• • •
"Ahjussi!" Namjoon tersentak dari tidurnya. Dilihatnya Sora sudah dihadapannya.
"Ahjussi! Apa kau pulang cepat hanya untuk tidur di sini?" Cetusnya. Namjoon benar-benar kelihatan seperti orang linglung saat ini.
"Ya Ahjussi! Apa kau mendengar ucapanku?" Namjoon masih memperhatikan sekelilingnya. Sora pun memegang kedua pipi Namjoon dan membuat Namjoon menatapnya. Kini mata keduanya mulai saling menatap.Sora pun sadar bahwa dia memegang wajah Namjoon tanpa ijin. Kini ia jadi salah tingkah.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Namjoon dengan wajah seriusnya. Sora pun gelagapan ingin membalas apa?
"A-a … i-itu … aku … ingin ke tempat Eomma angkatku. Ehh, maksudnya ke tempat Jaeha." Namjoon pun mengangguk pelan.
"Ahjussi! Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sora.
"Tidak ada. Aku mau pulang dulu,"
"Ahjussi! Gwaenchanhayo?" Sora memegang lengannya dan Namjoon memperhatikan itu. Lalu Sora pun melepaskan pegangannya.
"Apa kau kelelah …. Hah, apa peduliku padanya." ucapannya terpotong dan di sambungnya di dalam hati.
"Tidah jadi, Ahjussi. Hehehe …pulanglah!" Ujarnya, dan pergi lebih dulu meninggalkan Namjoon, tapi Namjoon menarik lengannya sehingga Sora menatap dada bidang milik Namjoon.DEG
Sora pun membulatkan matanya, ia mulai menatap Namjoon yang fokus pada bus yang hendak berjalan.
"YA! Lain kali jika ingin menyebrang lihat kanan kiri dulu," bentak Namjoon. Sora tersentak kaget mendengar bentakan Namjoon. Baru kali ini ia mendengar Namjoon membentaknya dengan keras.
"Ya! Kenapa kau membentakku? Itu terserahku, jika ingin melangkah. Lagipula kenapa kau begitu mempedulikan hidupku?" Sora langsung meninggalkan Namjoon dan menyebrangi jalan. Namjoon hanya bisa melihat siluet Sora mulai meninggalkan dirinya.Namjoon menghidupkan motornya dan melaju dengan kecepatan standar. Sesampainya di sebuah jalan dimana kecelakaan tragis terjadi yang membuat dirinya harus mengidap penyakit Epidural Hematoma. Di bayangan Namjoon saat ini, di persimpangan yang sunyi itu begitu ramai dengan orang-orang yang melihat sebuah kecelakaan terjadi antar bus dan sebuah motor.
"Namjoona!" Namjoon dapat mendengar suara temannya memanggilnya. Lalu sebuah motor berhenti di sampingnya. 2 Pria itu menghampiri kecelakaan tersebut.
"Namjoona! Ya Kim Namjoon! Buka matamu!" Teriak Jisung seraya menepuk pipi Namjoon pelan.
"D-d-donggu ya … b-be-berikan … i-i-ini pada … H-haera …" ujar Jungwon dengan nafas yang tidak teratur. Lalu dengan sekejap Jungwon menutup matanya.
"Ya! Oh Jungwon! Bangunlah! Jungwona!" Ucap Donggu sedih. Setelah itu ambulan mulai datang, dan membawa tubuh Namjoon dan Jungwon. Setelah ambulan mulai meninggalkan tempat itu semuanya hilang dari penglihatan Namjoon."Jungwona! Mianhae." Namjoon menitikkan airmata penyesalannya. Karena ulahnya, satu temannya telah pergi jauh. Dan kini ia juga harus menderita seumur hidupnya. Tiba-tiba saat menangis Namjoon mulai merasakan sakit di kepalanya. "Akkhhh!" Tangan Namjoon gemetaran merasakan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Dunia ini serasa berputar baginya.
"Hah, kenapa harus dia lagi," gerutu Sora saat melihat Namjoon dari kejauhan. Sora pun berdecap dan pergi berbalik arah. Namun saat berbalik arah seorang Ahjumma terlihat panik dan mulai berlari ke arah belakang Sora. Merasa penasaran Sora membalikkan arahnya.
"O. Ahjussi!" Kini Sora berlari ke arah Namjoon.
"Ahjussi! Ada apa denganmu? Apa kau baik-baik saja? Ya! Cepatlah telepon ambulan!" Teriak Sora yang mulai ketakutan. Namjoon sadar itu suara Sora, tapi matanya sudah mulai berbayang saat menatap orang. Namjoon memegang tangan Sora yang berada dadanya dan menggenggam erat tangan itu."Ahjussi! Gwaenchanhayo?" Suara Sora juga mendengung di telinganya. Hingga akhirnya Namjoon menutup matanya. Saat bangun, Namjoon melihat sekelilingnya.
"Kau sudah sadar?" Ucap Seokjin.
"Hyeong! Dimana aku?"
"Kau di rumah sakit, tadi kau pingsan di jalan,"
"Hyeong! Apa kau punya obat pereda rasa sakit?"
"Hah, Kau lebih memilih menyiksa dirimu sendiri daripada mengobati dirimu,"
"Bukankah itu namanya aku mengobati diriku?"
"Itu bukan pengobatan namanya, melainkan penyiksaan. Jika kau ingin mengobatinya maka kau akan melakukan operasinya. Jika tidak, itu berarti kau menyiksa dirimu setiap hari." Namjoon hanya diam memperhatikan wajah marah Seokjin.
"Aku hanya bertanya, jika kau katakan tidak ada maka aku juga tidak akan memaksamu untuk membuatkannya." Namjoon pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kamar pasien dan Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nal Sarang Hajima
Novela JuvenilAlkisah seorang pelajar yang begitu muak dengan kehidupan keluarga yang baginya seperti dirundung awan mendung. Perjalanan sekolahnya berantakan dan ia menjadi murid pemalas. Hingga suatu hari orang tuanya langsung meles privatkannya dengan seorang...