Aku menengadah saat Raka membelokkan motornya ke sebuah kafe di atas tebing. Kafe yang parkirannya telah dipenuhi jajaran motor para pengunjung.
"Kafe apa ini?" Tanyaku.
"Gw belum pernah ke sini. Tapi katanya tempatnya romantis," jelas Raka.
Aku tersenyum tipis. Ada sentakan lembut di dalam dada.
Raka memarkirkan motor, aku turun dan menatap lampu tumblr raksasa ungu bertuliskan Delicioso, find your love on this resto.
Raka membuka helmnya dan rambut bergelombangnya tampak berantakan.
"Gak bawa sisir?" Tanyaku, Raka langsung membetulkan helaian rambut yang menutup matanya.
"B-bawa," jawabnya terbata-bata. "Tapi tangan lu bisa benerin rambut, 'kan?" Raka menyodorkan kepalanya, setengah membungkuk karena aku lebih pendek darinya.
"Ada-ada aja," ujarku mulai menyisir rambutnya yang tebal dan bergelombang dengan jemariku. "Ni rambut terbuat dari apa sih? Kusut mulu perasaan. Mana mulai gondrong lagi."
Raka menegakkan badan. "Gw gantengan gondrong apa rambut pendek?"
Aku terdiam, bingung hendak menjawab apa.
Dua-duanya ganteng, Ka.
"Gak dua-duanya." Aku membalikkan badan namun Raka langsung menarik rambutku.
"Barengan dong!" Ucap Raka sewot. Ia lalu berdiri di sampingku dan menekuk sebelah lengannya, menyuruhku untuk menggandengnya.
"Apa?"
Raka mendesis. "Lu gak peka banget ya jadi cewek? Ini, gandengan!"
"Biasa aja kali ngomongnya!" Ujarku tak kalah sewot.
"ELU!" Raka mencubit daguku dengan sekali hentakan.
Aku menjambak rambutnya. "Sableng!"
"Kirana Dobleh!" Sahutnya.
"Bagus-bagus Kirana Grudina lah malah lu ubah jadi dobleh!"
"Daripada elu manggil gw sableng depan nenek gw!" Ujar Raka menarik hidungku.
"Kapan??" Tanyaku mencubit lengannya gemas.
"PIKUN LU!" Seru Raka mendorong dahiku dan ia meninggalkanku. Aku berlari di belakangnya.
Langkah kami kini sejajar, memasuki kafe yang ramai oleh pengunjung. Mereka semua tertawa-tawa, dan beberapa duduk berdua bersama pasangannya sambil berfoto-foto.
Raka menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari meja yang kosong. Aku menoleh ke meja dekat pot bunga besar beberapa meter jauh di sebelah kanan dan melihat sekelompok lelaki sebayaku yang saling berbisik-bisik sambil menatap ke arahku dan Raka. Seseorang di antara mereka disenggol oleh temannya dan mereka sontak tertawa sambil melirikku.
Raka menoleh padaku lalu memegang puncak kepalaku dan berkata, "Mau duduk dimana, yang?"
Kata "yang" terdengar sengaja dikeraskan agar sekelompok lelaki itu bisa mendengarnya.
"Di sana aja," ucapku menunjuk meja dekat pagar yang pemandangannya langsung mengarah ke lampu-lampu kota Bandung.
Raka mengangguk mantap dan menggandeng tanganku.
"Yaaah udah ada yang punya! Hahaha!" Salah seorang dari lelaki tadi tertawa, disusul yang lain.
Raka menarik kursi yang hendak aku duduki, aku menatapnya.
"Pasti ada maunya," gumamku.
Raka pun duduk di kursi di depanku. "Enggak kok, tenang aja. Kali ini gw yang bayar."

KAMU SEDANG MEMBACA
RULE #1 [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsKirana harus menghadapi teror merugikan yang terjadi setelah ia mengakhiri hubungannya dengan Dimas, cinta pertamanya. Teror itu berlangsung selama berhari-hari dan sangat menyiksanya. Gilang, sang KM kelas yang sedang mendekati Kirana menjadi tersa...