0.25 - Tidak Pantas

3.3K 154 0
                                    

0.25 - Tidak Pantas

"Apakah aku tidak pantas menjadi seorang ibu hanya karena aku sering membuat masalah?"

•••••

Sesuai apa yang mereka pikirkan, mereka telat. Gerbang sekolah yang menjulang tinggi itu tertutup rapat. Frans menghentikan mobilnya dan berjalan kearah gerbang.

"Pak" panggil Frans yang melihat satpam sekolah sedang berbicara dengan Pak Bambang di pos.

"Kenapa Frans?" tanya Pak Bambang saat pak satpam membuka celah gerbang, sedikit. Ia heran karena anak murid satunya ini tidak pernah terlambat.

"Maaf pak saya terlambat, tadi ban mobil kempes harus dibawa ke bengkel dulu" bohong Frans. Tidak mungkin kan ia bilang bahwa anaknya ingin makan bubur ayam didekat rumah opanya. Bisa dihujat satu sekolah.

"Siapa itu yang ada dimobil kamu?" tanya Pak Bambang saat melihat ada orang lain di mobil cowok itu. Shei langsung keluar saat Pak Bambang meneriakinya.

"Kamu lagi. Astaga Sheilla gak bosen-bosennya buat masalah. Baru beberapa minggu ini gak buat masalah sekarang buat masalah lagi. Kemarin-kemarin seragam yang gak bener, sekarang telat lagi. Mau jadi apa kamu hah. Kasian anak kamu nanti punya orang tua hobbynya buat masalah" omel Pak Bambang tanpa memperhatikan raut wajah Shei yang berubah.

"Pak, apakah kita bisa masuk?" tanya Frans mengalihkan pembicaraan. Ia berusaha untuk sopan kepada Pak Bambang karena didepannya ini guru mereka. Sedangkan Shei menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia sangat sensitif jika mengenai masalah anak. Apakah ia tidak pantas menjadi seorang ibu? Hari ini saja sudah 2 kali ia dihina.

"Kamu masuk aja, tapi tidak dengan Sheilla. Ia harus menjalani hukuman" ujar Pak Bambang. Shei yang mendengarnya mengangkat kepala menatap tak percaya sosok guru didepannya. Bukankah itu sangat tidak adil? Apa karena ia murid yang sering membuat onar makanya ia dihukum, sedangkan Frans tidak?

"Maaf pak, kita telat berdua. Jadi jika Sheilla dihukum maka saya juga harus dihukum" kata Frans menatap Pak Bambang.

"Yaudah kalian bediri didepan tiang bendera. Hormat sampai istirahat" jawab Pak Bambang. Bukankah itu sebuah hukuman yang tidak ada manfaatnya?

Baru saja cowok itu ingin mengiyakan ucapan Pak Bambang, ia teringat dengan kondisi Shei yang tidak memungkinkan menjalani hukuman.

"Pak, boleh saya juga yang menggantikan hukum Sheilla. Dia telat karena saya" kata Frans meminta keringanan untuk Shei. Sedangkan Pak Bambang menaikkan alisnya.

"Gak, kalian sama-sama dihukum" ujar Pak Bambang mutlak dan berlalu dari sana.

Frans menghela nafasnya ia tidak bisa membiarkan Shei menjalani hukumannya karena akan berdampak buruk dengan bayi mereka.

Inilah alasannya tidak pernah menjemput Sheilla telat, ia tidak mau Shei menerima hukuman. Selama 3 minggu ini, ia juga memantau cewek itu supaya tidak membuat onar. Untunglah selama 3 minggu ini Shei tidak mendapatkan hukumannya lagi.

Frans memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju lapangan. Shei sudah terlebih dahulu ke lapangan karena ia memilih berjalan kaki dari pada mengikuti cowok itu yang harus memarkirkan mobilnya.

"Lo duduk, biar gue awasin" kata Frans. Ia benar-benar tidak mau jika Shei pingsan kembali seperti dihukum waktu upacara itu.

"Makasih ya" ujar Shei sambil tersenyum. Ia tidak menyangka Frans akan menggantikan hukumannya.

•••••

Ting

Akhirnya, hampir 1 jam cowok itu berdiri di lapangan dengan matahari yang lumayan terik. Bel sekolah berbunyi artinya hukumannya juga selesai. Ia melangkahkan kakinya mendekat kearah Shei yang duduk dibawah pohon. Cewek itu memberikan sebotol air putih yang mereka bawa dari rumah. Jaga-jaga jika Shei ingin minum saat kelas berlangsung tanpa harus ke kantin.

SHEILLA'S BOYFRIEND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang