Setelah semua hal yang terjadi, jimin merasa dia harus menenangkan dirinya agar energi positif dapat kembali kedalam pikirannya.
Laki-laki manis ini memilih untuk pulang ke jakarta bertemu dengan keluarganya, dan melakukan hal-hal lain yang membuat pikirannya sedikit lebih jernih dari pada saat ini.
Tadi malam ia datang ke kamar hoseok untuk mengatakan tentang keberangkatannya ke Jakarta hari ini.
Hoseok tidak menaruh curiga apapun, bahkan ketika seminggu yang lalu jimin pulang lebih dulu saat memberikan kejutan ulangtahun untuk taehyung.
Sahabatnya sejak berumur 3 tahun ini memang agak sulit dimengerti menurutnya.
Jimin jadi agak lebih tertutup sejak kejadian pembully-an tentang karya yang ia tulis diblognya itu.
Tetapi hoseok mengerti, menghadapi hal seperti itu bukanlah perkara mudah. Makanya ia tidak banyak omong dan selalu berusaha untuk ada di samping jimin.
"Padahal besok jadwal kita movie marathon tau ji!" hoseok memajukan bibirnya, cemberut.
"apasih sok cemberut deh haha. Gua cuma sebentar aja kok dua hari doang seok"
"nanti aja deh baliknya ya. biasanya balik jakarta juga selalu bareng geng kita kan"
Jimin tersenyum kaku, hatinya berdenyut. Ada sakit yang tidak bisa ia ceritakan pada hoseok. Entahlah, jimin hanya belum siap berbagi cerita.
Terlebih pasangan orang yang ia sayangi adalah sepupu hoseok, sahabatnya dari zaman megalitikum. Mana mungkin ia bisa cerita.
"gua lagi pengen balik aja" jimin menunduk matanya menatap lantai kamar hoseok.
Ada jeda disana kemudian jimin melanjutkan "gua cuma kangen sama rumah aja seok, kangen mama, kangen kakak, kangen halaman belakang rumah yang dulu sering kita pake main basket. I just miss that"
"iyaudah iya oke. Hati-hati ya ji. Lo berangkat jam berapa?"
"jam 08.30 seok"
Dan disini lah hoseok dan yoongi sekarang. Di stasiun kereta mengantar baby jimin mereka.
Taehyung sudah hoseok beri tahu tadi malam kalau jimin akan ke jakarta hari ini, tetapi sepertinya pria itu masih tidur.
pemberitahuan keberangkatan kereta jurusan Bandung-Jakarta telah diumumkan, jimin berpelukan dengan hoseok dan yoongi. Mengeratkan tas punggungnya dan berpamitan sekali lagi
"dah kalian, makasih udah anter kesini. Gue janji minggu malam gua pulang ke kosan, jangan kangen yaa fans-fansku" jimin melambaikan tangannya
"hih dasar nyebelinnya gak ilang-ilang" yoongi memutar bola matanya
Hoseok tertawa melihat kejengkelan pacarnya terhadap jimin "haha dadah jiiii"
Jimin melambaikan tangan sebelum menaiki kereta, tidak lama pintu kereta itupun tertutup, dan kemudian berangkat.
Hoseok dan yoongi baru saja melangkahkan kaki ingin meninggalkan stasiun ketika tiba-tiba taehyung datang dengan nafas terengah.
"loh? Taehyung?" hoseok mengangkat sebelah alisnya.
"ji.. huh.. j-jimin mana??" Taehyung menaruh tangannya di lutut
"udah berangkat. barusannn banget dua menit lalu paling" yoongi menjawab dan menyuruh taehyung duduk
"g-gue telat ya? Hah.." taehyung berusaha mengatur napasnya
"lagian lo kenapa gak bilang gua kalo mau ikut. Gua kira lo gak akan ikut makanya tadi pagi kamar lo gak gua gedor" yoongi menatap sepupunya heran
"lo aja yang jahat. Masa gua gak ikut sih anterin jimin, katanya kita sahabat"
"haduh udah yok pulang, beli makan sekalian. Aku laper gi" hoseok memegang lengan yoongi dan kemudian mereka bertiga meninggalkan stasiun.
Disisi lain.
Sejak sampai di stasiun hingga keretanya berangkat, jimin terus memikirkan taehyung.
Dia berharap taehyung juga ikut ke stasiun untuk mengantarnya pagi ini. Tetapi sampai kereta telah melaju taehyung tak juga memunculkan dirinya.
Jimin kemudian berpikir, jika semesta begitu baik padanya. taehyung tidak ikut mengantarnya hari ini karena semesta tidak ingin ia semakin sulit melupakan perasaan itu.
Matanya melihat ke arah luar jendela sambil tangannya sibuk memasang headphone.
Jimin berusaha relax dan menikmati pemandangan yang ada. Sampai matanya terpejam dan terlelap dalam tidurnya.
***
Jimin menjanjikan hoseok dan yoongi kembali ke bandung pada hari minggu malam. Tetapi nyatanya sekarang sudah hari selasa.Jimin mangkir dari janjinya. Ia bolos kuliah selama dua hari. Jimin merasa masih butuh waktu sendirian, pikirannya masih berkabut.
Handphone miliknya ia matikan. Sengaja, biar hoseok dan yoongi tidak bisa menghubunginya.
Jimin juga meminta keluarganya untuk tidak menghiraukan pesan atau panggilan dari hoseok atau yoongi yang menanyakan jimin.
"besok kakak anter ya ke bandung. Kamu udah bolos dua hari loh, kakak gak suka ah kamu begini. Ada masalah apa ji?" Jihyun kakak jimin kini tengah menatap adiknya yang duduk di halaman belakang rumah.
Matanya menatap kosong ke depan.
"mmm kamis deh ya kak, plisss" jimin akhirnya menoleh dan memohon
"Nggak dek, pokoknya besok kakak anter ke bandung. Kamu tuh kalo ada masalah diceritain dong dek, kalo dipendem sendiri gini nanti jadi gila kamu lama-lama"
"hush, ngomong sembarangan aja! Aku gapapa tau. Cuma capek kuliah banyak tugas"
Ketika kakaknya tengah sibuk mengobrol dan menginterogasi jimin tiba-tiba ibu mereka menginterupsi.
"Ji sayang, ada tamu tuh di depan"
"Hah? Siapa bu? Hoseok?" katanya bingung
"bukan, kalo hoseok sih pasti langsung masuk ke dalem rumah kita kayak biasa. Yang ini ibu gak kenal. Cowok, rambutnya agak keriting, ganteng ji" ibunya menyengir dan tertawa sedikit
"hah???"
Jimin langsung beranjak dari duduknya.
Berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan ibunya cowok itu seperti taehyung kan? Tapi mana mungkin? Buat apa taehyung kesini? Tau dari mana alamat jimin? Banyak pertanyaan terngiang dalam dirinya.
Begitu jimin sampai di depan pintu, pria yang dimaksud ibunya itu tengah berdiri membelakangi dirinya. Tinggi, rambut agak keriting, memakai jaket levis biru muda.
Jimin menggigit bibir bawahnya, jantungnya serasa ingin berhenti berdetak.
Laki laki itu.. beneran..
"Taehyung...?" kata jimin pelan
Pria itu menoleh, menatap tepat pada manik jimin dan pipi tembamnya.
"Hai ji.." taehyung tersenyum.
Hi! makasih buat yang udah baca sejauh ini :) tolong kasih komentar yaa menurut kalian ceritanya gimana? thankyou!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shtëpia [VMIN] End✔️
Fiksi RemajaMereka tidak sadar perasaan itu telah tumbuh sejak awal. merasa denial terhadap perasaan masing-masing. terhalang cinta yang lain, hingga akhirnya menyerah. masih dapatkah cinta mereka terselamatkan dan bersatu seperti yang seharusnya? . . . . P.s T...