0.31 - Melawan

3K 142 0
                                    

0.31 - Melawan

"Jika dulu gue diam saat lo memperlakukan gue tidak baik. Tapi tidak untuk sekarang"

•••••

Shei berjalan menuju toilet cewek untuk menuntaskan keinginannya. Kesal kepada Frans membuat ia ingin boker. Ia segera masuk kedalam salah satu bilik disana.

Setelah menyelesaikan keinginannya, ia melangkahkan keluar bilik dan berhenti di wastafel depan cermin besar yang ada di toilet itu. Mencuci tangannya dengan sabun dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Baru saja ia ingin berlalu keluar tetapi ada seseorang yang menghalanginya.

"Udah nikah hem karena hamil duluan?" ejek orang itu, ia adalah Septi saudara tirinya. Septi memang tak pernah membuat masalah dengannya saat di sekolah, tapi dulu ia selalu memperlakukan Shei saat di rumah. Selain karena Shei saudara tirinya alasan Septi membenci Shei karena cewek itu sering membuat masalah. Berbeda lagi dengan ia yang merupakan ketua team cheerleades di sekolahnya. Oh dan jangan lupa ia juga sama berprestasinya dengan Frans.

"Dari mana lo tau?" kaget Shei. Ia merubah mimik wajahnya menantang cewek itu. Supaya Septi tau bahwa ia tidak takut dengan ancaman cewek itu seperti dulu.

"Oh lo lupa papa gue rekan bisnis mertua lo. Dan jangan lupa gue juga ikut ke pernikahan lo tapi lo aja yang gak liat. Bahagia heh?" smrik cewek itu lagi seolah mengejeknya. Ia melipatkan tangannya didepan dada menantang Shei.

"Gue gak ada urusan sama lo" kata Shei menatap tajam cewek itu.

"Oh gak ada? Sejak mama lo merebut papa gue dari mama gue itu secara tidak langsung udah ada urusan sama gue" cibir cewek itu dengan santai. Ya, Sinta adalah orang ketiga dari hubungan kedua orang tua Septi. Sinta juga tidak pernah dihormati di rumah tapi entahlah wanita yang sudah melahirkannya itu masih bertahan di rumah terkutuk itu.

"Btw, gimana ya kalo sekolah tau kalo sang badgirl kita udah hamdu alias hamil duluan" lanjut Septi dengan terkekeh diujung kalimatnya.

"Jangan macem-macem sama gue" kata Shei memberi peringatan saat Septi melangkah maju. Tidak ada siapapun didalam toilet ini selain mereka berdua. Ah ya dimana 2 kacung Septi? Shit, pasti mereka berjaga didepan toilet batin Shei.

"Satu macem boleh kayaknya. Buat lo keguguran misalnya?" ujar Septi menatap cewek itu sambil mengangkat alisnya. "Anggap aja ini balasan untuk mama lo yang udah rebut papa gue" sambungnya.

"Gue bakal teriak kalo lo celakain dia" kata Shei. Ia bisa saja melawan Septi seperti menjambak misalnya. Tapi ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan anaknya.

"Oh udah sayang ya ternyata" Septi benar-benar mengejeknya.

"Akhh, gila lo" ucap Shei meringis karena Septi menjambak rambutnya. Ia merasa jika cewek itu melepaskan jambakan pasti rambutnya akan rontok.

"Gue sebenernya males berurusan sama orang kurang kasih sayang kayak lo. Tapi karena gue benci sama lo dan bisa buat lo berada dibawah gue kayak dulu walaupun dengan cara licik, kenapa gak?" kata cewek itu tenang dengan tangan yang masih menjambak rambut Shei.

Shei tidak tinggal diam, bisa botak kepalanya karena jambakan kuat dari saudara tiri gilanya. Ia memegang lengan Septi dengan tangan kirinya dan menampar cewek itu dengan tangan kanannya. Hal itu membuat jambakannya terlepas.

"Sial lo" kata Septi akan maju untuk balas menampar cewek itu lagi.

Brak

"Waw" kata seseorang yang baru masuk, Bella dan Tari. Mereka menyusul Shei karena cewek itu belum juga kembali ke kelas. Ternyata cewek itu sedang ditahan Septi dan kacung-kacungnya.

SHEILLA'S BOYFRIEND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang