0.29 - Diskusi
"Aku harap apapun yang terjadi kita bisa menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin"
•••••
Frans melangkahkan kakinya kedalam rumah mertuanya. Ia baru sampai setelah mengantar maminya pulang.
"Sheilla" panggil Frans saat tidak melihat siapa-siapa di ruang keluarga. Panggilannya juga tidak ada jawaban dari cewek itu. Ia melihat Bi Ningsih yang sedang membawa sekeranjang baju kotor dari lantai atas. Ia baru mencuci jam segini karena sebelumnya izin untuk melihat kerabatnya yang sedang sakit.
"Bi, Sheilla mana?" tanya Frans kepada Bi Ningsih. Bi Ningsih menghentikan langkahnya didepan Frans, sedikit jauh.
"Non Shei lagi di kamar den" jawab Bi Ningsih. Frans menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Bi Ningsih melanjutkan perkerjaannya.
Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mereka.
Cklek
Shei yang sedang menonton tv mengalihkan perhatiannya kepada seseorang yang baru membuka pintu kamar.
"Udah pulang? Gak mampir ke rumah mami dulu emangnya?" tanya Shei beruntun tanpa bangkit dari posisi duduknya. Ia kira Frans akan lama di rumah mertuanya.
"Gak, kata mami lo cuma sendiri jadi gak mampir" jawab cowok itu masih berdiri didekat pintu. Sebenarnya Gita sudah menawarkan anaknya untuk mampir sebentar, namun cowok itu bergegas pulang karena Shei hanya sendiri di rumah. Jadilah ia langsung pulang tanpa mampir.
Frans melangkahkan kakinya ke ranjang mereka lalu mengambil boxer yang ia letakkan tadi. Ia berlalu ke kamar mandi lalu mengganti celana jeans hitam panjang dengan boxer.
"Ngomong sekarang?" tanya Shei saat Frans sudah duduk disampingnya. Cowok itu menganggukkan kepalanya menyetujui.
"Emang lo mau tinggal dimana?" tanya Frans memulai obrolan. Ia duduk disamping cewek itu dengan kaki yang berada diatas meja.
"Sebenernya gue pengen di rumah papa aja karena kasihan nantinya cuma sendiri di rumah ini walaupun ada Bi Ningsih. Tapi gue juga gak boleh egois, mami dan papi cuma punya anak 1 yaitu lo jadi gue juga bingung. Kasihan juga mereka kalo kita tinggal disini" jawab Shei menatap cowok itu lalu mengalihkan ke tv.
"Di apartemen gue aja kalo gitu biar adil" jawab Frans santai juga ikut melihat tayangan di tv.
"Gak mau, kalo di apart kebutuhan pasti kita tanggung semua. Bukannya pelit tapi lebih baik kita tinggal disalah satu rumah papa atau papi" ujar Shei.
"Kalo masalah kebutuhan sih no problem. Gue bisa minta papi buat dikasih kerja" jawab Frans.
"Tapi nanti lo jadi gak fokus sekolah lagi" ujar cewek itu.
"Gue bisa bagi waktunya" jawab cowok itu seadanya.
"Emm yaudah. Kalo mau kerja di perusahaan papa nanti gue bilang" ujar Shei.
"Gak, gue malu sama papa. Gue minta papi aja" tolak cowok itu.
"Gimana kalo gue kerja juga?" ide Shei.
"Gak, gue ngak setuju. Kalo lo capek baby kenapa-napa" tolak cowok itu lagi.
"Terus mau gimana. Lumayan kan buat nambahin penghasilan. Kalo gue sih minta uang ke papa gak masalah, papa juga bakal kasih. Tapi lo aja yang gak mau" ujar Shei kesal karena idenya tidak ada yang diterima oleh suaminya.
"Kita itu udah nikah. Dimana ditaro muka gue kalo gue gak bisa nafkahin anaknya" kata Frans.
"Nah makanya gue kerja, lo kerja. Kalo gak gitu gimana?" tanya Shei lagi.
"Lo tenang aja cukup pastiin baby gak kenapa-napa. Soal cari duit biar gue yang kerja" final cowok itu.
"Terus tinggal dimana? Gue istri lo jadi selalu ngikut lo" kata Shei bijak membuat Frans menatapnya. Tumben cewek itu pemikirannya makin dewasa.
"Gak tau juga" jawab Frans. Mereka berdua lama terdiam sampai akhirnya Shei melanjutkan ucapannya.
"Gimana kalo seminggu di rumah papa, seminggu di rumah papi. Kan adil, kita juga gak perlu tinggal di apart" ide Shei lagi. Frans terdiam sesaat memikirkan ide Shei.
"Boleh, nanti gue tanya papa sama papi aja gimana diizinin gak" kata cowok itu menyetujui ide Sheilla.
"Kalo sama papa pasti diizinin lah. Kalo bisa sih seterusnya kita tinggal disini. Apalagi sekarang mama gak sama papa lagi" ujar Shei dengan wajah sedih.
"Udah gak usah sedih. Nanti gue juga perlu ngobrol sama papa dan papi" kata cowok itu mengalihkan pembicaraan yang membuat Shei sedih.
Keduanya terdiam setelah tidak ada lagi yang berbicara, fokus menonton tayangan yang ada didepan mereka.
"Mau kemana?" tanya Frans saat Shei bangkit dari sofa.
"Mau ngambil keripik sama kue. Lo mau apa?" tanya Shei, ia ingin nyemil.
"Buat coklat dingin aja" jawab cowok itu. Ia memaklumi Shei yang mood makannya kuat, pasti karena bayi mereka. Dulu saja Shei tak akan membiarkan tubuhnya menggempal di beberapa bagian. Ia hanya makan makanan berlemak sesekali, tapi ia juga rutin makan sayur dan buah.
Shei melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia membuatkan coklat dingin untuk dia dan suaminya. Lalu ngambil keripik dan kue, meletakkan makanan itu diatas nampan dan berlalu ke kamar.
"Nih" Shei duduk di kursi sebelumnya. Frans mengambil coklat dingin dan meminumnya.
"Gak mau kemana gitu?" tanya Frans.
"Sore ke taman yuk" ajak Shei.
"Boleh" Frans menganggukkan kepalanya. Setelah itu mereka diam dengan Shei yang menonton tv sambil memakan keripiknya.
"Lo gak niat nikah 2 kali kan?" tanya Shei tiba-tiba. Sedangkan Frans mendelik mendengar pertanyaan cewek itu, ada-ada saja. Meskipun dulu ia risih dengan kehadiran cewek itu, tapi ia sudah menyayanginya. Apalagi ada anak mereka yang tumbuh didalam perut cewek itu.
"Gak" jawab cowok itu seadanya.
"Kirain ada. Kan lo gak suka sama gue. Gue takut aja lo nikah sama gue karena ngerasa bersalah" kata Shei menatap cowok itu.
"Lagian gue juga bakal berusaha jadi istri yang penurut kok. Liat kan sehari kita nikah gue udah layanin lo" lanjutnya lagi, meyakinkan cowok itu jika ia bisa diandalkan.
"Lo ngomong apa sih" kesal Frans.
"Ya gue cuma nanya aja. Kan kita gak tau kedepannya" ujar cewek itu menatap tayangan yang ada didepannya.
"Tidur siang, nanti sore kita jalan-jalan" kata cowok itu mengalihkan pembicaraan mereka.
"Oke daddy, cup" Shei langsung sumringah saat mendengar kata jalan-jalan. Ia juga memberi kecupan dibibir cowok itu.
"Pelukin ya, baby mau diusap" kata cewek itu menatap Frans.
"Hmm" Frans menganggukkan kepalanya. Ia mengambil remot tv dan mematikan televisi. Mereka berjalan menuju ranjang. Shei sudah siap dengan posisinya dan mengangkat tangannya mengkode cowok itu segera memeluknya.
"Udah, sekarang tidur" kata Frans saat posisi mereka sudah berpelukan. Shei mengambil tangan cowok itu dan meletakkannya diatas perutnya.
Lama kelamaan usapan Frans pada perutnya membuat ia sangat mengantuk. Ia memejamkan matanya, tak lama setelah itu deru nafasnya menjadi teratur.
"Bumil, bumil" ujar Frans saat melihat Shei sudah tidur. Ia melepaskan pelukannya dan mensejajarkan wajahnya dengan perut cewek itu.
"Sleep tight baby, cup" ujar Frans dan diakhiri kecupan diperut cewek itu. Setelahnya ia memposisikan diri kembali memeluk Shei dan ikut terbang ke alam mimpi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEILLA'S BOYFRIEND (END)
Подростковая литератураTentang Sheilla Princessa A dan Ciko Frans Mahendra. Sheilla atau biasa dipanggil Shei merasa kehidupannya tidak pernah berjalan dengan mulus. Dimulai dari orang tuanya bercerai, mamanya yang menikah lagi dengan selingkuhannya, diperlakukan kasar ol...