0.33 - Sedikit Gemas

2.9K 138 0
                                    

0.33 - Sedikit Gemas

"Mengapa tingkahmu selalu membuatku sedikit gemas. Apakah aku sudah mencintaimu?"

•••••

Akhirnya setelah bulan-bulan sebelumnya melaksanakan rentetan ujian mulai dari les tambahan, try out dan lain-lainnya, hari ini adalah hari terakhir kelas 3 SMA Garuda mengikuti Ujian Nasional berbasis komputer. Semua siswa-siswi kelas 3 melepas nafas lega karena beban yang dipikul beberapa bulan ini berakhir juga.


"Sumpah akhirnya penderitaan gue berakhir juga" ujar Bella semangat. Mereka semua minus Frans sedang berada di kantin sekolah. Kondisi kantin hanya ada beberapa orang karena murid kelas 1 dan kelas 2 diliburkan.

"Iya, untung gue isi semua walaupun jawab asal-asalah" ringis Jaka diakhir kalimat.

"Udah gak usah dipikirin lagi. Mending kita mikir mau liburan kemana nih sebelum disibukkan sama pendaftaran kuliah lagi" ujar Tari menatap mereka semua.

"Gimana kalo ke Bali aja. Pasti seru banget" ujar Bella semangat. Sedangkan cowok-cowok mendengus karena suara Bella menyakiti telinga mereka.

"Gue belum bisa jawab iya. Mau nanya dulu sama Frans dan orangtua kita" ujar Shei menatap mereka. Memang Frans sekarang tidak bersama mereka karena cowok itu ada urusan dengan Pak Bambang setelah keluar ruangan tadi.

"Neng ini pesenannya" kata ibu kantin yang mengantar pesanan mereka.

"Makasih bu" ujar Tari mewakili sahabatnya. Ibu kantin itu tersenyum dan berlalu dari meja mereka. Tidak ada yang berbicara karena mereka sudah fokus dengan makanan masing-masing.

"Shei, Frans kok sama Septi ya" kata Tari saat melihat Frans dan Septi memasuki area kantin bersama-sama. Mendengar itu Shei dan yang lain mengalihkan tatapan mereka ke pintu kantin.

"Wah sial tu cewek" ujar Shei dan bangkit dari kursi lalu berjalan mendekati mereka. Ia menatap tajam Frans dan Septi saat ia sudah berada didepan mereka.

"Ngapain lo deket-deket suami gue" ujar Shei menekan kata suami. Ia langsung menarik lengan Frans dan seketika cowok itu sudah berada disampingnya. Septi yang melihat itu langsung melengoskan wajahnya.

"Kita diajuin Pak Bambang buat ikut beasiswa prestasi makanya kita sama-sama. Lagian yang ngajak gue ke kantin juga Frans" ujar cewek itu santai. Shei yang mendengar itu langsung melihat Frans yang menatapnya datar membuat Shei semakin kesal.

"Gue cuma basa-basi aja" jawab Frans santai.

"Dan dia gak sia-siain basa-basi lo. Lagian sejak kapan lo suka basa-basi, dulu aja gue ngejar-ngejar lo gak ada basa-basian tuh" sentak Shei kesal lalu berjalan menuju meja tadi. Ia langsung duduk dan memakan baksonya yang tinggal setengah dengan rakus.

"Udah gak usah ngambek" ujar Frans duduk disampingnya. Shei tidak menjawab cowok itu, ia terus memakan baksonya.

"Kemana tuh nenek lampir?" tanya Jaka karena tidak melihat Septi menyusul ke meja mereka. Frans hanya mengendikkan bahunya tidak peduli.

"Frans kita mau liburan ke Bali, lo sama Shei mau ikut?" tanya Rangga menatap cowok itu.

"Tanya dia, gue ngikut aja" jawab cowok itu setelahnya menatap Shei kembali.

"Kalian couple goals banget si. Tadi kita nanya Shei katanya ngikut lo, kita nanya lo katanya ngikut Shei. Ish gue kan pengen" kata Bella lebay, Sedangkan yang lain mendengus mendengar cewek itu.

"Lebay banget lo" ujar Jaka pedas.

"Iya gak lakunya keliatan banget" sambung Beni menyauti.

"Heran gue, gak suka banget liat orang bahagia" kesal cewek itu menatap Jaka dan Beni yang sudah melanjutkan memakan makanan mereka.

"Jadi?" tanya Tio yang gemas karena mereka membicarakan hal yang tidak penting.

"Gimana?" tanya Frans santai. Ia mengarahkan tangan Shei yang memegang sendok berisi bakso lalu memasukkan kedalam mulutnya. Shei mendelik kearah cowok itu karena itu adalah bakso terakhirnya.

"Ihh beli, jangan nyerobot punya orang" kesal Shei menepuk pundak Frans. Ia menatap nanar mangkuk bakso yang hanya berisi kuahnya.

"Beli pake duit siapa?" tanya cowok itu dan mengambil es jeruk kepunyaan Shei lalu menyedotnya sampai setengah. Sedangkan yang lain menatap mereka dengan tatapan berbeda. Bella yang menangkupkan wajahnya dengan kedua tangan seolah menonton adegan yang sangat seru. Tari dan Tio yang acuh tetap memakan makanan mereka, Beni dan Jaka yang mengigit sendok, gemas karena Shei dan Frans yang uwu. Dan Rangga yang mencoba tidak peduli, ia meringis karena cintanya dulu bertepuk sebelah tangan.

"Kok lo jadi perhitungan sih, ini kan anak lo juga yang mau. Gue mana pernah beli bakso siang-siang kalo kayak biasanya" kesal cewek itu. Perlu kalian tau, Shei menjadi maniak bakso sejak dirinya hamil. Dan mungkin anaknya nanti akan bulat seperti bakso.

"Iya enggak. Gimana mau ke Bali gak?" tanya Frans lagi.

"Papa, papi, mami gimana?" ketus cewek itu.

"Biar gue yang bilang" jawab Frans.

"Yaudah mau deh, sebelum nanti gue gak bisa kemana-mana lagi" ujar Shei. Hormon bumil emang beda, baru saja ia marah-marah sekarang cewek itu sudah kembali semula.

"Yess akhirnya liburan ke Bali bareng kalian" kata Bella senang.

"Kalian besok sampe pembagian surat kelulusan masuk sekolah gak?" tanya Rangga menatap mereka.

"Kita di rumah aja" jawab Shei dijawab anggukan yang lain.

"Iya, lagian gak ada juga kerjaan di sekolah" kata Tari menyauti.

"Bener, gue mau ngerefresh otak gue yang udah banyak berpikir" ujar Bella. Mereka mengangguk membenarkan kata-kata Bella.

"Mau lagi apa mau pulang?" tanya Frans kepada Shei.

"Pulang yuk mau tidur" kata cewek itu melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. Mereka pulang sebelum tengah hari karena hanya ada 1 pelajaran setiap harinya.

"Yaudah kita pulang duluan" ujar Frans pamit kepada mereka. Ia memberikan uang lima puluh ribuan kepada Tari.

"Buat apa?" tanya Tari.

"Bayarin makanan dia. Kita duluan" kata Frans singkat. Tari menganggukan kepalanya dan mengambil uang itu. Lalu Shei dan Frans berjalan keluar area kantin.

"Mau beli apa gitu?" tanya Frans saat mereka sudah keluar dari area sekolah. Setiap pulang sekolah Shei selalu ada-ada saja yang ingin dibeli. Cewek itu juga sudah menunjukkan perubahan, seperti pipinya yang semakin tembam yang membuat Frans ehm sedikit gemas.

"Gak ada, mau cepet nyampai rumah aja" kata cewek itu. Ia menguap karena rasa ngantuk yang tiba-tiba menyerangnya.

"Tidur aja, entar sampai rumah gue bangunin" ujar cowok itu yang melihat Shei menahan kantuk. Shei tidak menjawab ia mengambil tangan kiri Frans dan meletakkan diatas perutnya mengkode cowok itu untuk mengusap perutnya.

Usapan diperutnya membuat cewek itu menyandarkan kepalanya kesamping jendela dan tak lama ia pun tertidur.

Saat lampu merah Frans menarik kepala cewek itu kebahunya supaya tidur ibu hamil itu lebih nyaman. Ia menahan kepala Shei dengan sebelah tangannya dan sebelah tangan lagi digunakan untuk mengendalikan setirnya.

20 menit berlalu akhirnya mereka sampai di rumah mertuanya. Jalanan lumayan macet karena sudah masuk jam makan siang. Ia menyandarkan Shei disandaran kursi lalu membuka pintu samping kemudi dan menggendong cewek itu kedalam rumah.

Tidak ada siapa-siapa di rumah karena Ferdi masih di kantor dan Bi Ningsih yang mungkin sedang istirahat. Ia membuka pintu kamar dan menutup dengan kakinya.

Setelah meletakkan cewek itu di ranjang mereka, ia membuka sepatu dan mengganti baju cewek itu supaya tidurnya lebih nyaman. Ia akan mandi terlebih dahulu lalu ikut tidur bersama bumilnya.

TBC

SHEILLA'S BOYFRIEND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang