Third Person Pov.
~
• • •
"Ohh, jadi kau tinggal di sini …," lirih Donggu.
"YA! BAGAIMANA KAU BISA MENGIKUTIKU, HUH?" bentak Jisung.
"Jisung-ah! Aku benar-benar minta maaf padamu," ucap Donggu, bahkan air mata pun sempat mengalir. Namun langsung dihapus olehnya."Jika kau ingin minta maaf. Minta maaf lah pada orang yang kau sakiti, jangan padaku," tutur Jisung.
"Kepada siapa? Namjoon maksudmu?"
"Bukan hanya Namjoon, tapi juga keluarga Jungwon. Akui kesalahanmu dan jelaskan yang sebenarnya pada Namjoon," ujarnya, penuh tantangan.Donggu diam sejenak, "Tapi aku
…,"
"Kau tidak berani 'kan?! Tentu saja! Kau hanya pengecut yang memberanikan diri untuk merebut kekasih orang lain," cetusnya.
"Aku memang tidak membencimu, Donggu. Hanya saja aku kecewa padamu. Apa kau begitu tega? Melihat tangisan keluarga Shin. Kau bukan hanya merenggut nyawa Jungwon, tapi juga mengambil apa yang dia miliki," lanjutnya.
"Aku tahu apa yang kulakukan salah. Tapi saat itu aku memang sudah tidak waras. Setelah aku melihat Jungwon seperti itu, aku ikut menangis. Aku menyesalinya, Jisung,"
"Menyesali, kau bilang?! Apa seperti itu caramu menyesali? Huh, apa itu?! Setahuku, orang … jika ia menyesali perbuatannya maka tidak akan mencari kesempatan setelah itu. Lalu ini apa? Kau mengambil Haera darinya, setelah seminggu kepergiannya. Kau mencoba membujuk Haera agar bisa melupakan Jungwon dan menyukaimu. Bahkan sekarang. Melihatnya menjadi istrimu, membuatku semakin merasa jijik. Apa seperti itu caramu, huh?!"
"Aku hanya ingin Haera. Sejak awal Haera masuk, aku duluan menyukainya, tapi … Jungwon duluan mengungkapkan cintanya. Sejak saat itu, aku cemburu melihat kebersamaan mereka. Aku pun mencoba cara agar Haera menjadi milikku. Kemudian, pemikiranku jatuh untuk mencelakai Jungwon,""Manusia gila!" pekik Jisung. "Demi cinta kau rela mengorbankan temanmu? Jika aku jadi kau, mungkin sudah lama aku bunuh diri dan menjauh dari kehidupannya."
Jisung pun langsung meninggalkan Donggu dan mengunci pintu rumahnya. Di balik pintu tersebut, Jisung hanya bisa memendam rasa sakit, tanpa harus mengeluarkan suara. Bahkan, satu air berhasil meluncur ke pipinya. Nyatanya memang benar, Jisung tidak membenci Donggu, hanya saja dia kecewa.
* * * * *
"Kau tidak les?" tanya Jaeha.
"Tidak."
"kenapa?"
"Ahjussi pergi,"
"Kemana?" tanya Jaeha dengan semangat.
"Ke kampungnya,"
"Ohh …."
"Apa masih sakit?"tanya Sora.
"Mmm," Jaeha pun mengangguk.
"Bagaimana bisa kalian jatuh? Apa Hoseok tidak hati-hati saat berkendara?"
"Bukan. Bukan dia yang membawa motornya,"
"Lah … terus?"
"Aku,"
"Ck, pantesan jatuh_- huufftt! yang membawa motor dirimu. Untuk jatuh sendiri, kalau ada lawan … gimana nasibmu nanti. Apa kau mau seperti Jungwon Oppa, huh?!" ujar Sora, sembari mentotok kepala Jaeha."Aww! Sakit tau!" pekik Jaeha.
"Itu karena kau yang sok paten,"
"Aku 'kan hanya belajar, apa salahny?"
"Tentu saja salah. Apa kau tidak melihat, sekarang Hoseok juga ikut terluka-_ kalau kau terluka sendiri itu tidak masalah,"
"Ya ampun, Ra! Tega amat dah dirimu,"
"Jangan bahagia di atas penderitaan orang. Nanti kena batunya loh,"Sora pun hanya terkekeh geli melihat raut wajah Jaeha. Di balik itu, Sora tidak tahu tentang keadaan Namjoon yang saat ini kritis.
* * * *
Namjoon pun membuka matanya perlahan. Pandangan yang awalnya buram kini lumayan stabil. Tetapi saat sadar, kepalanya terasa begitu sakit.
"Arrgh! Hyung!"
"Wae? Wae? Wae? Apa kepalamu sakit?"Namjoon mengangguk pelan sambil meringis sakit, "Namjoona! Ada yang ingin kukatakan padamu,"
"Apa itu?"
"Apa kau yakin akan siap menerimanya?"
"Mwo?"
"Namjoona…!"Seokjin berhenti sejenak lalu melanjutkan ucapannya, "Operasimu … tidak berhasil,"
Namjoon pun terkekeh tanpa sebab.
"Kenapa kau tertawa?" Seokjin blank seketika.
"Hahahaha! Ahh, Hyung…! Lelucomu begitu lucu sekali. Kau pikir kau bisa menipuku, huh? Jangan balas dendam padaku, Hyung …,"
"Aku serius,"
"Hahaha, oke oke baiklah. Kau berhasil menipuku, ekpresimu benar-benar seperti nyata,"
"NAMJOONA, AKU SERIUS!" bentak Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nal Sarang Hajima
Teen FictionAlkisah seorang pelajar yang begitu muak dengan kehidupan keluarga yang baginya seperti dirundung awan mendung. Perjalanan sekolahnya berantakan dan ia menjadi murid pemalas. Hingga suatu hari orang tuanya langsung meles privatkannya dengan seorang...