Kirana harus menghadapi teror merugikan yang terjadi setelah ia mengakhiri hubungannya dengan Dimas, cinta pertamanya. Teror itu berlangsung selama berhari-hari dan sangat menyiksanya. Gilang, sang KM kelas yang sedang mendekati Kirana menjadi tersa...
Aku panik, Anne menutup mulutnya sama-sama terkejut.
Aku langsung memencet tombol call kepada Pak Reza dan untungnya beliau langsung mengangkatnya.
"Pak tolong di rumah Saya ada yang gedor-gedor pintu kamar!" Ucapku sambil menggigit jari.
"ASTAGHFIRULLAH IYA NENG BAPAK KESANA SEKARANG!" Pak Reza menjawab tak kalah panik di seberang sana. Lalu aku menelopon Bu Ira dan beliau menjawab hal yang sama.
Pintu masih digedor-gedor secara brutal. Anne dengan sigap membawa semprotan pembasmi serangga untuk berjaga-jaga.
Aku berteriak, "KAMU MAU APA?!" Kurasakan suaraku bergetar, padahal aku sudah berusaha untuk tidak terdengar takut.
Pintu berhenti digedor dan berganti dengan suara tubuh yang mencoba mendobrak pintu secara paksa.
Anne berteriak dan aku melompat dari atas kasur, mengambil tongkat bisbol untuk melindungi diri.
Tak perlu memerlukan waktu yang lama, terdengar suara Pak Reza yang berteriak, "WOY!" disertai kegaduhan para tetanggaku yang masuk ke dalam rumah.
Anne berdiri di depanku, mengisyaratkan bahwa kami jangan dulu keluar kamar.
Selama kurang lebih dua menit, Bu Ira akhrinya dengan nyaring berteriak, "NENG INI SUDAH DITANGKAP! NENG KENAL GAKK?"
Aku dan Anne langsung bergegas menggeser rak buku dan membuka pintu. Kami berlari menuju halaman depan dimana suara Bu Ira berasal. Dan akhirnya, aku melihat seseorang yang memakai jaket hitam dan topeng perampok sedang tengkurap, kedua tangannya dilipat ke belakang dan punggungnya ditindih oleh Pak Reza dan Pak David.
Seseorang itu meronta-ronta hingga akhirnya aku mendekat ke arahnya dan menarik topeng dari kepalanya. Orang itu kini berenti bergerak.
Aku berjongkok dan mengambil rambutnya dan menariknya dengan keras untuk melihat siapa yang telah berani mengancam nyawaku dan Anne.
Ketika aku melihat siapa dia, aku kaget setegah mati.
"LOH ADAM?!" Tanyaku tak percaya.
Tapi faktanya dia memang Adam, teman sekelasku yang duduk di sebelah bangku Gilang dan merupakan seorang anak yang tak banyak bicara.
Adam mengerjap-ngerjap menatapku.
"Neng kenal?" Pak Reza bertanya.
Aku mengangguk mantap, "Gak salah lagi Pak. Dia temen sekelas Kirana."
Lalu aku meminta Pak Reza untuk membangunkan Adam dan temanku itu terduduk dengan tangan yang masih dipegang erat.
"Kir gw bisa jelasin semuanya!" Adam mulai bercucuran keringat. Aku menatapnya marah.
"Ini semua gara-gara Gilang! Dia yang nyuruh gw buat nerror elu selama ini! Dia demen ama lu tapi dia cemburu selama ini gegara elu deket-deket ama si Raka!" Adam berkata dengan wajah yang memohon.
Tapi aku tak langsung percaya. "Apa buktinya?"
Adam menutup matanya dan menghela nafas, "Gw punya chatnya."
Lalu Pak David merogoh saku jaket Adam dan menemukan ponselnya. Aku mengambilnya dan mencari kontak Gilang di WhatsApp . Dan ketika aku membukanya, ternyata Gilang dan Raka baru saja chat beberapa jam yang lalu dan itu merupakan percakapan pertama mereka, dengan kontak, 'Gilang no baru' dan ketikan yang disingkat-singkat khas Gilang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.