15

3.6K 418 50
                                    

Karna keadaannya yang udah mendingan, akhirnya Thalia boleh pulang. Dia pilih buat tinggal di apartemen sama suaminya. Dia ingin memperbaiki semuanya, rumah tangganya dan hubungannya dengan Jevan.

Lagipula, dia masih takut buat komunikasi sama orang tua dan mertuanya. Ayah ibunya juga masih marah banget sama dia.

"Mas, mau kemana?" Tanya Thalia saat melihat Jevan berjalan ke arah pintu keluar

"Aku tidur di depan"

Thalia sadar banget, Jevan masih marah.

"Kita bobok berdua ya, dek. Mama bakalan peluk kamu" Thalia ngomong sama perutnya

Jevan sebenarnya juga gak tega buat ninggalin Thalia, tapi mau gimana lagi. Istrinya harus diberi efek jera. Dia mau Thalia lebih dewasa dalam mengambil tindakan.

"Kalian harus belajar buat mandiri, ada aku atau enggak ada aku. Papa sayang kalian" ujar Jevan pelan

Pagi-pagi banget Thalia bangun, dia mau masak tapi badannya masih lemas. Dengan penuh tekad dia tetap bangun.

Masakin Jevan sarapan jadi hobi barunya hari ini. Dia keluar kamar dan ngelihat suaminya masih tidur.

Cup

"Pagi, mas"

Diam-diam Thalia mencuri kecupan di bibir Jevan. Dia langsung jalan ke dapur sebelum Jevan tahu.

Dan tanpa dia sadari senyuman manis terukir di wajah Jevan. Suaminya itu sebenarnya hanya pura-pura tidur.

"Ini aku gak mimpi kan?" Jevan megangin pipinya yang berasa hangat karena ciuman Thalia

Di meja makan cuma ada Thalia dan Jevan, hidangan sederhana bubur gandum dan juga sayuran sehat.

Jevan masih diam.

"Mas, dedeknya minta disuapin" pinta Thalia

"Ya kamu makan, kan kamu punya tangan"

Thalia ngegeleng.

"Maunya disuapin sama papanya, ini yang mau dedek loh"

"Ya udah sini.... Buka mulutnya"

Thalia tersenyum senang saat Jevan menyuapinya dengan sabar. Bayinya bisa dijadikan alasan jika ia ingin dimanja-manja oleh Jevan.

Tere jalan di area pemakaman mewah itu, ditangannya ada dua buket mawar putih dan satu batang coklat.

"Mama, papa. Tere datang lagi"

"Kalian kangen Tere kan? Sama, Tere juga"

Dia naruh masing-masing satu buket diatas dua makam itu.

"Jevan sekarang udah ada istri, jadi dia udah gak bisa nemenin aku lagi kesini hehe"

"Aku hari ini lagi libur, aku bawa coklat buat dimakan sama kalian"

Air mata Tere jatuh gitu aja, dia hidup sebatang kara di kota sebesar Jakarta. Cuma Jevan sahabatnya yang nemenin dia disaat jatuh.

"Aku jelek ya, ma. Aku jelek kalo lagi nangis"

"Iya, jelek banget kaya babi"

Tere kaget waktu denger suara orang di area pemakaman sepi kaya gini. Dan dia langsung noleh ke belakang.

Disana ada Johan sama ibu-ibu.

"Johan... Ngapain disini?" Tanya Tere

"Kan udah dibilang kalau kita itu jodoh. Oh ya mam, kenalin ini Tere. Calon mantu mama"

Tere tersipu malu lalu menginjak kaki Johan. Sedangkan ibunya Johan hanya tertawa

"Kamu ngunjungin makam siapa, cantik. Kok sendirian?" Tanya mamanya Johan

"Aku nemuin mama sama papa, tante" jawab Tere

"Jangan sedih dong, sweetheart. Kan kamu pacarnya Johan, otomatis mama juga mama kamu" sahut mamanya Johan sambil memeluknya

"Tuh, kita udah ditentuin sama mama. Yuk naik pelaminan" goda Johan

"Apain sih, malu tahu sama tante" omel Tere

"Kok panggil tante? Panggil mama aja biar akrab" ucap mamanya Johan

Tere semakin salah tingkah sedangkan pasangan ibu dan anak itu makin kompak menggoda Tere untuk menjadi mantunya.

Jevan masih belum kerja, dia belum tega ninggalin Tere sendirian dalam keadaan masih habis pulang dari rumah sakit.

"Mas, boleh duduk disini gak?"

"Duduk aja" jawab Jevan tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop

Thalia duduk di samping Jevan, tangannya menggenggam tangan Jevan yang bertengger pada mouse miliknya.

"Mungkin, sampai kapanpun mas nggak akan maafin aku. Tapi, aku bakalan semampuku jadi ibu dan istri yang baik buat keluarga kecil kita"

"Maafin aku, mas. Kalau kita mulai semua dari awal, apa masih bisa?"

Jevan memandang wajah istrinya yang basah dan suaranya serak karna menangis.

"Mas juga minta maaf ya, dek. Maaf kalau selama menikah mas kurang bikin kamu bahagia-"

Cup

Satu kecupan didaratkan Thalia pada bibir Jevan.

"Nggak mas, selama menikah sama mas setiap detik setiap menit jadi waktu yang bahagia buat aku. Aku terlalu bodoh dan kurang peka, aku yang kurang bersyukur"

"Aku cinta kamu mas, maaf kalau aku baru sadar sama perasanku sekarang"

Jevan mengangguk, ia menaikkan Thalia kedalam pangkuannya, ia bersyukur hubungannya dengan Thalia semakin membaik. Memang benar kata orang 'ada pelangi setelah hujan'.

Next?

Komen tembus 35 dulu baru up

YOUNG MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang