Meeting

1.4K 136 10
                                        

"Mwoo??!!!" Kata Dahyun yang sangat terkejut. "Aku bilang,orang tua kami akan berkunjung untuk menemui mu. Jadi.... persiapkanlah semuanya dengan baik mulai sekarang " Batin Dahyun berteriak dengan sangat keras di dalam sana. "Tap- tapi.. akukan...-!". "Kau akan bertanggung jawab kan Kim..?!" Kalimat Dahyun dipotong dengan pertanyaan yabg terkesan seperti ancaman. Bibir Dahyun terkatup dengan rapat karena bingung akan menjawab apa.

"Ehmm nee.. tentu saja,hanya saja bukankah ini terlalu cepat ani- maksudnya terlalu terburu buru. Lagipula kita ini masih berkuliah jadi..." Dahyun bingung ingin melanjutkan apa. "Jadi apa???" Tanya Momo. "Aku tidak masalah dengan status sebagai pelajar saat kita menikah nanti. Kau tidak perlu bekerja karena uang kami cukup untuk membiyayai kebutuhan keluarga kita sampai 10 turunan. Apa masih kurang?" Mina sungguh hebat dalam mencelah Dahyun. Buktinya sekarang Dahyun tidak cerewet lagi dan menurut.

Melihat Dahyun hanya terdiam, ketiga gadis itu tersenyum. "Gadis pintar" Sana terkekeh sambil mengacak-acak rambut Dahyun.

Meskipun diam namun dalam hati Dahyun tidak karuan untuk berpikir akan masa depannya nanti. Sudah cukup ia hidup menderita, ia tidak mau lagi menambah beban hidupnya yang sudah berat. Dengan segala kepinteran yang ia punya,ia mencari cara untuk keluar darj realita ini. Namun hasilnya nihil. Mau dipikirkan bagaimanapun hasilnya tetap sama. SULIT.

"Besok kita akan pergi melihat persiapanmu untuk minggu depan" Dahyun mengangguk.

Cukup sehari saja ia akan merasakan ketenangan sebelum ia menjalani kembali hari yang berat.

Detik detik pun terasa cepat meskipun terus melihat jam. Kata orang jika kalian terus memeriksa waktu maka waktu akan terasa sangat lambat. Namun saat ini bukan itu yang Dahyun rasakan ,malahan yang ia rasakan sebaliknya.
Dahyun tidak mengira bahwa pindah ke kampus itu akan merubah nasibnya. Meskipun ia tidak tahu pasti jika nasib ini baik atau buruk.
(3 istri itu baik tau wkwk upss)jangan meniru saran author🤭

*




"Dahyunnie... apa kau sudah siap?" Tanya sang gadis Jepang yang memiliki rupa seperti penguin. Meskipun ragu namun ia mengangguk dengan pasti karena tidak ingin mengecewakan mereka. Dahyun memang belum jatuh cinta pada mereka bertiga tetapi setidaknya ia harus bertanggung jawab dan juga jangan lupa status mereka bertiga. Bisa bisa nanti Dahyun sudah meninggal sebelum ia lulus.

"Nee Minari aku sudah siap." Mina mengangguk. "Kajja kita pergi" Dahyun bersama para jline sekarang akan pergi ke pusat pembelanjaan untuk membeli
Barang barang yang mereka butuhkan. Jangan lupa bahan makanan karena Dahyun memiliki keahlian memasak.

Setelah membeli bahan yang mereka butuh,mereka pergi ke restoran untuk makan karena memang tadi pagi mereka belum sempat makan karena tidak ada bahan makanan.

Sementara makan,deringan telpon menubruk indra pendengaran mereka. Asal suara tersebut dari hp Momo."Mwoo?!!" Setelah mengangkat telpon tersebut, Momo langsung mematikan telpon dan terlihat panik. "Yak!! Ada apa,kenapa kau terlihat panik?" Tanya Sana yang ikut penasaran."kita harus pulang. Skarang!" Meskipun belum mengetahui alasannya,semuanya denga reflek pergi keluar dari sana dan pulang.

"Kenapa Momo?kau belum memberitahukan kami alasannya" Momo menatap gugup ke depan lalu..."mereka sudah pulang" dengan spontan semua terkejut. "Mereka baru saja menelpon,tadi."

Dengan cepat mereka turun dari mobil dan masuk kedalam apartemen.
Benar saja terlihat 4 orang tua tapi tunggu dulu,dimana keduanya?

Dahyun dapat melihat wajah senang dari orang tua mereka saat menatap anaknya. "Uhmm eomma, appa. Perkenalkan ini Kim Dahyun. Tunangan kita" wajah senang mereka terganti dengan sebaliknya. "Hmm dari keluarga mana? Keluarga einstain? Gates?" Dahyun menggeleng "lalu?" "Saya hanya dari keluarga biasa om,ayah saja pergi meninggalkan aku dan oma waktu aku kecil... dan-."   "Tidak bisa! Mana mungkin kau menyanding dengan keluarga kami! Apa yang kau lihat dari dirimu sehingga kau berani bersama dengan anak saya?!" Hah Pertanyaan seperti tidak memiliki jawaban. Karena jawabannya selalu...

"Saya bisa memasak o-" "apa itu berguna?! Apa dengan memasak kau bisa menjadi seperti kami? Jangan mimpi! Dunia ini selalu memiliki syarat yang harus kau penuhi termasuk jodoh" setiap ucapan yang dilontarkan tentu saja menyayat hati namun Dahyun adalah gadis yang kuat dan ia sudah memprediksi bahwa pertanyaan tadi tidak memerlukan jawaban karna pasti jawabannya selalu sama. Tidak diterima.

Sana,Momo dan Mina hanya bisa diam karena tidak bisa berbuat apapun. Sopan santun selalu menempel pada karakter mereka. Saat ini ego mereka berperang melawan kepatuhan.jika mereka memilih untuk membela Dahyun maka mereka akan menjadi anak yang durhaka terhadap orang tua mereka. Begitu hal dengan sebaliknya.

Pertemuan  yang sangat kacau. Apakah ini yang dibilang awal yang sangat buruk.

Dengan berat hati Dahyun menatap semua orang yang disana kemudian pergi. Pulang kerumah merupakan salah satu cara saat ini. Tentu saja saat Dahyun pulang ia disambut dengan keterkejutan dan pertanyaan. Itu wajar.

Tidak ada yang bisa Dahyun lakukan selain menjelaskan apa yang terjadi tentu saja dengan bohongan. Ia membohongi ibunya untuk kesekian kalinya. Ketakutan yang selama ini ia bayangkan akhirnya terjadi. "Memangnya siapa aku ini?" Tentu saja Dahyun merutuki dirinya. Sebenarnya Dahyun juga memang tidak suka tetapi seperti tadi, jawabannya masih sama. Tanggung jawab. Kata itu sangat membebani Dahyun.

Jika jline lahir dengan kesopanan maka Dahyun lahir dengan tanggung jawab. Itu mudah. Eomma Dahyun tidak ingin ia menjadi seperti sang appa yang pergi meninggalkan mereka.

Tidak mau larut dalam masalah, Dahyun memilih untuk terjun ke alam mimpi.









Wassup ges
Jangan lupa untuk vote dan makasih atas 1 k voteT_T
Aku harap kalian terus dukung cerita ini.
Oh iya aku mau kasih tahu sesuatu tapi nanti aja deh
Bubaiiiiiii








Bersambung.....

Girls before flower[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang