0.19 - Menerima
"Baiklah. Aku akan mencoba menerima takdir ini"
•••••
"Sebenarnya, saya yang sudah membuat Sheilla hamil" ucapan Frans membuat ruangan yang tadinya dingin menjadi panas dan mencekam.
"Apa kamu bilang hah" Ferdi bangkit dari duduknya dan menghampiri Frans yang duduk dihadapannya. Dicengkramnya baju seragam Frans lalu Ferdi memukul wajah cowok itu.
Buk
Buk
Buk
Frans hanya pasrah saat ia dipukul oleh Ferdi. Ia tau karena ini memang kesalahannya.
Shei yang terganggu membuka matanya. Ia membelalakkan matanya saat melihat Frans, cowok yang ia cintai dipukul oleh papanya. Meskipun hampir sebulan ia berusaha melupakan Frans namun rasa itu belum juga berkurang.
"Pa, stop" ucap Shei bangkit dari brankar. Hal itu membuat Andi menahan Shei untuk tidak turun. Ia juga tidak melerai Ferdi dan Frans karena ini kesalahan cowok itu. Jadi ia harus menerima hukumannya.
"Lepas om" Shei memberontak sampai pelukan Andi terlepas. Ia langsung memeluk cowok itu yang sudah terduduk di lantai.
"Pa, kenapa. Udah stop" ucap Shei menangis karena papanya akan menarik Frans kembali.
"Minggir. Papa akan kasih dia pelajaran" ucap Ferdi masih emosi. Andi yang melihat kondisi Ferdi langsung menahannya saat ia akan menarik Frans kembali.
"Sheilla Princessa Aures, papa kecewa sama kamu" ujar Ferdi melepaskan pegangan Andi dan berlalu keluar.
Shei menatap nanar punggung papanya yang semakin menjauh. Ia tidak tau apa kesalahannya. Kenapa papanya kecewa kepadanya.
"Om, papa kenapa?" tanya Shei menatap Andi yang masih berdiri didepan pintu. Andi tidak menjawab ia langsung keluar dari ruangan itu. Lagi-lagi membuat Shei menatap nanar kearah pintu. Apa kesalahannya?
Shei langsung mengalihkan perhatiannya kepada cowok yang ada didekapannya. Ia meringis saat melihat wajah Frans yang memerah dibeberapa bagian.
"Ngapain disini?" tanya Shei sambil membantu Frans berdiri. Sedangkan Frans tidak menjawab ia memperhatikan wajah Shei yang dekat dengannya.
Setelah mendudukkan Frans di sofa yang tersedia diruangan itu Shei beranjak untuk memanggil dokter. Tapi lengannya ditahan oleh Frans.
"Gue panggil dokter biar diobatin" ucap Shei tanpa menatap Frans. Sebenarnya ia sangat penasaran apa yang terjadi dengan dirinya yang pingsan. Juga mengapa papanya sampai memukul Frans. Tapi ia tidak ingin lagi berdekatan dengan Frans. Biarlah nanti setelah mengobati cowok itu ia akan bertanya kepada papanya.
"Jangan capek-capek. Kasihan bayi kita" ucap Frans menarik lembut lengan Sheilla. Cowok itu mendudukkan Sheilla disampingnya.
"Maafin gue Sheilla" sambung Frans saat Shei tidak menjawabnya.
Sedangkan Shei tidak berkutik, ia terlalu terkejut mendengar pernyataan itu.
"Siapa yang lo maksud?" ucap Shei berusaha berfikir positif. Mengingat ia sudah telat kedatangan tamu bulanannya tapi ia enggan untuk memeriksa ke dokter. Ia takut apa yang ada dipikirannya menjadi kenyataan. Tapi ia harus berpikir positif mungkin maksud Frans bayi itu adalah cacing yang ada diperutnya. Ya, terdengar konyol.
"Lo hamil. Usia dia 4 minggu" ucap Frans. Sebenarnya ia tidak tau ingin bahagia atau sedih. Disatu sisi ia senang karena akan menjadi seorang ayah tapi ia juga sedih apakah nanti orang tuanya tidak menerima Shei dan anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEILLA'S BOYFRIEND (END)
Подростковая литератураTentang Sheilla Princessa A dan Ciko Frans Mahendra. Sheilla atau biasa dipanggil Shei merasa kehidupannya tidak pernah berjalan dengan mulus. Dimulai dari orang tuanya bercerai, mamanya yang menikah lagi dengan selingkuhannya, diperlakukan kasar ol...