Bab 29

461 45 3
                                    

Setelah malam itu, jimin menghilang. Ia tidak bisa dihubungi lagi seperti saat ia menghilang ketika ada masalah degan hoseok.

Kali ini ia kabur membawa kakaknya pergi dengan alasan staycation.

Dan ini sudah memasuki hari kedua mereka disini. Sebenarnya tidak jauh, hanya berada di villa daerah puncak untuk menenangkan diri.

"Dek, jujur deh sama kakak" jihyun menatap adiknya yang tengah bermalas malasan di kasur.

Sudah dari kemarin mereka ada disini, tapi jimin bahkan tidak terlihat antusias. Ia hanya melamun. Makan juga selalu tidak habis.

Pikirannya penuh dengan taehyung. Dan tentu dengan namjoon. Ia memandangi cincin yang saat ini tengah berada di tangannya.

"Ji..." Kakaknya memanggil sekali lagi.

Jimin menoleh, tersenyum kecut dan mengusap wajahnya.
"Iya, nanya apa kak?"

"Please jawab kakak yang jujur.. kamu kenapa lari dari semuanya? Bawa kakak kesini tapi kerjaan kamu cuma rebahan diem, bangun tidur mata bengkak gitu. Cerita ji, ada kakak disini"

Jimin menatap kakaknya, mata mereka bertemu. Banyak sekali kekhawatiran yang tersirat dimata jihyun pada sang adik.

Tak tahan lagi. Jimin menangis sambil memegang cincin pemberian namjoon.

"Soal ini?"

Ia tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan dalam isakan tangisnya.

"Kalo kamu belum siap, gak usah dipaksain ji.. kakak yakin namjoon ngerti. Kalian udah sama sama dewasa, di bicarain ya. Bukan menghindar kayak gini.." jihyun membelai surai hitam adiknya. Memeluknya.

"Namjoon baik banget kak.. dia tulus banget sayang sama aku. Tapi aku malah nggak bisa.." ia melepaskan pelukannya. Menatap cincin itu sekali lagi dan kembali menangis.

"Ji.. percaya sama kakak. Namjoon tuh temen kakak, dia pasti ngerti gimana perasaan kamu.
Jihyun menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan.
Kamu nggak bisa karena taehyung?"

Detik itu juga jimin menoleh ke arah kakaknya.

"Aku ketemu dia di restoran kak. Dia sama pacarnya. Pacarnya sempurna banget. mereka pasangan yang sempurna kak, tapi-"

"Tapi tetep aja kamu gak ikhlas kan liat taehyung sama dia?"

Tangis jimin semakin pecah mengingat kejadian itu yang benar benar begitu cepat.

"Ji, dari awal waktu dulu kamu masih kuliah. Pas taehyung nginep dirumah kita, aku tau kamu ada perasaan lebih ke dia. Kamu jatuh banget ke dia. Tapi sampe akhir kuliah kalian gak deket lagi. Dan waktu akhirnya kamu jadian sama namjoon, kakak kira kamu udah beneran move on dan tulus ke namjoon"

"Kamu gak bisa kaya gitu ji, kamu harus jujur sama perasaan kamu sendiri. Siapa yang sebenernya ada di hati kamu. Jujur juga sama orang yang kamu sayang. Emang gak mudah, tapi adik kakak harus bisa"

Jihyun tahu perasaan adiknya, tapi tetap adiknya tidak boleh egois.

"Aku sayang sama dia kak.. aku kira aku juga udah lupa, dan perasaan aku bakal ilang gitu aja sejak bertahun dia gak ada kabar. Tapi ternyata aku cuma denial kak.. perasaan ini masih buat dia"

Seakan ikut merasakan sedih adiknya, jihyun akhirnya juga ikut menangis. Ia paham betul bagaimana posisi jimin.

"Aku bakal nyakitin namjoon banget kak kalo aku jujur soal perasaan ini.. aku sayang sama namjoon, tapi rasa sayang aku beda sama ke taehyung"

"Ji, dari awal harusnya kamu bisa sadarin itu. Sekarang kamu cuma harus tegas ke diri kamu sendiri. Keputusan ada di tangan kamu ji. Kamu mau terus sama orang yang sayang ke kamu, atau ke orang yang gak pasti. Gak tau suka kamu atau nggak, dan lebih lebih lagi udah punya pacar" tangannya terus mengelus pucuk kepala adiknya dengan sayang

Shtëpia [VMIN] End✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang