Hari itu yoongi bertekat untuk bertemu dan berbicara dengan jimin. semenjak jimin dan hoseok bertengkar, ia juga menjadi salah satu orang yang dijauhi jimin.
semua pesan dan teleponnya juga diabaikan. maka ia bertekat untuk menemuinya. mumpung hoseok sedang tidak ada di kampus hari ini karena melatih juniornya bermain basket.
yoongi menunggu jimin di depan pintu kelasnya, dan langsung menghampirinya begitu ia keluar kelas.
"ji, tunggu! boleh ngomong sebentar?"
tatapan jimin mengisyaratkan seolah bertanya apakah hoseok ada bersamanya atau tidak. dan yoongi langsung mengatakan "tenang aja, hoseok lagi di lapangan indoor luar kampus"
"mau ngomong apa? tapi sorry gak bisa lama, gua mau ngajar ke panti"
"jadi gini ji.. gua tau kalian kangen satu sama lain, secara kalian udah sahabatan dari masih pake popok. tapi gua boleh tau gak alasan lu gak ngejelasin ke hoseok soal hubungan lu sama taehyung yang sebenernya cuma sahabat?"
jimin mengalihkan pandangannya "gua gatau apakah alasan gua bisa dipercaya hoseok atau nggak gi. gua emang pelukan sore itu di taman sama taehyung, tapi itu gak seperti yang dia kira, gua cuma mau nenangin taehyung dan biarin dia buat nangis supaya dia bisa lega keluarin semuanya"
"gua paham ji, taehyung udah cerita semuanya sama gua. tapi sayangnya hoseok gamau bahas masalah ini lagi, dia keras kepala ji lu tau itu kan. dan dia gamau minta maaf karena dia ngerasa dia gak salah"
jimin mengangguk pelan "it's okay gi. mungkin emang belum waktunya aja gua baikan sama hoseok"
kemudian pertanyaan yang belakangan ini menghantuinya akhirnya ia tanyakan pada yoongi "gi, gua boleh nanya soal... Mmmm.. soal taehyung?"
"Ah, lu pasti mau naya kemana aja dia kan karena gak keliatan hampir tiga bulan ini?" yoongi menghembuskan napas pelan dan melanjutkan "taehyung cuti ji, dia nunda skripsi. gua juga gatau sekarang dia dimana, nomornya juga gak aktif dan besar kemungkinan udah ganti nomor"
nafasnya tercekat, pikirannya bertanya-tanya kemana taehyung pergi, bahkan yoongi sepupunya juga tidak tahu dia dimana. jimin sangat khawatir tapi dia berusaha memasang wajah tenangnya di hadapan yoongi.
"serius lu gatau gi?"
"Yaelah ji, ngapain sih gua boong. lu nanya sebagai orang kepo atau emang karena lo suka sama dia?"
pertanyaan yoongi tepat menusuk di hati jimin.
"gua kepo aja sih soalnya gapernah liat dia lagi, terakhir tiga bulan lalu ketemu di depan gedung A dan gua menghindar dari dia"
yoongi ingin menjawab tetapi ia mendapatkan notifikasi di ponselnya. pesan dari hoseok untuk menjemputnya segera.
"hosoek udah minta jemput nih, makasih ya ji udah mau ngobrol sama gua. sehat-sehat ji, gua tau lu bentar lagi seminar proposal. gua duluan ya"
"iya, hati-hati gi."
bahkan semenjak hari itu semuanya terasa jauh berbeda, semuanya tidak sama lagi. meskipun kelihatannya jimin baik-baik saja, pikiran dan hatinya sedang berkecamuk menghadapi situasi yang ada.
perang dinginnya dengan hoseok belum usai, dan sekarang ia tidak tahu taehyung dimana. ditambah lagi seminar propsal yang harus ia siapkan semester ini. jimin lelah, dan yang ia dapat lakukan saat ini adalah menjalani segalanya yang telah berubah.
****
Karena dirasa butuh kedamaian ekstra, akhirnya jimin memutuskan untuk pindah kos-kosan. Rasanya ia tidak tahan lagi jika harus bertemu hoseok tapi seperti orang tidak kenal. Hatinya sakit.
Jimin pindah kosan ke daerah yang jaraknya agak jauh sedikit dari kampus, ia tidak mengatakannya pada siapapun.
Yoongi juga tidak pernah menghubunginya lagi, taehyung yang belum juga kembali, dan hoseok yang tidak mungkin ia beri tahu jika ia pindah.
Ia bereskan semuanya sendiri. Mengemas barang-barangnya. Bersiap meninggalkan semua kenangan yang berada di kosan ini.
Berat. Tapi sebentar lagi sidang proposal dan skripsi menunggunya. Ia tidak bisa berlama lagi dikosan ini.
Maka hari itu ketika semua penghuni kos pergi, jimin menyewa mobil pickup untuk mengangkut semua barangnya.
Berpindah tanpa ada yang tahu kecuali ibu kos mereka yang jimin telepon untuk pamit.
Esok hari di kala weekend, hoseok mendapatkan kabar jika jimin pindah kos. Ia awalnya tidak percaya, lalu membuka kamar disebelahnya. Kosong. Hanya ada kayu tempat tidur dan meja belajar milik kosan.
Seketika memori hari saat jimin pindah ke kosan ini berputar di kepalanya. Bagaimana ia sangat excited merapikan barang-barang milik jimin sebelum jimin sampai di kosnya.
Bagaimana mereka movie marathon bersama. Rebutan makanan bersama, menangis karena tugas bersama. Dan sekarang semuanya hanya tinggal kenangan.
Jujur, Hoseok sangat sedih ketika mengetahui jimin pindah. Tapi dia juga jadi semakin kesal.
Ternyata jimin benar benar tidak menganggapnya lagi. Bahkan ia tidak minta maaf atas kejadian itu. sekarang ia pergi tanpa pamit.
Hoseok mengambil ponselnya, mencoba menelepon yoongi. Setelah nada dering yang agak lama akhirnya terdengar suara diujung sana.
"Hallo? Kenapa yang?"
"Gi...."
"Loh, Kamu nangis? Kenapa? Ada apa?"
"Aku benci gi.."
"Jangan tutup teleponnya, aku langsung otw ke kosan kamu sekarang. Oke, tenang ya"
Hoseok tidak sanggup menahan air matanya. Ia semakin benci dengan jimin, tapi ia juga sedih.
Hari itu, hoseok menceritakan pada yoongi tentang kepindahan jimin. Tentang bagaimana perasaannya.
Yoongi tahu betul perasaan hoseok, tapi ia juga tidak bisa menyalahkan jimin. Ia tau ini sangat berat untuk keduanya.
Kuliah mereka sebentar lagi akan berakhir, tapi semuanya semakin kacau.
Dan tidak ada lagi yang bisa yoongi lakukan selain menghibur hoseok setiap harinya. Agar ia tidak terus teringat pada jimin dan semua permasalahan ini.
Mereka harus fokus mengerjakan tugas akhir tanpa memikirkan hal ini sekarang.
Rasanya kepala yoongi mau pecah. Mereka bertiga semuanya keras kepala dan lari dari masalah. Keberadaan jimin dan taehyung yang entah kemana membuat hal ini semakin tambah runyam.
"Jangan sedih sedih lagi. Jimin pasti punya alesan kenapa dia pindah kosan. Jangan dipikirin dulu ya, kita fokus aja sama kuliah. Sebentar lagi kita kan jadi sarjana"
Hoseok mendongak untuk melihat wajah yoongi "makasih ya gi. Makasih kamu selalu ada buat aku dan support aku. Maaf aku jahat sama sepupu kamu"
"Ssttt.. udah ah, udah gausah dibahas lagi ya. Kita tunggu waktu yang tepat buat semuanya jadi normal lagi".
KAMU SEDANG MEMBACA
Shtëpia [VMIN] End✔️
Ficção AdolescenteMereka tidak sadar perasaan itu telah tumbuh sejak awal. merasa denial terhadap perasaan masing-masing. terhalang cinta yang lain, hingga akhirnya menyerah. masih dapatkah cinta mereka terselamatkan dan bersatu seperti yang seharusnya? . . . . P.s T...