Aku tak habis pikir dari sekian banyak driver online, kenapa harus mantanku itu yang dicocokkan dengan akunku?
Hm ... namanya juga takdir, kita gak pernah tahu 'kan soal apa yang akan terjadi esok?
Untung saja aku bayar pakai pembayaran digital atau istilah yang terhubung dengan akun ojek online-ku. Jika saja aku bayar tunai, aku yakin Tio tak akan menerima uangku. Dia gengsi kalau aku bayar pastinya.
Tak hanya itu, kini ingatanku dipenuhi dengan kalimatnya soal "belum move-on" dariku.
Salah satu sisi hatiku bersenandika kalau Tio menyesali sikapnya dulu yang mengacuhkanku saat kami masih bersama. Satu sisi lagi berbicara, jika Tio hanya menggombaliku saja.
Namun, ingatan saat Tio dulu menyakitiku tak akan lenyap begitu saja. Maaf sudah kuberikan, tapi aku sulit melupakan luka yang dia goreskan dalam hatiku.
Padahal lama sekali ingatan itu tak hadir dalam benakku. Karena momen tak sengaja itulah kini memory menyakitkan kembali tayang dalam pikiranku, meskipun tak sepenuhnya.
Untungnya memory menyakitkan itu tak kembali membuat dadaku sesak. Karena kehidupanku kini sudah bisa menutupi dengan mudah segala kesakitanku di masa lalu.
Sekarang, aku hanya fokus dengan bahtera cintaku dan buah hatiku saja.
💙💙💙
[Assalamu'alaikum.. Lagi apa? Anak-anak suka 'kan snack dariku?]
Sebuah pesan mampir di salah satu akun sosial mediaku. Aku terhentak saat kulirikan mata untuk membaca nama si pengirim pesan. Betul, itu mantanku yang kemarin jadi driver taksi online, Tio Prasetyo.
Aku tergeming beberapa detik sambil memandangi ponselku. Entah apa yang sebenarnya ada dipikiran Tio hingga dia berani kirim message seperti itu. Apa dia sengaja ingin membuat suamiku mengetahui jika kami tak sengaja bertemu beberapa hari yang lalu?
Urung kuceritakan momen tak sengaja pertemuanku dengan sang mantan. Aku tak menganggapnya penting untuk dibagi dengan siapapun. Toh, aku bersikap biasa saja saat bertemu dengannya. Obrolan pun hanya berjalan satu arah, tak ada keakraban dalam jawaban yang aku lontarkan.
Namun, rasa tak tenang kian hinggap. Apalagi bayangan jika anakku keceplosan soal dijajanin Tio. Aku nyesel, harusnya aku tinggalkan saja kantong kresek yang Tio bawa untuk anakku di mobilnya. Lagi-lagi resah menguasai hati dan akal sehatku.
Hatiku bergejolak setiap mengingat sikap Tio yang berani mengirimiku sebuah pesan. Meskipun suamiku tak pernah mengecek semua sosial mediaku, tapi aku punya Allah yang selalu tahu gerak gerikku, makanya aku selalu menjaga sikapku meskipun dia tak tahu apa-apa jika aku sedang tak bersamanya.
Bukan hanya itu, aku memosisikan diri sebagai suamiku. Aku tak akan rela jika suamiku bertukar pesan di belakangku. Aku abaikan dan hapus pesan itu dengan segera.
Beberapa jam kemudian ...
[Kok gak dibalas? Takut ketahuan Raihan, ya? Udah nikah juga, Raihan masih ketakutan aja!]
Ya, nama suamiku Raihan.
Aku gak tahan, akhirnya aku kasih tahu pesan dia ke suamiku. Aku perlihatkan ponselku yang sudah stand by dalam message-nya.
"Ciye ... mantannya masih ngarep ...," suamiku mengedip-ngedipkan matanya, kini matanya fokus ke arahku, cukup tajam.
"Kamu gak cemburu?"
"B aja ...," katanya, balik mandangin ponselnya lagi.
Padahal aku tahu dalam kata-kata "ciye" ada rasa tak nyaman yang membakar hati. Aku tak peduli, tak ingin memperkeruh suasana.
![](https://img.wattpad.com/cover/248567644-288-k905361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Mantan
RomansaBagaimana kalau kamu dipertemukan dengan mantan kamu 10 tahun yang lalu? Apakah yang akan kamu lakukan? Adakah cara untuk menghindarinya? Cek, yuk! Drama ringan rumah tangga. jangan lupa follow dulu!