2

4.5K 481 19
                                    

Jevan menetralkan deru nafasnya setelah ia sukses mengucapkan ijab qabul. Ia dan Thalia sudah sah menjadi suami istri.

Ia memaklumi kenapa Thalia menangis sekarang. Menangis karena harus meninggalkan keluarganya dan ikut dengannya atau malah ia menangis karna menikah dalam keadaan terpaksa.

"Mau minum? Aku suruh ambilin ya" tawar Jevan

"Boleh" jawab Thalia canggung

Ia menerima genggaman tangan lelaki yang saat ini sudah sah menjadi suaminya ini. Rasanya ia seperti masih dalam mimpi.

Pernikahan mereka hanya di rayakan secara mewah di hotel milik keluarga Jevano. Hanya saja mereka tidak mengundang banyak tamu.

"Jaga anak bapak baik-baik ya nak. Bapak percaya sama kamu" ujar ayah Thalia

"Baik pak. Saya akan berusaha semampu saya"

Ibu Thalia pun memeluknya dan mengucapkan hal yang sama. Ia bersyukur punya mertua sebaik mereka.

Setelah pesta selesai Thalia langsung dibawa ke rumah orang tuanya dahulu. Baru besok atau lusa mereka pindah ke apartemen yang sudah Jevano siapkan.

"Mau mandi atau makan dulu?" Tanya Jevano

"Mandi deh, aku ngantuk banget subuh udah make up"

"Ya udah aku mandi dulu" pamit sang suami

Baru Jevano mau pergi ke kamar mandi tapi Thalia sudah menanggilnya.

"Kenapa dek?"

Thalia mengulum bibirnya. Sedikit ragu untuk bilang.

"Ehm, tanyain mama dong ada pembalut enggak. Aku tembus deh kayaknya"

"Coba berdiri" perintah Jevano

Thalia menggeleng. Ia malu

"Ih nanti jijik, darahnya keluar ke sprei" tolak Thalia

Jevano meletakan tangannya di lengan Thalia dan mengangkat tubuhnya pelan.

"Kamu mandi duluan aja, aku kebawah mintain ke nama. Nanti aku ganti spreinya" ujar Jevano

"Jangan atuh mas. Jijjk nanti"

"Gapapa, santai aja"

Thalia hanya pasrah. Ia langsung berjalan ke kamar mandi dan Jevano hanya tersenyum. Malam ini mereka belum malam pertama.

Setelah mandi Jevano langsung berbaring di sampingnya membuat Thalia sedikit kaget.

"Gapapa kan aku tidur sini? Udah sah juga kan" tanya Jev

"Ehm, iya" jawab Thalia canggung

Jevano memiringkan tubuhnya menghadap Thalia dan tersenyum.

"Makasih udah menerima perjodohan klise ini. Ini kuno tapi mau gimana lagi"

Thalia hanya diam. Tak tahu mau menjawab apa.

"Udah malam mas, ayo tidur"

Sang suami hanya bisa pasrah saat Thalia tidur membelakanginya. Ia sadar hati Thalia masih belum menjadi miliknya.

Mama Jevano tersenyum saat Thalia membantunya di dapur.

"Maaf ya ma aku baru bangun. Capek banget" ujar Thalia

"Gapapa kok... Mama dulu juga ngalamin makanya mama tahu"

"Mama masak apa? Salmon ya?"

"Iya, kamu suka? Mama masak sayur juga sih"

"Suka kok ma, aku gak jago masak jadi gak bisa bantu banyak-banyak hehe"

Mama Jevano tersenyum dan mencubit pipinya yang gembil gemas.

"Kamu lagi mens ya? Semalem Jevano ke kamar minta pembalut"

"Iya ma, makanya aku semalem langsung tidur. Udah mau selesai mensnya tapi masih sakit"

"Gapapa, malah bagus. Semoga segera diberi keturunan ya. Mama pengen cucu"

Hati Thalia berdesir. Jujur ia belum ingin punya anak dalam waktu dekat.

Mereka semua duduk di meja makan untuk sarapan. Thalia agak sedikit heran saat para pembantu juga ikut makan di meja yang sama dengan mereka.

"Ambilin bubur di panci atas kompor buat Jevano ya Thal. Mama lupa tadi"

Thalia menjalankan perintah mertuanya dan langsung mengambilkan suaminya itu makanan.

"Makasih Thalia" ujar Jevano manis

"Mas sakit? Kok makan bubur doang" tanya Thalia heran

"Nggak apa-apa. Udah kamu juga makan"

Thalia tak boleh tahu ynah yang terjadi padanya. Ia hanya ingin menjadi suami yang baik untuk wanita yang ia cintai itu.

"Kalian mau pindahan kapan?" Tanya sang papa

"Nanti sore aja pa. Aku pengen mandiri tinggal di apartemen" jawab Jevano

"Yang akur ya kalian, jangan gegabah ambil keputusan. Apa-apa diomongin dulu berdua" pesan papanya

Thalia dan Jevano hanya mengangguk ragu.

Thalia hanya dirumah sendirian. Suaminya pergi ke kantor bersama papanya. Dan mama mertuanya ada arisan.

Apakah ini rutinitas orang kaya? Bahkan rumah keluarga Jevano sangatlah megah dan canggih. Semua serba otomatis.

"Kangen Johan, telfon aja deh"

Ia mendial nomor kekasihnya itu dan beruntung kekasihnya mau mengangkatnya.

Thalia, kemana aja dua hari telfon gak diangkat" protes yang disana

"Aku sibuk sayang, acara lulusannya baru kelar. Bohong Thalia

"Maaf ya aku belum bisa balik ke indo. Sekolahku belum selesai"

"Gapapa, kamu fokus sekolah dulu aja baru nanti sama aku hehe"

"Balik dari Amrik langsung aku lamar aja deh biar kita gak jauh-jauh lagi. Tapi kita kehalang keyakinan"

"Aku sayang mas Johan. Aku masih setia nunggu mas Johan sampai kapanpun walau nantinya hubungan kita gak akan berujung"

Johan tertawa di balik telfonnya.

"Aku juga sayang banget sama kamu Thalia. Udah dulu ya, disini udah tengah malem. See you soon Thalia, i love you Thal"

"Love you too mas Jo"

Thalia mematikan telfonnya dan menatap cincin nikah di jarinya.

"Maaf mas Jevan, aku masih cinta Johan" ujarnya lirih

Next?

JANGAN LUPA COMMENT DAN VOTENYA YA 💙

YOUNG MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang