Chapter 1. Guru privat

3 1 0
                                    

Third Person POV

Pagi ini, Sora bangun dari tidur lelapnya. Ia pun mengusap-usap matanya yang masih mengantuk. Tiba-tiba ….

Tar!

Bunyi suara pecahan benda dari kaca mengejutkan Sora. Ia pun bangun dan menge-cek apa yang terjadi? Dilihatnya di bawah sana, ayah dan ibunya bertengkar hebat. Sora pun menghembuskan napas kekesalan. Setiap hari, hal ini selalu terjadi. Kadang Sora bosan dengan hidupnya, kenapa dia bisa terlahir di keluarga seperti ini?

Sora termasuk anak yang tomboi. Di kelas, Sora tidak memiliki teman. Karena ia selalu bolos dan jarang datang ke sekolah.

"Yak! Dasar murid tidak tahu diri kau! Kau kira ini sekolah bapakmu? Sehingga seenaknya kau bolos sekolah," ujar Kepala Sekolah menuntut.

Orang tua Sora pun datang ke sekolahnya. Kepala Sekolah berbicara tentang tingkah Sora selama di sana. Tentang bagaimana kekesalannya dibuat anak dari keluarga Yoon yang saat ini duduk di hadapannya.

"Sora ya! Kenapa kau sering bolos, nak?" Tanya ibu Sora dengan lembut.

"Itu bukan urusanmu." Namun jawaban itu tidak mengenakkan. Saat sampai di rumah, Sora melihat kemarahan di wajah ayahnya. Ia bahkan tidak ambil pusing dan langsung pergi berlalu.

"Yoon Sora!" Panggil Tuan Yoon menjerit. Sora terlihat malas sekali berurusan dengan sang ayah saat ini.

"Apa lagi?!" Jawabnya kesal yang langsung mendapat tamparan keras dari pria di hadapannya itu

Plakk!

Wajah itu merah karena tamparan yang ia terima dari sang ayah.

"Kenapa kau melakukan ini? Kau membuat Ayah dan Ibumu malu dengan tingkahmu!" protes Tuan Yoon.

"Ayah masih punya malu juga ternyata?!" ucapan itu mengandung kata sindiran yang semakin meluapkan kemarahan sang kepala rumah tangga.

"Apa?!" geram ayahnya.

"Aish! Dasar anak kurang ajar!" Tangannya  kembali ingin memukul Sora, tapi Nyonya Yoon menghalau itu.

"Sayang, sudahlSayantutur ibu Sora menenangkan. Sora langsung pergi meninggalkan  kedua orang tuanya. Masuk ke kamar dan membanting pintu kamar dengan keras.

"Lihatlah! Itu putri yang kau banggakan. Tidak tahu diri!" Ujar Tuan Yoon. Menuding perilaku tidak sopan Soora akibat didikannya.


Keesokan harinya Sora tetap bolos sekolah. Ia lebih memilih jalan-jalan daripada bersekolah. Karena baginya, sekolah hanya akan membuat kepala serta pikirannya semakin frustasi. Saat ini ia bediri di sebuah jalan yang terdapat air di bawah sembari menikmati embusan angin yang menerpa. Lalu melihat ke bawah sana, di mana ada air yang tenang tanpa ada gangguan di dalamnya. Ia terus menghayati air yang tenang tersebut hingga tubuhnya seakan terhipnotis ingin lebih dekat dengan air yang tenang tersebut.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Sora tersadar dari lamunannya dan melihat siapa yang berbicara kepadanya.

"Apa kau ingin mati? Jika iya, sebaiknya jangan lakukan! Hidup itu sangat berarti jika kau menikmatinya," sambung pria itu lagi.

Setelah berkata seperti itu, pria itu langsung pergi dan Sora terus memandang siluet pria itu yang mulai jauh di pelupuk matanya.


Seiring berjalan waktu. Kini tiba saatnya semua murid pulang. Sora mengambil kesempatan itu untuk berpura-pura habis sekolah juga dan pulang bersamaan dengan para murid.

"Eoh, Yoon Sora!" panggil seseorang, Sora menoleh ke belakang, kemudian dirinya terlihat malas saat yang memanggil adalah Jaeha. Temannya itu menghampiri Sora dan menghapit kepala Sora dengan lengan besarnya bak kepiting yang memiting mangsanya.

"Hei! Lepas! Uhuk! Uhuk! Lepas!" Sora meronta minta di lepas oleh Jaeha. Akhirnya pria itu melepaskan cepitannya di leher Sora.

"Apa kau gila!" pekiknya memukul kepala teman konyolnya itu.

"Ops, sorry. Sora, kenapa kau tidak sekolah tadi? Kau memakai pakaian sekolah tapi kau tidak datang untuk bbelaja?" tanya Jaeha dengan wajah yang begitu datar tanpa ekspresi sedikitpun.

"Jeon Jaeha!" seru Sora.

"Kenapa kau mengurus hidupku? Urus saja hidupmu sendiri, kau paham?!" Lanjutnya berlalu pergi meninggalkan Jaeha.

In House . . . . .

Sora masuk tanpa mengatakan apa pun. Ia langsung saja menaiki tangga dengan tertatih-tatih demi tidak ketahuan si ibu.

"Yoon Sora!"

Tidak ketahuan si ibu malah si ayah yang menyerukan namanya. Gadis ini menggigit bibir bawahnya dan terpejam kesal.

"Apa?" tanyanya penuh kekesalan dari atas tangga.

"Kemarilah sebentar!" titah sang Tuan rumah.

"Ck! Apa lagi, sih?!"

"Kesinilah sebentar, ada yang mau ayah bicarakan padamu," paksa Tuan Yoon menuntut.
Sora pun turun dengan terpaksa dan mendekati ayahnya.

"Kenalkan! Dia adalah guru privatmu," ucap Tuan Yoon menunjuk pria di sampingnya.

Sora menelisik menelisi mulai dari atas hingga ke bawah.
"Eoh! Anda 'kan …." Sora berfikir sebentar.
"Ah, benar! Andakan yang tadi jumpa saya di …." Ucapan Sora dipotong.
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Tuan Yoon.
"Tidak, hanya saja tadi kami berjumpa," ucap Sora.
"Baguslah, jika kalian sudah saling mengenal," ucap Tuan Yoon.
"Apa?! Ayah! Bagaimana mungkin dia menjadi guru privatku?"
"Apa?! Dia? Panggil dia Guru Kim, kau paham?!" Bentak Tuan Yoon.
"Tapi, Ayah! Aku tidak perlu guru privat, aku bisa belajar sendiri."
"Tidak. Melihat kau yang malas belajar dan sering bolos. Ayah tidak yakin saat ujian nanti kau bisa dapat nilai tertinggi."
"Ahhh, Ayah …," lirih Sora memelas.
"Tidak. Ayah tidak percaya padamu, nanti yang ada Ayah akan malu karena memiliki anak yang bodoh sepertimu." Namjoon pun terkekeh mendengar perkataan Tuan Yoon. Namun tawanya terhenti, karena Sora menatap tajam ke arahnya.

"Ahh, Ayah, aku mohon jangan lakukan itu. Ayah,  aku janji tidak akan bolos lagi, sumpah!" Mohon Sora seraya berjanji dan mengatakan sumpah.
"Ti . . . . . . Dak!" Sora pun merengut mendengar kata tidak dari ayahnya.
"Baiklah, Guru Kim! Kapan kau akan memulai les privatnya?" tanya Tuan Yoon.
"Mmm … itu terserah Anda, Tuan. Anda yang menentukan jadwalnya, saya hanya akan datang seperti yang Anda dan putrimu jadwalkan," ulas Namjoon.
"Kalau begitu datanglah setiap hari. Bahkan di saat libur," tegas Tuan Yoon.
"Apa?!" ujar keduanya serempak. Kemudian Sora menatap sinis ke arah Namjoon.
"Ahhh, Ayah! Bagaimana mungkin hari libur juga. Lalu kapan aku istirahatnya?" tanya Sora mengeluh keberatan.
"Kau tidak akan ada istirahat. Kau sudah kelas akhir. Jadi, tidak ada kata istkeberatamengerti?!" jawab Tuan Yoon.
"Tapi, Ayah …"
"Sudahlah, Guru Kim! Kau bisa 'kan setiap hari datang?" tanya Tuan Yoon memotong pembicaraan Sora.
"Yah? Euh ... saya bisa, Tuan," jawab Namjoon agak bingung.
"Baiklah, datang mulai besok, yah, Guru Kim."
Sora menghentakkan kakinya geram. Lalu setelah itu dia pergi berlalu dan menutup pintu kamarnya dengan keras.

Jeudar!

"Aish! Dasar anak nakal!" Maki Tuan Yoon.
"Maaf ya, Guru Kim. Dia memang seperti itu." Lanjutnya
"Oh, tidak apa, Tuan Yoon." jawab Namjoon.
"Emm … tapi Guru Kim!"
"Ya?"
"Apa kau bisa menghadapi putriku nanti?"
"Oh, itu …." Namjoon berfikir sejenak.
"Saya akan berusaha membuat putri Anda berubah," sambungnya dengan senyuman.

.
.
.
~Bersambung~
.
.
.

Nal Sarang HajimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang