SEMUA orang didunia rasanya ingin selalu memiliki kisah cinta indah yang sempurna. Dan Park Jimin pun begitu.
Laki-laki yang berwajah manis dengan bibir plumpnya itu baru pindah ke Bandung untuk melanjutkan kuliahnya bersama Hoseok, sahabatnya sejak kecil dan juga Yoongi, tetangga sebelah rumah yang bergabung bersama mereka sejak sd dan akhirnya jadi pacar Hoseok.
Sebelum Jimin pindah ke Bandung, Hoseok dan Yoongi telah pindah lebih dulu. Karena yoongi memiliki keluarga dari ayahnya di bandung, dan hoseok yang datang sebulan sebelum Jimin untuk liburan sekaligus mencari kos-kosan untuk mereka berdua.
Rasanya jimin udah nggak sabar buat memulai kehidupan barunya jadi mahasiswa. Pasti akan sangat menyenangkan bisa kuliah bareng dengan kedua sahabatnya.
Dan tanpa jimin duga, geng mereka akan nambah anggota. Bukan bertiga lagi kaya biasa, tapi berempat.
Mereka siang ini sedang berada di stasiun. Menjemput sepupu Yoongi yang dari Belanda dan udah bisa dipastikan dia adalah anggota baru di geng urakan ini.
Sebenernya sepupunya yoongi itu cuma pindah ke belanda buat sementara waktu, karena neneknya tinggal disana. Dia kurang dekat sama keluarganya sendiri karena dari kecil sudah diasuh neneknya.
Tapi saat ini keluarganya minta dia buat kuliah dibandung sama Yoongi, supaya nanti pas lulus langsung bisa ngurusin perusahaan keluarga mereka.
"mana sih orangnya?" Hoseok memperhatikan sekitar, takut sepupunya Yoongi ternyata malah udah ninggalin stasiun karena gak ketemu sama mereka.
"sabarrrr, masalahnya aku juga lupa mukanya. Terakhir aku ketemu pas sd sebelum dia pindah ke belanda. Dia juga gak pasang fotonya di sosmed"
Alis jimin dan hoseok berkerut, mulutnya sedikit menganga karena terkejut. Omongan Yoongi benar-benar gak bisa dipercaya.
Ketemu terakhir pas sd, sekarang gimana mau ketemu orangnya kalo mukanya aja sudah lupa. Yang jadi masalah adalah teleponnya tiba-tiba gak bisa dihubungi, jadi mau gak mau mereka tetep berusaha cari dan nunggu.
"Hah?? Yang bener aja. Terus kita nyarinya gimana??" Jimin melotot ke arah yoongi
"udah gak bisa dihubungi, gak tau juga muka orangnya gimana. Aku udah gak paham lagi kalo kaya gini ceritanya" Hoseok mendaratkan punggungnya ke kursi tunggu yang berjejer.
Yoongi menghembuskan napas pelan, kepalanya sedikit pening dan akhirnya berdalih "Aku inget pasti kok kalo udah liat mukanya. Kalian tenang dong" dengan matanya yang masih sibuk mencari sepupunya.
"Apa gua ke pusat infromasi aja biar cepet ketemu orangnya? Nanti keburu pergi yang ada kalo gini" jimin melangkahkan kakinya membelakangi Yoongi dan Hoseok, ceritanya mau pergi ke pusat informasi. Tapi habis itu..
"Yoongi..??" Laki-laki yang berambut hitam dan sedikit ikal dengan jaket kulitnya yang berwarna cokelat, membuat ia terlihat sangat tampan. tampan. Dia berdiri menghadap yoongi di sisi kanannya dan jari telunjuknya mengarah ke yoongi.
"Taehyung?! Lo beneran Taehyung?" Yoongi menatapnya kaget sebelum akhirnya memeluknya, pasalnya dahulu waktu sd Taehyung lebih pendek darinya, dan sekarang justru sebaliknya.
"haha iya ini gua Taehyung" katanya sambil memeluk Yoongi balik
"ah iya kenalin ini Hoseok, pacar gue" Yoongi menarik lengan hoseok pelan untuk memperkenalkannya pada Taehyung
"Ohh.. ini yang suka dibahas di grup keluarga ya" Taehyung tersenyum sambil menjabat tangan Hoseok.
"gua sering diomongin di grup keluarga? Kok gua baru tau?" Hoseok menatap yoongi intens sambil tersenyum kikuk pada taehyung.
"aku disuruh bawa kamu sayang ke acara keluarga hehe. oh iya btw nih satu lagi sahabat gua kenalin, Jimin namanya. Ji, ini Taehyung sepupu gua, ganteng kan kaya gua" Yoongi sekali lagi mengenalkan sepupunya dengan percaya diri yang sedikit berlebihan.
"Ah iya, salam kenal ya Taehyung" Jimin mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan laki-laki tampan yang mencuri pandangannya ini.
Taehyung tersenyum, menyambut uluran tangan laki-laki manis itu "Iya, salam kenal juga ya Jimin"
Mereka berempat sekarang lagi ada di warung sate. jalanan sedikit ramai akibat malam minggu dan perut mereka keroncongan.
Hoseok dan yoongi sedang memesan sate ayam dan membeli minuman untuk mereka berempat, jadi kini haya tersisa taehyung dan jimin yang sedang duduk berhadapan di kursi plastik merah yang sedikit usang.
"Jimin mau ambil jurusan apa?" Taehyung kini menatap tepat dimanik jimin.
"mmm, gue ambil sastra inggris hehe. Lo ambil jurusan apa?" Jimin gak tau ada apa sama dirinya, dia merasa gugup dan sedikit canggung Cuma ngobrol berdua begini sama taehyung.
"aku ambil ekonomi. Disuruh ayah sih hehe"
"ohh, emang kalo gak disuruh ekonomi mau ambil jurusan apa?" jimin menatap taehyung lebih tenang kali ini
"mungkin yang berhubungan sama seni. Karena aku anaknya seni banget"
"oh ya? Kamu suka apa emangnya?"
Taehyung tersenyum canggung "aku suka banget nyanyi dan fotografi. aku pengen banget jadi musisi atau mungkin fotografer? tapi ayah suruh aku ambil ekonomi"
Jimin memperhatikan wajah taehyung yang sedikit menunduk, ada kesedihan disana. hatinya ikut mendung kala mendengar ucapan taehyung. mungkin karena ia orang yang perasa.
taehyung tersenyum canggung "maaf ya jimin, aku jadi curhat deh hehe. kalo kamu kenapa pengen ambil sastra? cita-citanya apa?"
Mereka terus mengobrol hingga hoseok dan yoongi datang sambil membawa makanan mereka.
tanpa disadari percakapan jimin dan taehyung yang tadinya pake kata lo-gue berubah seketika menjadi aku-kamu karena kenyamanan keduanya.
Dalam diam jimin berpikir. Orang yang baru pertama kali bertemu dengannya ini, membuat jimin sangat merasa nyaman. Ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan yang dirasakan oleh keduanya.
Taehyung pun begitu, meski ia tidak terlalu yakin perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Tapi melihat wajah manis jimin yang bersemangat sangat membuat hatinya hangat, dan otomatis membuatnya tersenyum. Dan tanpa mereka sadari, perasaan itu tumbuh dihari pertama mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shtëpia [VMIN] End✔️
Teen FictionMereka tidak sadar perasaan itu telah tumbuh sejak awal. merasa denial terhadap perasaan masing-masing. terhalang cinta yang lain, hingga akhirnya menyerah. masih dapatkah cinta mereka terselamatkan dan bersatu seperti yang seharusnya? . . . . P.s T...