0.21 - Nasi Sudah Menjadi Bubur

4.1K 186 1
                                    

0.21 - Nasi Sudah Menjadi Bubur

"Nasi sudah menjadi bubur. Memaafkan adalah langkah terbaik"

•••••

Frans menuruni anak tangga satu persatu. Ia melihat papi dan maminya yang sedang menunggu dirinya di ruang tamu. Mereka memakai pakaian warna serupa, navy. Sedikit formal untuk acara lamaran.

"Mi pi, Frans sudah siap" ucap Frans membuat kedua paruh baya itu bangkit dari duduknya.

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Mereka berjalan keluar dan memasuki mobil yang bertengger di halaman rumah. Kedua orang tuanya berada dikursi belakang, sedangkan ia yang menyetir.

"Pi mi Frans mau berenti di supermarket dulu" ucap Frans setelah memarkirkan mobilnya. Ia keluar mobil dan memasuki supermarket.

Tak lama ia datang dengan kresek putih besar dan masuk kedalam mobil.

"Beli apa nak?" tanya Gita. Iya, Gita sudah memaafkannya sejak tadi sore, hanya saja Jaya yang masih tidak ingin berbicara dengannya. Papinya sangat kecewa tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.

"Beli susu ibu hamil mi" jawab Frans. Setelah itu Frans melanjutkan perjalanan mereka.

Hampir 20 menit akhirnya mereka sampai di rumah ber-cat putih tulang. Jalan yang lumayan macet membuat mereka sedikit berlama di jalanan.

"Assalamualaikum" ucap Jaya sambil membunyikan bel disamping pintu.

"Waalaikumsalam" jawab seseorang yang membuka pintu.

"Loh, Jaya" sambung Ferdi terkejut dengan kehadiran teman lamanya.

"Ferdi" balas Jaya tidak kalah terkejut.

"Masuk dulu kita bicara didalam" ucap Ferdi mempersilahkan tamunya masuk.

"Bi, tolong panggil Sheilla di kamarnya" ujar Ferdi saat melihat Bi Ningsih, pembantu dirumahnya.

"Baik tuan" jawab Bi Ningsih.

"Jaya, emm dan Gita kan? Silahkan duduk dulu" kata Ferdi. Mereka duduk di ruang tamu.

"Jaya, jadi yang kamu maksud tadi" Ferdi tidak melanjutkan ucapannya.

Flashback on

Jaya memasuki kamar diikuti istrinya. Ia duduk dipinggir ranjang sambil memijit keningnya, pusing. Sedangkan Gita duduk disamping suaminya. Ia tak kalah kecewa dengan anak kebanggaannya itu.

"Mas" ucap Gita memegang lengan Jaya. Jaya memeluk istrinya.

"Maafin aku yang gagal ngedidik anak kita" sambung gita sambil menangis.

"Gak, ini bukan salah kamu. Ini salah aku, mungkin karena aku Frans tertekan" lirih Jaya sedih.

"Sekarang gimana mas?" tanya Gita menatap suaminya.

"Kita akan ke rumah orang tua gadis itu untuk bertanggung jawab. Mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur" kata Jaya.

"Lalu bagaimana dengan perjodohan Frans dengan anak temen kamu" tanya Gita.

"Aku akan telpon dia" jawab Jaya sambil bangkit dari ranjang dan mengambil ponselnya. Ia duduk di sofa kamar mereka diikuti Gita duduk disampingnya.

"Hallo, Assalamualaikum" ucap orang diseberang.

"Waalaikumsalam. Ferdi ada yang ingin aku katakan" ujar Jaya to the point.

SHEILLA'S BOYFRIEND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang