25

3.5K 405 59
                                    

Up lagi kalau komen tembus 50

Jevan memangku anaknya di balkon apartemennya. Mereka berdua sedang berjemur di bawah hangatnya sinar matahari.

Thalia sendiri sedang menyiapkan sarapan dan beres-beres rumah.


"Dedek nanti kalau udah besar harus jadi anak yang kuat, jagain mama ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dedek nanti kalau udah besar harus jadi anak yang kuat, jagain mama ya. Gak boleh nakal, gak boleh jahat sama orang—"

"Papa sayang dedek"

Ia mengecup pipi gembul anaknya berkali-kali.

"Jangan kaya papa ya, dek. Bisanya cuma ngerepotin orang, bikin orang khawatir. Dedek gak boleh kaya papa, ya"

Matahari semakin naik, Jevan membawa anaknya masuk ke dalam rumah mereka.

"Papa makan dulu aja, biar dedek aku yang jagain" Thalia membawa Sky kedalam gendongannya

"Kita makan berdua bisa kok, kamu aku suapin"

Thalia menurut. Jevan menyuapkan satu sendok nasi dan ayam bakar ke dalam mulutnya.

"Sambalnya yang banyak, pa. Lagi pengen yang pedes" pinta Thalia

"Gak boleh, sayang. Nanti dedeknya juga ikut kepedesan pas minum asi. Dikit aja ya"

"Yah, padahal lagi pengen banget makan pedes" Thalia sedih

Jevan tersenyum sambil mengelap sudut bibir Thalia yang sedikit blepotan.

"Ya udah, satu suapan aja ya" Jevan pengertian

"Yesss!"

Hari ini jadwal Sky untuk imunisasi, mereka datang ke posyandu terdekat. Thalia bukan orang yang gengsi dengan status dan repot-repot pergi ke rumah sakit ternama.

"Kukunya udah panjang lagi aja. Padahal baru dipotong dua hari lalu" ia memainkan jari anaknya

"Pakai sarung tangan udah gak mau si dedek. Udah bisa ngelepas sendiri" sambung Jevan

Sambil menunggu antrian, mereka duduk sambil memotong kuku di jari anak mereka. Jevan yang memangku sedangkan Thalia yang memotong kukunya.

"Ibu Thalia dan dedek Sky...."

Mereka langsung berdiri lalu berjalan ke arah ruangan, punya anak ternyata serepot ini.

"Dedeknya turun berat badannya, ini wajar kok karena biar dedeknya badannya enteng. Mau tengkurep"

Thalia dan Jevan lega.

"Dedeknya di vaksin dulu ya, biar gak gampang sakit. Nangis sebentar gak apa-apa"

Mereka berdua hanya pasrah saat melihat jarum suntik itu menembus paha anaknya. Tangis dari bibir Sky terdengar begitu keras.

"Dah.... Udah selesai. Dedeknya pinter"

Jevan langsung menggendong bayi mungil itu ke dalam pelukannya, tak lupa mengucapkan terimakasih sebelum keluar ruangan itu.

"Loh, kok mamanya ikutan nangis sih" Jevan memandang Thalia yang sesenggukan

"Kasihan tahu, pasti sakit banget ya dek" wanita itu mengelus paha anaknya

"Aku jalan ke mobil duluan ya, nanti kalau mobil udah dingin kamu baru masuk terus dedeknya dinenenin"

Thalia mengangguk.

Mereka mampir ke rumah orang tua Thalia, semalam ayah telfon bahwa ia kangen dengan cucunya itu.

"Ya ampun makin gembul aja cucu kakek. Sini gendong dulu" ayah Thalia langsung mengambil cucunya

"Kalian makan dulu yuk, ibu bikin pecel sama ayam goreng"

Thalia mengambilkan Jevan makanan yang telah disiapkan.

"Papa mau ayamnya gak?"

"Dikit aja, aku mau pecelnya yang banyak"

Mereka makan berdua, sedangkan anaknya telah dibawa oleh nenek dan kakeknya.

"ASSALAMUALAIKUM!"

"HEH! SEPATU DILEPAS DILUAR. JOROK BANGET KALIAN"

"Yaelah mbak, nanggung. Laper" jawab Jean

Marcel ingin mencomot ayam tapi tangannya dipukul oleh Thalia.

"Ganti baju, cuci kaki tangan, baru kesini lagi! Mbak guyur pakai air pel-pelan kalian ntar!"

Jevan tertawa melihat interaksi kakak beradik itu.

"Seru ya punya adik gitu, ada partner berantem" ujar Jevan

"Pusing yang ada, kamu belum pernah ngerasain kan bangun tidur ada tikus mati di kasur kamu? Ulang mereka berdua"

"Beneran?" Tanya Jevan tidak percaya

"Ya masa aku bohong sih, pah. Jangan percaya wajah polos mereka. Dusta.

Thalia baru saja tenang karna anaknya sudah tidur dibuat kesal karna ulah Marcel yang menggelitiki kaki anaknya sampai bangun lalu.

"Kalian berdua lama-lama mbak kunciin di kamar mandi tau gak!"

"Sstt udah jangan dimarahin, mereka pengen main sama Sky mungkin. Gapapa" Jevan pengertian

"Iya... Mbak Thalia jangan galak-galak, kaya setan soalnya" ejek Jean

"Dah sini yuk, main sama Sky" panggil Jevan ramah

"Aku makan dulu ya kalau gitu mas, laper banget"

Jevan sedikit kaget, istrinya kan baru saja makan dengannya. Kenapa sudah lapar lagi? Apa efek menyusui?

"Mas Jev, hidungnya berdarah" Marcel menunjuk hidung kakak iparnya itu

"Nih mas, tisu" Jean ikut panik

Sementara Jevan buru-buru membersihkan darah yang menetes dari hidungnya.

"Jangan bilang siapa-siapa ya kalau hidung mas Jevan berdarah, oke?"

Kedua anak itu saling tatap kemudian mengangguk.

Tere dibuat panik dengan Johan yang muntah-muntah di ruang operasi. Tidak biasanya suaminya itu seperti ini.

"Darahnya amis banget baunya. Gak kuat gue" keluh Johan

"Yaelah, namanya darah ya dimana-mana amis lah. Ya udah gak usah ikut dulu gapapa"

Johan memanyunkan bibirnya ke arah Tere dan istrinya itu langsung mengecupnya.

"Aku ke ruanganku dulu ya. Ter, dengerin bukti cintaku buat kamu"

BRRUTTTT

"JOHAN! GUE TAMPAR YA LO!"

Sementara lelaki itu berlari menjauhi istrinya yang mengamuk. Hobi baru Johan adalah membuat Teresa kesal.


Next?

Johan sama Thalia kenapa tuh?

YOUNG MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang