaanku yang tadi? Mungkin kakak gak nyaman sama pertanyaanku, Cuma ini penting menurutku"

"Saya sayang sama kamu" ucap Minghao menghadap Nahee yang juga menatap dia kaget. "Sayang sebagai adik dan anak murid ya?" Tanya Nahee dengan senyum tipis.

"Kamu tuh kenapa sih? Langsung aja bilang gak usah ngulur-ngulur." ucap Minghao mengalihkan pembicaraan.

"Mama mau aku hamil." sontak Minghao tersedak ludahnya sendiri.

"Bercandamu gak lucu!"

"Aku gak bercanda, makanya aku nanya kakak. Kakak sayang nggak sama aku? Bukan sekali atau dua kali mama nanya itu ke aku. Disatu sisi aku mau nurutin tapi disisi lain aku takut. Kita nikah karena perjodohan, aku gak mau nantinya kita cerai dan anak kita jadi lampiasan. Makanya aku tanya sekarang ke kakak. Aku cape nutupin ini terus kak. Tadi aku bener-bener dipojokin sama mama. Mama bilang kalau aku tinggal kelulusan, jadi gausah nunda-nunda. Cape kak dipojokin terus!" ucap Nahee dengan isakan kecil, Minghao tidak tahu soal mamanya yang sering memojokkan istrinya tentang seorang anak.

"Saya gak mau masa muda kamu terganggu Cuma karena kamu hamil dan punya anak diusia muda." kata Minghao sambil membawa Nahee kepelukannya tapi Nahee segera mundur.

"Aku cuma tanya, kakak sayang nggak sama aku? Jujur, 5 bulan disatu atap buat aku ngerasa nyaman dan aman sama kakak. Kakak ngerti kan maksud aku? Aku gak peduli dengan usia, aku sekarang cape kak. Dipojokin mama kamu dan mamaku itu udah buat aku down. Prinsipku nikah sekali seumur hidup. Tapi kayanya setelah lulus kita cerai aja ya kak. Aku gak kuat." lirih Nahee yang buat Minghao menggeleng tidak setuju lalu menarik Nahee kepelukannya.

"Saya gak suka kamu ngomong gitu! Saya nggak akan ceraiin kamu!"

"Terus mau gimana? Percuma kalau kita pertahanin tapi salah satu diantara kita terus tersiksa dan tersakiti. Apa kakak pernah liat aku dipojokkin mama Wendy sama mama Irene hanya karena seorang anak? Nggak kan? Cintaku juga bertepuk sebelah tangan, terus buat apa lagi semuanya dipertahanin."

"Saya sayang kamu. Saya sayang kamu bukan sebagai adik ataupun murid, tapi sayang kamu sebagai wanita." 

" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Husband || Xu Minghao [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang